Tak sedikit kita temukan dalam kehidupan sehari-hari tentang pandangan masyarakat seputar memandang wajah wanita yang bukan mahram, mulai dari yang membolehkannya, hingga mengharamkannya secara mutlak dengan bersandar kepada dalil dalam hadist riwayat Muslim yang berbunyi:
Dari Jarir bin Abdillah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang melihat wanita tanpa sengaja maka beliau menyuruhku untuk memalingkannya (HR. Muslim: 2159)
Maka sebenarnya yang sangat perlu difahami adalah melihat wanita secara tidak sengaja di sini kepada bagian apanya? Wajah atau seluruh badan? Jika melihat kepada keterangan hadistnya, imam Nawawi menjelaskan dalam kitabnya syarh Shahih Muslim:
Dan dalam hal ini adalah hujjah bahwa tidak diwajibkan bagi wanita menutup wajahnya ketika di jalan, tetapi hal itu sebatas sunnah yang disukai bagi wanita, dan diwajibkan bagi laki-laki membatasi pandangannya dari para wanita dalam segala hal kecuali untuk maksud yang betul dalam syariat[1].
Maka bila ingin berbicara lebih jauh tentang memandang wajah, yang patut menjadi pembahasan adalah tentang batasan aurat wanita. Dari tolak ukur ini kita lihat bagaimana pendapat para ulama madzhab terkait melihat wajah wanita.
Dalam kitab-kitab fiqih, secara umum para ulama sepakat bahwa aurat wanita itu di depan yang bukan mahramnya adalah seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan:
Dan seluruh ulama sepakat bahwa seluruh badan wanita adalah aurat di depan lelaki yang bukan mahramnya selain wajah dan kedua telapak tangannya, karena wanita juga membutuhkan muamalah dengan lelaki dan juga transaksi seperti mengambil dan member[2]i.
Berikut detail pendapat pada masing-masing madzhab
Madzhab Al Hanafiah
Ibnu Hummam dalam kitabnya Fathul Qodir mengatakan:
Dan laki-laki dilarang melihat wanita yang bukan mahramnya selain wajah dan telapak tanganny, sesuai dengan Firman Allah dalam surat An nur ayat 31: {dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya}.
Begitupula dalam kitab Al Ikhtiyar li ta’lilil mukhtar karangan imam Abdullah bin Mahmud bin Maudu Al mushili dikatakan:
Dan tidak diperkenankan (bagi laki-laki) memandang kepada wanita merdeka yang bukan mahramnya kecuali kepada wajah dan telapak tangannya jika tidak takut syahwatnya muncul, bila dikhawatirkan syahwatnya muncul maka dilarang kecuali bagi hakim dan saksi, dan dilarang menyentuhnya sekalipun syahwatnya tetap terjaga[3].
Dalam madzhab ini, ada ketentuan terkait melihat wajah wanita, yakni jika dikhawatirkan akan muncul syahwat, maka dilarang bagi laki-laki memandang wajah wanita tersebut.
Madzhab Malikiyyah
Dalam kitab Syarh Mukhtashor Khalil dikatakan:
Sesungguhnya aurat wanita merdeka terhadap lelaki yang bukan mahramnya adalah seluruh badannya selain wajah dan kedua telapak baik punggung atau telapak dalam, maka boleh melihat kepada keduanya tanpa bermaksud menikmati (bersyahwat) dan tanpa takut terjadi fitnah serta tanpa udzur meski kepada anak muda[4]
Begitupula dalam hasyiyah yang ditulis imam As-Showi al Maliki:
dan aurat wanita merdeka dengan lelaki yang bukan mahramnya: darinya atau dari yang bukan mahram baginya adalah semua badan selain wajah dan kedua telapak tangan. Dan keduanya bukan bagian dari aurat, meski demikian diwajibkan baginya untuk ditutup bila dikhawatirkan terjadi fitnah[5]
Madzhab Syafi’iyah
Imam Syafi’i sendiri dalam Al-Umm mengatakan bahwa:
Artinya : Dan setiap wanita adalah aurat kecuali dua telapak tangan dan wajahnya[6].
Imam Ibnu Hajar Al Haitami dalam tuhfatul Muhtajnya mengatakan:
Dan aurat wanita merdeka meski belum mumayyiz (belum bisa membedakan baik dan buruk) dan banci merdeka , adalah selain wajah dan dua telapak tangan baik punggung tangan atau telapak bagian dalam hingga siku[7]
Madzhab Al Hanabilah
Dalam kitab Al inshaf fi Ma’rifati rajih minal khilaf, imam Al Mardawi menuturkan:
Dan wanita merdeka seluruh badannya adalah aurat bahkan hingga kuku dan rambutnya, kecuali wajah. Dan yang paling benar dalam madzhab (Hanbali) bahwa wajah bukanlah aurat, begitupula para sahabat (dari madzhab Hanabilah). Dan demikian yang dikatakan Qadi secara ijma. Dan seklipun darinya dikatakan bahwa wajah adalah bagian dari aurat. Zarkasyi berkata: imam Ahmad menetapkan perkataan bahwa seluruh badannya adalah aurat, dan itu terdiri atas semua kecuali wajah, atau di luar shalat[8].
Keterangan dalam majma’ fiqih OKI (Organisasi Konferensi Islam)
Ternyata dalam keterangan yang tertulisa dalam majallah majma’ fiqih milik OKI di jeddahpun serupa, berbunyi:
Sesungguhnya hijab wanita muslimah menurut jumhur ulama adalah menutup seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan apabila tidak ada kekhawatiran terhadap timbulnya fitnah, maka bila ditakutkan hal itu terjadi wajib baginya menutup wajah dan telapak tangannya juga.
Maka dapat disimpulkan dari pendapat ulama dalam menghukumi batasan aurat ini, dikorelasikan dengan dalil sebelumnya, bahwa melihat wajah perempuan boleh saja karena semua sepakat bahwa wajah wanita bukanlah aurat dan menutupnya adalah sunnah. Namun, hal ini tetap harus disikapi dengan kondisi bahwa dilarang melihatnya secara sengaja untuk memuaskan hawa nafsu dan tanpa kepentingan apapun. Tolak ukur inilah yang dijadikan landasan kelompok atau ulama yang melarang laki-laki melihat wajah wanita, yakni demi menghindari fitnah dan meredam hawa nafsu.
wallahu a'lam bishhowab
[1] Muhyiddin bin Yahya bin Syaraf An Nawawi. Syarhu-n-Nawawi Ala Muslim. Juz 14/ hal 139
[2] Wizaratul awqaf wa syu’un al Islamiyyah. Al Mausu’ah al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah. Juz 31/ hal 44
[3] Abdullah bin Mahmud bin Maudu Al mushili . Al Ikhtiyar li ta’lilil mukhtar. Juz 4 / hal 156
[4] Muhammad Bin Abdillah Al-Khursyi Al Maliki. Syarhu Mukhtashar Al Khalil. Juz 1/hal 247
[5] As-Shawi Al Maliki. Hasyiatu-s-Shawi ‘ala Syarhi Shogir. Juz 1/ hal 482
[6] Imam As-Syafi’i. Al umm. Juz 1/ Hal 109
[7] Ibnu Hajar Al-Haitami. Tuhfatul Muhtaj fi syarhil minhaj. Juz 2/ hal 112
[8] Al Mardawi Ad Dimasyqi Al Hanbali. Al Inshaf fi Ma’rifati rajih minal Khilaf. Juz 1 / Hal 452
Etika Dalam Melakukan Promosi Produk Tajun Nashr, Lc | 16 December 2016, 05:00 | 2.810 views |
Konsep Promosi Produk menurut Perspektif Hukum Islam Tajun Nashr, Lc | 13 December 2016, 05:00 | 4.851 views |
Sahkah Sholat Di Belakang Imam Yang Fasik? Faisal Reza | 11 December 2016, 14:16 | 2.389 views |
Maulid Nabi, Bagaimana Sikap Kita? Galih Maulana, Lc | 10 December 2016, 06:02 | 5.218 views |
Ibnu Hajar Al-Asqalani: Ulama Syafii yang Membidahkan Maulid Muhammad Aqil Haidar, Lc | 9 December 2016, 08:34 | 5.301 views |
Serba Serbi Qadha Puasa
Siti Chozanah, Lc | 6 July 2018, 11:02 | 862 views |
Bolehkah Shalat Berjamaah Ditinggalkan?
Siti Chozanah, Lc | 12 May 2017, 22:32 | 3.184 views |
Ukuran Sedikit Dari Najis yang Ditolerir
Siti Chozanah, Lc | 23 January 2017, 04:41 | 7.682 views |
Hukum Menghibahkan Seluruh Harta Untuk Ahli Waris
Siti Chozanah, Lc | 15 January 2017, 22:21 | 5.924 views |
Sedekah Dengan Harga Perak Dari Timbangan Rambut Bayi
Siti Chozanah, Lc | 4 January 2017, 08:23 | 3.636 views |
Memandang Wajah Wanita yang Bukan Mahram
Siti Chozanah, Lc | 17 December 2016, 18:27 | 3.761 views |
Wajibkah Seorang Ibu Menyusui Anaknya?
Siti Chozanah, Lc | 27 June 2013, 10:45 | 1.985 views |
Ahmad Zarkasih, Lc | 106 tulisan |
Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc, MA | 57 tulisan |
Hanif Luthfi, Lc., MA | 52 tulisan |
Ahmad Sarwat, Lc., MA | 46 tulisan |
Isnan Ansory, Lc, MA | 26 tulisan |
Sutomo Abu Nashr, Lc | 20 tulisan |
Aini Aryani, Lc | 19 tulisan |
Firman Arifandi, Lc., MA | 18 tulisan |
Galih Maulana, Lc | 16 tulisan |
Muhammad Abdul Wahab, Lc | 13 tulisan |
Ali Shodiqin, Lc | 13 tulisan |
Isnawati, Lc., MA | 9 tulisan |
Muhammad Ajib, Lc., MA | 9 tulisan |
Siti Chozanah, Lc | 7 tulisan |
Tajun Nashr, Lc | 6 tulisan |
Faisal Reza | 4 tulisan |
Ridwan Hakim, Lc | 2 tulisan |
Muhammad Aqil Haidar, Lc | 1 tulisan |
Muhammad Amrozi, Lc | 1 tulisan |
Luki Nugroho, Lc | 0 tulisan |
Azizah, Lc | 0 tulisan |
Wildan, Lc | 0 tulisan |
Syafri M. Noor, Lc | 0 tulisan |
Ipung Multinigsih, Lc | 0 tulisan |
Maharati Marfuah Lc | 0 tulisan |
Solihin, Lc | 0 tulisan |
Teuku Khairul Fazli, Lc | 0 tulisan |
Jadwal Shalat DKI Jakarta16-2-2018 :Subuh 04:40 | Zhuhur 12:08 | Ashar 15:22 | Maghrib 18:20 | Isya 19:29 | [Lengkap]
|
Rumah Fiqih Indonesiawww.rumahfiqih.comJl. Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940 Copyright © by Rumah Fiqih Indonesia Visi Misi | Karakter | Konsultasi | Pelatihan | Jadwal | Materi | Buku | PDF | Ustadz | Mawaris | Video | Quran Link Terkait : Sekolah Fiqih | Perbandingan Mazhab
|