Tue 18 December 2007 01:48 | Kontemporer > Perspektif Islam | 6.018 views
Assalamu Alaikum wwb,
Saya dapat jawaban Ustad ttg Beda Iedul Adha Tahun ini di Mail list warga muslim di Adelaide. Oya, background saya fisika teori, jadi paham sedikit ttg astronomi. Terakhir saya punya kajian tentang hilal, yang merupakan dasar dalampenentuan awal bulan (sudah tentu termasuk hari raya).
Bisa di baca di site berikut:
Http://www.fajar.co.id/news.php?Newsid=43175
Http://www.tribun-timur.com/view.php?Id=50954&jenis=Opini
Http://www.fajar.co.id/news.php?Newsid=42454
Begini Pa' Ustad, alasan kenapa Arab Saudi bisa saja merayakan Iedul Adha pada hari Rabu, 19 Desember 2007, karena mereka berada pada zona waktu lebih lambat 4-5 jam dari Indonesia.
Bayangkan saja, pada tgl 29 Zulkaeddah, saat terbenam matahari di Papua, hilal belum tampak. 1 jam kemudian matahari terbenam di WITA andaikan tetap hilalnya belum nampak. Terus ke barat Sumatra, Bangladesh, India, Iran..... Dan ternyata hilal teramati di Arab Saudi.
Artinya apa? Artinya, wilayah timur (Indonesia) mencukupkan bilangan zulkaeddah hingga 30, sedangkan Arab Saudi tidak. Itu sebanya mereka (di Arab) Ied Adha jatuh tgl 19 Dec, sedangkan di Indonesia adalah keesokan harinya, 20 Dec.
Kekeliruan selama ini karena orang banyak yang tidak sadar bahwa kemunculan hilal mestinya DIINFORMASIKAN ke BARAT, bukan Ke TIMUR.
Demikian untuk sementara.
Wassalamu Alaikum wwb,
Tasrief Surungan
Postdoctoral fellow Institute for solid state physicsTokyo UniversityJapan
Jawaban :
Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Apa yang anda sampaikan termasuk yang menguatkan hujjah mereka yang mendukung perbedaan hari Raya. Karena bumi itu bulat, maka tiap titik di permukaan bumi menghadap ke langit yang berbeda. Sehingga bila ada hilal terllihat dari suatu titik di muka bumi, tentu belum tentu akan terlihat di semua titik yang lain.
Pengetahuan tentang bulatnya bumi itu baru diakui secara umum pada beberapa abad terakhir ini saja. Orang-orang di masa nabi, masa shahabat bahkan pada ulama salaf, agaknya belum menyadari hal ini.
Sehingga wajar pulabila kita mendapati ada beberapa ulama yang tetap ingin menjadikan seluruh muka bumi ini satu mathla', seolah-olah bumi ini rata seperti hamparan pada permukaan meja.
Memang seandainya bumi kita ini rata seperti meja, kemungkinan hilal akan terlihat dari seluruh tempat di permukaan bumi sangat besar. Cita-cita satu bumi satu mathla' memang mudah direalisasikan seandainya bumi ini tidak bulat tapi rata seperti meja. Sebab semua orang di permukaan bumi bisa melihat hilal bersama-sama dan akan kelihatan dengan jelas.
Ta'addul Mathali'
Di masa lalu tidak terlalu banyak ulama yang berprinsip ta'addud al-mathali', yaitu dimungkinkannya negeri-negeri Islam berbeda dalam melihat keberadaan hilal. Suatu wilayah yang memang melihat hilal boleh melakukan istikmal atau penggenapan usia bulan menjadi 30 hari. Sedangkan di wilayah lain karena hilal nampak, maka mereka boleh memutuskan usia bulan menjadi 29 hari.
Salah satu yang bisa disebut sebagai pelopornya adalah Al-ImamAsy-Syafi'i (150-204 H). Beliausejak awal cenderung mengatakan bahwa tiap tempat di muka bumi punya mathla' sendiri-sendiri. Oleh karena itu bisa saja mereke saling berbeda dalam urusan melihat hilal. Ada wilayah yang bisa melihatnya dan ada wilayah tidak bisa melihatnya.
Seolah-olah beliau sudah menyadari kalau ternyata bumi itu bulat. Pemandangan langit tiap wilayah tidak akan sama. Di wilayah yang satu hilal terlihat, di wilayah lain hilal tidak terlihat.
Dan karena bumi kita ini berputar pada porosnya dari arah barat ke timur, maka secara semu, semua benda langit akan terlihat bergerak dari timur ke barat.Bila ada hilal terlihat di satu tempat, wilayah yang sebelah timur tempat tersebut tidak akan melihatnya. Yang berada di sebelah baratnya saja yang akan melihatnya.
Dan kira-kira hal itulah yang terjadi pada saat rukyatul hilal kemarin Ahad 9 Desember. Di wilayah Indonesia dan sekitarnya, umumnya orang tidak melihat hilal. Namun 4 jam kemudian, orang-orang yang berada di Saudi Arabia bisa melihatnya.
Tentunya secara logika, mereka yang tinggal di sebelah barat Saudi seperti Afrika dan seterusnya, akan punya kemungkinan melihat hilal, asalkan tidak tertutup awan atau halangan lain.
Dua Mazhab
Namun realitanya memang demikian, bahwa di tengah umat berkembang dua mazhab. Yang satu inginnya semua wilayah disatukan dalam penetapanhari Raya, lepas apakah hilal terlihat atau tidak. Yang lain memberikan kebebasan kepada penduduk negeri itu untuk menetapkan sendiri waktu-waktu ibadah mereka, sebagaimana perbedaan jam untuk menetapkan waktu shalat.
Sehingga sampai kapan pun kemungkinan terjadinya perbedaan hari Raya tetap akan terjadi. Kecuali ada semacam kesepakatan antara para penguasa dan fuqaha' di seluruh permukaan planet bumi ini untuk bersatu dalam penetapan hari Raya.
Bayangkan kapan bisa terjadi para ulama dan penguasa dunia Islam berkumpul jadi satu, lalu mereka sepakat menandatangani pakta bersama untuk penetapan hari Raya. Kalau hal itu bisa terjadi, wah tentu sangat indah.
Tapi...
Kapan ya kira-kira hal itu terjadi?
Seorang murid tiba-tiba nyeletuk, "Pak Ustadz, mungkin kalau bumi kita sudah rata seperti meja", Kami hanya terdiam sambil mikir.
Wallahu a'lam bishshawab, Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Beda Pengertian Nabiyin dan Anbiya 16 December 2007, 23:12 | Aqidah > Nabi | 9.216 views |
Bagaimana Membedakan Antara Perbedaan Mazhab dengan Aliran Sesat? 16 December 2007, 11:16 | Aqidah > Aliran-aliran | 10.871 views |
Sholat Iedul Adha Mana yang Harus Diikuti 14 December 2007, 03:39 | Kontemporer > Perspektif Islam | 7.383 views |
Mendakwahi Suku Primitif 13 December 2007, 23:11 | Dakwah > Metode dakwah | 7.702 views |
Talak Tiga Sekaligus dan Tanpa Saksi 13 December 2007, 00:06 | Pernikahan > Talak | 12.228 views |
Makanan Parcel Natal Apakah Halal? 12 December 2007, 01:36 | Kuliner > Non Muslim | 6.280 views |
Film FTV Natal Kristenisasi 12 December 2007, 00:56 | Aqidah > Agama lain | 6.603 views |
Beda Antara Keinginan, Niat dan Nadzar 11 December 2007, 11:36 | Kontemporer > Perspektif Islam | 13.112 views |
Shalat Dhuha' dan Mengikuti Taklim Saat Jam Kerja 10 December 2007, 11:34 | Kontemporer > Fenomena sosial | 10.547 views |
Bantuan untuk Perjuangan Palestina 10 December 2007, 11:09 | Umum > Konflik | 5.257 views |
Tingkatan Ulama Ahli Syariah 10 December 2007, 00:12 | Hadits > Rawi | 24.311 views |
Membacakan Al-Qur'an 30 Juz untuk Almarhum Selama 7 Hari 9 December 2007, 01:23 | Al-Quran > Tilawah | 20.295 views |
Kenapa Mencium Hajar Aswad? 7 December 2007, 22:32 | Haji > Ritual terkait haji | 7.132 views |
Hukum Makan Kepiting 7 December 2007, 12:03 | Kuliner > Hewan | 11.318 views |
Bolehkah Kita Menjual Kulit Hewan Qurban 6 December 2007, 11:06 | Qurban Aqiqah > Qurban | 7.197 views |
Apakah Dalam Quran Ada Bahasa Serapan Asing? 6 December 2007, 07:50 | Al-Quran > Qiraat | 7.217 views |
Bagaimana Hukum 'Latihan Berqurban' di Sekolah 5 December 2007, 23:26 | Qurban Aqiqah > Qurban | 5.332 views |
Bagaimana Batasan Bergaul dengan Mahram yang Tidak Abadi? 5 December 2007, 08:55 | Kontemporer > Perspektif Islam | 7.930 views |
Benarkah Agama Merupakan Produk Kebudayaan? 5 December 2007, 03:45 | Aqidah > Islam | 6.438 views |
Hakekat Ibadah Qurban 5 December 2007, 02:31 | Qurban Aqiqah > Qurban | 7.180 views |
TOTAL : 2.294 tanya-jawab | 49,660,013 views
Jadwal Shalat DKI Jakarta29-5-2023Subuh 04:35 | Zhuhur 11:52 | Ashar 15:14 | Maghrib 17:47 | Isya 18:59 | [Lengkap]
|
Rumah Fiqih Indonesiawww.rumahfiqih.comJl. Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940 Copyright © by Rumah Fiqih Indonesia Visi Misi | Karakter | Konsultasi | Pelatihan | Buku | PDF | Quran | Pustaka | Jadwal | Sekolah Fiqih
|