![]() |
USTADZ MENJAWAB1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | CariRingkas | Rinci |
Cara Mengetahui Keshohihan Hadits |
PERTANYAAN Assalammualaykum wr. wb. Ustadz. bagaimana sih caranya mengetahui tingkat keshohihan hadits? Jazakallah wassalammualaykum wr. wrb Anang Shodiqin Lumajang Jawa Timur |
JAWABAN Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Di masa sekarang untuk mengatahui keshahihan hadits sangat mudah. Cari saja hadits itu di dalam kitab yang isinya hadits shahih semua seperti Shahih Bukhari, Muslim atau seperti kitab Al-Albani, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah. Kalau tidak ada, kita bisa cari dan buka di kitab-kitab syarah (penjelasan)seperti Bulughul Marah, Nailul Authar dan syarah-syarah dari kutubussittah. Misalnya kitab 'Aunul Ma'bud syarat Hadits Abu Daud. Atau kitab Tuhfatul Ahwadzi syarat kitab Sunan At-Tirimizy. Semua adalah kitab yang menjadi daftar hasil kerja panjang para peneliti hadits di masa lalu, yang kini cuma tinggal kita baca. Tapi jangan tanya terjemahannya, mungkin sampai 100 tahun ke depan belum ada penerbit di negeri ini yang mau melakukannya. Karena secara bisnis kitab seperti itu tidak menjanjikan keuntungan apa pun, padahal jumlahnya berjilid-jilid. Sudah mahal, tidak adayang beli pula. Jadi yang paling mudah duitnya dipakai untuk belajar bahasa arab, lalu sisanya untuk beli CD hadits yang kini semakin banyak. Tapi yang jauh lebih mudah lagi, kirim saja pertanyaan di forum ustadz menjawab ini, siapa tahu dijawab.:) Penelitian Hadit di Masa Lalu Di zaman dahulu, sungguh panjang proses untuk memastikan apakah sebuah perkataan seseorang yang diklaim sebagai hadits itu benar-benar merupakan perkataan beliau SAW. Para peneliti itu kemudian melakukan penelusuran jalur periwayatan. Dari siapakah seseorang menerima riwayat? Dan bagaimanakah keadaan perawi itu, baik dari sisi pengamalan agamanya (al-'adalah) atau pun dari sisi hafalannya (dhabit). Dua kriteria itu yang dijadikan pedoman dasar. Kalau ada seorang dari jalur periwayatan yang tidak memenuhi salah satu dari dua standar itu, maka mereka dicacat dan dicatat. Istilah dalam ilmu haditsnya, mereka ditetapkan sebagai majruh (orang yang cacat), di mana semua hadits riwayat mereka tidak bisa diterima lagi. Sekian ribu ulama peneliti berkeliling dunia untuk membuat sebuah database para perawi, lengkap dengan catatan track recordnya masing-masing. Karena para shahabat nabi sebagai sumber utama hadits-hadits itu tersebar di seantero dunia, maka murid-murid para shahabat nabi itu pun tersebar di seluruh permukaan bumi. Bisa dibayangkan bagaimana panjang dan uniknya perjalanan demi perjalanan yang dilakukan demi penelitian ini, sehingga kalau difilmkan akan menjadi begitu dahsyat. Sayangnya, orang kafir dan orientalis selalu berupaya menutupi fenomena ini. Lahirlah di masa itu para begawan ahli kritik sanad seperti Al-Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hanbal, At-Tirmizy dan seterusnya. Masing-masing selain berkelana menelusuri jejak periwayatan hadits, juga melakukan penilaian langsung atas para perawi. Dan hasilnya akan sangat berguna dalam menilai keshahihan suatu hadits. Maka di zaman sekarang ini, cara yang paling sederhana untuk mengetahui apakah suatu hadits itu shahih atau tidak, kita bisa membaca kitab yang sudah disusun oleh tokoh seperti Al-Bukhari dan Muslim. Sebab keduanya telah melakukan kerja besar untuk mengumpulkan hadits-hadits shahih dalam satu buku. Penelitian Atas Keshahihan Hadits di Masa Sekarang Selain melahirkan tokoh begawan hadits, masa itu juga melahirkan berbagai kitab yang berisi tulisan dan data para perawi. Dan buku-buku semacam itu hanya ada dalam sejarah Islam, tidak pernah ada buku tentang data para perawi hadits di dalam agama mana pun di dunia ini. Singkatnya dari buku-buku tentang rijalul hadits itulah kemudian para peneliti di masa berikutnya bisa tetap melakukan kerja-kerja besar. Mereka melakukan penelitian antara satu buku dengan buku lainnya di perpustakaan besar. Misalnya yang dilakukan oleh al-'allamah Syeikh Nashiruddin Al-Albani di perpustakaan Islam Damaskus Syiria. Siang malam beliau menghabiskan waktu di perpustakaan itu, sampai petugas menyerahkan kepadanya kunci perpustakaan, sehingga kapan pun beliau mau masuk atau keluar, bisa dilakukan sesuka hati. Tentu saja kerja seperti itu tidak digaji, dan motivasinya bukan uang, melainkan ibadah kepada Allah SWT. Dan boleh jadi nilai pahalanya jauh lebih besar dari orang yang i'tikaf berdzikir di masjid. Karena kerja seperti itu sungguh bermanfaat buat umat. Penelitian Hadits Di Indonesia Kegiatan seperti yang dilakukan oleh Syeikh Nasiruddin itu juga mulai dilakukan secara kecil-kecilan di negeri kita. Adalah seorang Dr. Lutfi Fathullah MA, yang wawancaranya pernah kami muat di situs ini telah menyediakan perpustakaannya bagi para mahasiswa dan penuntut ilmu hadits. Mereka melakukan apa yang oleh orang lain seolah mustahil, tetapi kenyataannya bisa berjalan. Kebanyakan memang mahasiswa beliau di fakultas hadits yang ikut dalam kegiatan yang hampir punah itu. Mereka berkenalan langsung dengan kitab-kitab klasik yang juga dipakai oleh Al-Albani dan para pakar hadits dunia. Kitab demi kitab yang tebal berjilid-jilid itu mereka buka, lembar demi lembar mereka bolak balik, persis seperti muhaddits besar. Intinya, begitu kita menemukan teks hadit hadits itu, maka kita periksan nama-nama perawinya sampai kepada tingkat shahabat dan Rasulullah SAW. Lalu nama-nama itu kita cari di beberapa buku rijalul hadits, dan apa yang kita dapat itu tentang data para perawi itu nantinya akan berbicara. Misalnya, adakah di antara para perawi itu yang cacat. Kalau ada, bisa dipertegas apa cacatnya, dari jenis apa dan seberapa parah. Selain itu juga diperiksa masa hidup antara satu perawi dengan perawi lain, juga tempat tinggal mereka. Adakah benang merah yang bisa menyambungkan sanad periwayatannya. Atau jangan-jangan mereka tidak pernah bertemu dalam satu zaman dan seterusnya. Itulah sekilas tentang penelitian hadits dan periwayatannya. Sangat mengasyikkan dan tentu saja sangat perlu didukung dan dipelajari. Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc |
1. Aqidah |
2. Al-Quran |
3. Hadits |
4. Ushul Fiqih |
5. Thaharah |
6. Shalat |
7. Zakat |
8. Puasa |
9. Haji |
10. Muamalat |
11. Pernikahan |
12. Mawaris |
13. Kuliner |
14. Qurban Aqiqah |
15. Negara |
16. Kontemporer |
17. Wanita |
18. Dakwah |
19. Jinayat |
20. Umum |