![]() |
USTADZ MENJAWAB1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | CariRingkas | Rinci |
Bingung Ikut Jamaah Yang Mana? |
PERTANYAAN Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Ustadz yang dirahmati Allah. Seperti kita ketahui bersama sekarang ini banyak jamaah-jamaah di dalam Islam, seperti salafiah, tarbiyah, Jamaah Tabligh dan sebagainya. Pertanyaan saya adalah: harus memilih jamaah yang manakah saya, agar saya selamat dunia dan akhirat? Dan berdosakah saya jika tidak berjamaah? Sebab ada hadits yang menyebutkan agar kita berjamaah dan kalau tidak berjamaah tidak akan masuk surga. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih. Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. |
JAWABAN Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Apakah benar bahwa siapa saja yang tidak ikut ke dalam kelompok-kelompok yang anda sebutkan itu, lantas dianggap tidak akan masuk surga? Apakah kelompok-kelompok itu representasi yang sah tentang sebuah jamaah yang dimaksud oleh Rasulullah SAW? Pertanyaan ini penting untuk dijawab. Mengapa? Karena seolah-olah bila kita tidak memilih salah satunya, kita ini bukan umat Islam. Sebab ancamannya tidak akan masuk surga. Apakah seorang muslim tidak cukup hanya menjadi umat Islam saja, tanpa harus ikut-ikutan menjadi anggota sebuah kelompok jamaah tertentu? Kelompok Bukan Representasi Jamaah Muslim Sebenarnya berbagai macam kelompok umat Islam yang ada sekarang ini, sama sekali bukan representasi dari jamaah muslim yang banyak disebutkan di dalam hadits-hadits tentang jamaah. Sebab kelompok-kelompok itu tidak ada mirip-miripnya dengan jamaah muslimin yang dahulu digagas dan dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW. Di antara beberapa perbedaan mendasar antara lain adalah: 1. Cuma Satu Jamaah muslimin di masa Rasulullah SAW hanya ada satu saja. Maka di masa itu tidak seorang pun yang bertanya seperti yang Anda tanyakan sekarang ini. Tidak ada orang yang bingung harus ikut jamaah yang mana? Sedangkan di masa kita sekarang ini, jamaah bukan cuma dua, tiga, empat, tetapi jumlahnya mencapai ribuan bahkan jutaan. Masing-masing mengaku sebagai jamaah yang paling benar, paling sesuai dengan Nabi, paling lurus, paling istiqamah dan paling-paling yang lain. Dan apesnya, satu jamaah dengan jamaah yang lain saling menjelekkan dan saling membongkar kejelekan sesama. Tidaklah seseorang masuk ke suatu jamaah, kecuali dia akan 'didoktrin' untuk membenci atau setidaknya kurang simpatik dengan jamaah yang lain. 2. Setiap Muslim Otomatis Jadi Anggota Jamaah Perbedaan yang kedua adalah bahwa di masa Rasulullah SAW, setiap orang yang masuk Islam atau menjadi bagian dari umat Islam, maka secara otomatis sudah resmi menjadi bagian atau anggota jamaah muslimin. Tidak ada seorang muslim pun yang dianggap bukan anggota jamaah muslimin. Kalau ada orang Islam yang murtad atau keluar dari agama Islam, barulah mereka dianggap keluar dari jamaah muslimin. Oleh karena itu, meskipun ada orang-orang munafik di Madinah, namun status mereka tetap dianggap muslim. Dan otomatis mereka pun bagian dari jamaah muslimin. Keadaannya amat jauh berbeda dengan apa yang kita lihat di zaman sekarang ini. Tidak semua orang yang beragama Islam dianggap otomatis menjadi bagian dari kelompoknya. Hanya mereka yang loyal dan mau jadi pendukung setia serta siap disuruh-suruh saja yang dijadikan anggota suatu kelompok. Dan lucunya, kalau sudah ikut suatu kelompok, biasanya tidak diperbolehkan lagi dekat-dekat dengan kelompok lain. Maka kita suka senyum-senyum sendiri ketika mendengar ada kader suatu kelompok dipecat oleh pimpinannya. Alasannya, karena kader itu terlalu dekat-dekat dengan kelompok lain. Berbeda dengan sebagian metode kelompok-kelpompok di masa sekarang ini yang menjadikan bai'at sebagai pintu gerbang untuk menjadi anggotanya. Kalau belum dibai'at maka dianggap belum menjadi anggota, hanya menjadi simpatisan semata. Kalau bai'at itu hanya dijadikan semata sebagai proses menjadi anggota sebuah kelompok atau organisasi, mungkin tidak masalah. Tetapi kalau bai'at itu dipercaya sebagai bagian dari apakah seorang itu dianggap berjamaah atau tidak secara syar'i, maka pemahaman ini kontradiktif. Sebab kalau ada orang tidak ikut dalam kelompok itu, apakah boleh dianggap sebagai orang yang tidak berjamaah sebagaimana hadits yang disabdakan oleh Rasulullah SAW? Pemahaman ini akan menjerumuskan semua umat Islam sedunia ini sebagai bukan bagian dari umat Islam, karena 1, 5 milyar (1.500.000.000) umat Islam di dunia ini, tidak ada satu pun yang berstatus sudah berjamaah. Kecuali beberapa ribu orang yang berbai'at kepada jamaah itu. Pemahaman seperti inilah yang pada gilirannya akan menggiring orang awam kepada pemahaman keliru tentang takfir. Seolah-olah, siapa pun yang tidak ikut ke dalam kelompoknya, berarti tidak berjamaah. Dan kalau tidak berjamaah, berarti akan masuk neraka. Dan kalau pasti masuk neraka, bukanka berarti kelompok itu sudah mengkafirkan seorang muslim? Silahkan Ikut Kelompok Silahkan berjamaah, silahkan ikut berbagai macam kelompok yang ada. Yang penting, ketika aktif berjamaah atau berkompok-kelompok itu, jangan saling menjelekkan, jangan saling mencaci, jangan saling menghina dan jangan saling menuduh kafir antara sesama kelompok di tengah umat. Alangkah indahnya bila semua kelompok itu, yang mana saja, bisa duduk bersama serta saling bersinergi satu sama lain. Saling menghargai, saling menyanjung, saling mengagumi dan saling memberi. Bukan karena basa basi, tetapi harus lahir dari hati. Jangan jalan sendiri-sendiri seolah-olah tidak merasa butuh dengan saudaranya. Bukalah pintu hati untuk keberadaan kelompok lainnya. Toh, tidak mungkin masalah umat Islam ini dikerjakan sendirian saja. Kita butuh banyak tenaga yang mungkin tidak kita miliki di dalam barisan kita sendiri. Mungkin tenaga itu justru ada di dalam kelompok lain. Maka tidak ada yang salah kalau kelompok-kelompok itu saling bekerja sama di semua bidang. Tujuan mereka sama, yaitu berjuang membela agama Islam dan menjadikan Islam sebagai agama yang dianut dan dijalankan oleh umat. Mengapa pula kita harus saling gasak, saling gesek dan saling gosok? Bukankah tindakan dan sikap negatif seperti itu malah bertentangan dengan karakteristik jamaah muslimin yang digagas oleh Rasululah SAW? Jamaah Muslimin Yang Sesungguhnya Kalau keberadaan kelompok-kelompok itu dianggap kurang relevan dengan jamaah muslimin seperti di masa Rasulullah SAW, lalu muncul pertanyaan : adakah sosok wujud jamaah muslimin yang ideal hari ini? Jawabnya bisa ada bisa tidak. Kalau sekedar jamaah muslimin, tentu ada. Tapi kalau yang ideal, rasanya belum. Jamaah muslimin hari ini ya kita semua ini. Semua muslim di dunia yang berjumlah kurang lebih 1,5 milyar ini adalah jamaah muslimin. Artinya, asalkan seseorang sudah beragama Islam, maka secara otomatis dia adalah bagian dari jamaah muslimin. Tidak benar logika yang mengatakan kalau seorang muslim tidak ikut kelompok tertentu, dianggap telah kafir atau bukan muslim. Juga keliru pemahaman yang mengatakan bahwa siapa yang keluar dari suatu kelompok, maka dia telah keluar dari jamaah. Dan kalau keluar dari jamaah, maka keluar pula dari Islam. Dan kalau keluar dari Islam, maka halal darahnya, lalu matinya mati jahiliyah. Ini adalah cara pandang yang sesat dan menyesatkan, yang tidak pernah bisa dibenarkan. Yang benar adalah semua muslim di dunia sekarang ini adalah bagian dari jamaah muslimin. Dan jamaah muslimin tetap masih ada, cuma wujudnya kurang ideal. Kurang idealnya disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya :
1. Keawaman Umat Islam Terhadap Agamanya (Al-Jahlu Anil Islam)
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, |
1. Aqidah |
2. Al-Quran |
3. Hadits |
4. Ushul Fiqih |
5. Thaharah |
6. Shalat |
7. Zakat |
8. Puasa |
9. Haji |
10. Muamalat |
11. Pernikahan |
12. Mawaris |
13. Kuliner |
14. Qurban Aqiqah |
15. Negara |
16. Kontemporer |
17. Wanita |
18. Dakwah |
19. Jinayat |
20. Umum |