Bagaimana Hukumnya Dokter Kandungan/Bersalin Laki-Laki? | rumahfiqih.com

Bagaimana Hukumnya Dokter Kandungan/Bersalin Laki-Laki?

Wed 30 April 2014 12:57 | Wanita > Hukum | 43.860 views

Pertanyaan :

Assalammu'alaikum

Begini Ustadz, Bagaimana hukumnya untuk seorang dokter kandungan atau dokter bersalin yang laki-laki, karena kakak saya sewaktu memeriksakan kandungannya yang menanggani adalah laki-laki dan kemudian kakak ipar saya juga, saat melakukan proses kiret juga yang menangani dokter laki-laki.

Padahal melihat sedikit aurot lain jenis itu kandilarang, kenapa hal yang bisa dikatakan sangat rahasia bagi kaum hawa kok malah ditangani oleh lain jenis.

Trimakasih atas jawabannya.

Wassalammu'alaikum Wr. Wb

Jawaban :

Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Namanya memeriksakan kandungan ke dokter, ya sudah pasti auratnya akan dilihat. Bahkan bukan hanya dilihat, pasti akan dipegang-pegang juga. Dan tentu saja hukumnya haram dalam pandangan Islam.

Bukankah hal itu dharurat?

Kami memandang bahwa kedaruratan ada batasnya, meski kedaruratan bisa membolehkan sesuatu yang asalnya haram. Ada kaidah yang berbunyi:

Kedaruratan bisa membolehkan larangan

Misalnya, ada wanitatenggelam dan tidak bisa berenang. Maka wanita itu boleh ditolong oleh petugas laki-laki.

Demikian juga, bila barangkali di suatu tempat, seorang wanita hamil melahirkan secara tidak normal, dan tidak ada dokter ahli kecuali dokter laki-laki. Pilihannya hanya satu di antara dua, ditangani oleh bidan perempuan tapi dengan resiko kematian, atau ditangani oleh dokter kandungan ahli dan secara sunnatullah dia memang ahli di bidang itu.

Maka dalam kondisi seperti ini, kedaruratan bisa membolehkan hal yang asalnya terlarang. Maka ada kaidah lainnya yang berbunyi:

Kedaruratan itu diukur sesuai dengan kadarnya.

Jadi dalam kasus dokter kandungan, hukumnya dasarnya adalah haram bila dokter itu laki-laki. Tetapi sebagai rakyat yang tidak mampu dan tidak menguasai ilmu kedokteran, kalau ternyata yang ada hanya dokter laki-laki, tidak ada dokter perempuan, maka seandainya hal itu memaksa, barulah namanya darurat.

Sebagai umat Islam yang mayoritas di negeri ini, seharusnya kita tidak membuka peluang pendidikan khusus untuk masalah kandungan kepada dokter laki-laki. Jadi semua mahasiswa kedokteran jurusan atau spesialis kandungan, harus perempuan, tidak boleh laki-laki.

Sebab tidak ada laki-laki yang mengandung bayi. Maka buat apa mendidik mahasiswa kedokteran laki-laki untuk mengurusi masalah kandungan bayi. Berarti sejak awal memang sudah cari gara-gara saja. Inilah salah satu bentuk sekulerisme dalam ilmu pengetahuan, yang seharusnya nanti ke depan tidak boleh terjadi lagi.

Dan buat teman-teman dokter atau mahasiswa kedokteran yang laki-laki, urungkan niat anda kalau bercita-cita jadi dokter spesialis kandungan, karena hanya akan membuat anda berada di dalam jalur yang salah. Masak sih mau dharurat seumur hidup?

Kalau sudah terlanjur, maka jadilah dosen. Sebab dosennya boleh laki-laki, tapi generasi itu harus diputus di tengah jalan, diganti dengan semua mahasiswi kedokteran yang perempuan. Dan hal ini hukumnya fardhu kifayah. Kalau sampai tidak ada yang melakukanya, maka kita semua berdosa.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc


Baca Lainnya :

400 Penumpang Pesawat Mau Shalat Semua, Bagaimana Caranya?
29 April 2014, 05:12 | Shalat > Shalat Dalam Berbagai Keadaan | 10.017 views
Menthalaq Isteri Saat Haidh
28 April 2014, 06:37 | Pernikahan > Talak | 8.373 views
Meninggal di Hari Jum'at Bebas Siksa Kubur?
26 April 2014, 06:36 | Umum > Akidah | 36.810 views
Ijab Qabul, Harus Wudhu?
25 April 2014, 06:59 | Pernikahan > Akad | 26.425 views
Bolehkah Suami Melihat Kemaluan Isterinya?
24 April 2014, 05:13 | Pernikahan > Terkait jima | 44.177 views
Non Muslim Menanyakan Kenapa Babi Haram?
23 April 2014, 06:50 | Aqidah > Murtad dan kafir | 18.348 views
Nikah Jarak Jauh
22 April 2014, 06:53 | Pernikahan > Nikah berbagai keadaan | 15.184 views
Apa yang Harus Saya Lakukan Ketika Lupa Tidak Sholat Isya'?
21 April 2014, 05:49 | Shalat > Shalat Qadha | 45.914 views
Shalat dengan Mahdzab yang Mana yang Paling Sesuai dengan Nabi?
20 April 2014, 15:42 | Shalat > Tatacara shalat | 67.424 views
Apakah Ibadah Tidak Diterima Apabila di Tubuh Kita Ada Tato?
19 April 2014, 07:21 | Umum > Hukum | 17.656 views
Apakah Boleh Memelihara Anjing?
18 April 2014, 04:31 | Umum > Hukum | 17.251 views
Apakah Janin Dalam Kandungan Dapat Warisan?
17 April 2014, 06:24 | Mawaris > Ahli waris | 21.553 views
Hukum Rajam Tidak Ada Dalam Al-Quran?
16 April 2014, 01:00 | Jinayat > Zina | 27.766 views
Sahkah Shalat Jamaah Diimami Anak Kecil?
15 April 2014, 04:01 | Shalat > Shalat Berjamaah | 14.528 views
Bayar Hutang Dulu atau Bayar Zakat Dulu?
14 April 2014, 09:30 | Zakat > Pengertian Zakat dan Batasannya | 14.915 views
Takbiratul Ihram di Pesawat Harus Menghadap Kiblat?
13 April 2014, 07:10 | Shalat > Arah Qiblat | 9.971 views
Bolehkah Menjama Dua Shalat dan Mengqasharnya Sekaligus?
10 April 2014, 08:42 | Shalat > Shalat Jama | 27.128 views
Apakah Setiap Pembunuh Wajib Dibunuh Juga?
9 April 2014, 05:59 | Jinayat > Qishash | 18.275 views
Bisakah Dosa Ditransfer ke Orang Lain Sebagaimana Pahala?
7 April 2014, 15:20 | Al-Quran > Hukum | 18.215 views
Mengapa Tatacara Shalat Begitu Memusingkan?
6 April 2014, 11:26 | Shalat > Tatacara shalat | 24.019 views

TOTAL : 2.294 tanya-jawab | 50,953,119 views

Jadwal Shalat DKI Jakarta

--2023
Subuh | Zhuhur | Ashar | Maghrib | Isya | [Lengkap]

Rumah Fiqih Indonesia

www.rumahfiqih.com
Jl. Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940
Copyright © by Rumah Fiqih Indonesia
Visi Misi | Karakter | Konsultasi | Pelatihan | Buku | PDF | Quran | Pustaka | Jadwal | Sekolah Fiqih