USTADZ MENJAWAB

1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | Cari

Ringkas | Rinci
Status Wanita Ahli Kitab Setelah Dinikahi

Status Wanita Ahli Kitab Setelah Dinikahi

PERTANYAAN

Assalamu'alaikum, Ustad

Terkait dengan topik yang telah muncul di rubrik ini tentang sahnya menikahi wanita ahli kitab, saya ingin bertanya tentang status wanita ahli kitab itu setelah pernikahan. Apakah ada kewajiban bagi dia untuk masuk Islam?

Dan jika wajib, maka sejak kapan ia harus mengikrarkan keIslamannya? Apakah setelah ijab qabul atau bagaimana?

Jika tidak wajib, apakah tidak aneh jika dalam satu keluarga ada 2 agama. Bukankah sebagai ahli kitab, keyakinan wanita tersebut pada adanya tiga tuhan aka menyebabkan ia termasuk musyrik? Dan bagaimana dengan nasib anak mereka nanti?

Saya tertarik dengan tema ini karena sebelumnya saya kurang simpatik dengan novel Ayat-Ayat Cinta terkait bolehnya nikah beda agama di situ (kasus khusus wanita ahli kitab saja). Dan argumen saya waktu itu sama, bukankah Kristen yang sekarang itu sudah menyimpang dan sebagainya. Namun argumen Ustad membuat saya berpikir lagi, bahwa benar juga, pada zaman Rasul, Kristen pun sudah tidak murni lagi.

Mohon penjelasannya.

Wassalam

JAWABAN

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Pada dasarnya menjadi muslim dan memeluk agama Islam adalah kewajiban setiap manusia. Hanya saja, sebagai pendakwah, kita dilarang memaksakannya. Kita hanya diwajibkan untuk mengajak, tapi tidak boleh main paksa. Maka wanita ahli kitab yang kita nikahi menjadi pe-er tersendiri bagi kita untuk mengajaknya mengenal Islam secara lebih baik agar bisa mendapat hidayah untuk masuk Islam.

Kalau kami membahas bahwa menikahi wanita kristen itu dibenarkan dalam Islam, karena mereka terbilang ahli kitab, maka jujur harus diakui bahwa ada juga sebagian kalangan yang tidak setuju.

Misalnya, pendapat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu yang mengharamkan wanita kitabiyah dan juga mengharamkan sembelihan ahli kitab.

Pendapat yang senada juga dilontarkan oleh ulama pada masa berikutnya yaitu Ibnu Hazm. Ibnu Hazm jelas-jelas mengatakan bahwa tidak ada orang yang paling musyrik melebihi dari ahli kitab. Karena mereka telah menjadikan Nabi Isa sebagai Tuhan.

Sehingga menurut mazhab ini, sembelihan ahli kitab tidak halal dan demikian juga dengan tidak halal menikahi wanita kitabiyah (ahli kitab).

Meski demikian, pendapat Ibnu Umar dan Ibnu Hazm bukan pendapat mayoritas ulama (jumhur). Karena jumhur ulama tetap menganggap bahwa orang Nasrani itu ahli kitab yang halal sembelihannya dan halal pula mengawini wanitanya.

Menikahi Wanita Ahli Kitab dan Dakwah ke Eropa dan Amerika

Sebenarnya tema menikahi wanita ahli kitab ini kalau di Indonesia menjadi kurang menarik.

Mengapa?

Alasan pertama, dari kasus-kasus sebelumnya, dengan menikahi wanita kristen, alih-alih mengIslamkan isteri yang kristen, justru yang sering terjadi malah sebaliknya, para laki-laki muslim yang menikahi wanita kristen malah terbawa-bawa dengan dakwah dan ajakan mereka.

Alasan kedua, karena Indonesia adalah negeri dengan penduduk mayoritas muslim, sehingga ketika ada seorang laki-laki muslim menikahi wanita ahli kitab atau kristen, tidak terlalu berdampak besar.

Tapi bayangkan bila kita hidup di sebuah negeri yang mayoritas kristen, di mana umat Islam justru minoritas. Misalnya kita hidup di Eropa atau Amerika. Kalau sampai kita bisa menikahi para wanita Kristen di sana, berarti sudah terjadi sebuah keberhasilan dalam komunikasi dengan dunia kristen. Dan komunikasi adalah ujung tombak dakwah.

Apalagi kalau dikaitkan dengan issu terakhir ini, yaitu ketika Islam dituduh sebagai teroris, pengganggu dan dijadikan bulan-bulanan, lalu para wanita di negeri itu malah tertarik menikah dengan laki-laki muslim, maka semua tuduhan itu akan gugur dengan sendirinya.

Apalagi bila ketertarikan para wanita itu semata-mata karena akhlak para lelaki muslim yang simpatik, bertanggung-jawab, melindungi, mengayomi dan menjadi qawam bagi para wanita itu. Maka tuduhan itu menjadi tidak berarti.

Maka Islam akan segera menjadi agama yang teramat menarik secara implementatif, bukan argumentatif. Karena secara logika, tidak mungkin ada wanita kristen mau dinikahi oleh laki-laki muslim, kecuali bila mereka memang sudah 'jatuh hati' kepada kepribadian laki-laki muslim itu. Dan tentunya secara otomatis jatuh hati pula pada agama Islam.

Maka dengan demikian, era di mana mereka akan berbondong-bondong mereka memeluk agama Islam, rasanyasudah diambang pintu. Dan terutama anak-anak mereka, secara nalar dan logika akan segera mengenal Islam dengan cara pengenalan yang sebaik-baiknya.

Paling apes, kalau ibu-ibu mereka yang kristen itu tetap dengan kekeristenannya, setidaknya anak-anak mereka akan masuk Islam. Atau katakanlah misalnya terjadi kasus yang lebih apes lagi, anak-anak pun tidak mau masuk Islam misalnya, maka setidaknya anak-anak itu tidak memandang miring agama Islam. Kenapa?

Karena ayah mereka adalah muslim. Kalau ada berita di CNN, FOX, NBC, UPI dan kantor berita lainnya menjelek-jelekkan Islam, maka kita sudah punya satu lapis generasi yang tidak akan percaya dengan berita hasud seperti itu. Setidaknya, meski pun teroris yang mengaku muslim itu memang nyataada, tapi tetap saja mereka percaya bahwa adanya umat Islam yang baik dan bukan teroris, yaitu ayah-ayah mereka sendiri.

Maka kita berandai-andai saja, misalnya disepakati kepada tiap muslim laki-laki yang kebetulan tinggal di negeri minoritas muslim itu, agar menjadi da'i yang melakukan Islamisasi secara total, bukan hanya teoritis tapi juga secara praktis. Misalnya selain berdakwah dengan ceramah, mereka semuanya dihimbau menikahi wanita-wanita kristen di sana, maka akan muncul proses Islamisasi secara masif dan dahsyat.

Kalau hal itu bisa terjadi, maka diperkirakan dalam dua atau tiga generasi ke depan, Eropa bisa jadi hijau alias menjadi negeri muslim yang kaya, kuat, maju, berteknologi tinggi dan makmur. Dan biasanya mentalitasmuallaf akan jauh lebih baik dari pada muslim keturunan seperti di negeri Arab atau Indonesia.

Sebenarnya cerita bagaimana wanita Kristen Koptik Mesir dinikahi oleh laki-laki muslim memang bukan tanpa dasar. Coba kita layangkan ingatan kita ke zaman di mana para shahabat Rasulullah SAW tiba di negeri itu. Negeri itu adalah negeri Kristen. Tapi terjadi proses Islamisasi yang maha dahsyat sehingga mayoritas umat kristiani di sana berbondong-bondong masuk Islam. Dan salah satu prosesnya memang lewat pernikahan, di mana laki-laki muslim menikahi para wanita kristen koptik mesir.

Bahkandalam salah satu riwayat, salah satu isteri Rasulullah SAW pun juga berasal dari Mesir, yaitu Maria Al-Qibthiyyah.Gelar Al-Qibthiyyah itu merujuk kepada kata Qibthi, yaitu Koptik. Dan beliau malah menjadi ummul mukminin setelah itu. Lepas dari apakah beliau masuk Islam dulu baru dinikahi oleh Nabi SAW ataukah dinikahi dulu baru masuk Islam. Tapi intinya, proses pernikahan adalah salah satu jalan dari sekian jalan untuk menuju proses Islamisasi sebuah peradaban.

Dan boleh jadi, cara ini pula yang akanmenjadi salah satu jalan untuk menaklukkan Eropa jilid dua di hari ini. Setelah dahulu pada 29 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel, maka ibu kota Eropa di masa modern ini seharusnya juga jatuh ke tangan umat Islam.

Bedanya, kalau dahulu Al-Fatih mengepung Konstantinopel dan membombardirnya dengan meriam, sekarang kita kepung Eropa lewat dakwah, internet, buku keIslaman, dan... pernikahan.

Dan janji nabi Muhammad SAW 1400 tahun yang lalu memang sudah bisa memotivasi kita.

Dari Abdullah bin Amr bin Al-'Ash berkata, "Saat kami sedang menulis di sekeliling Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya tentang kota manakah dari kedua kota yang akan dibebaskan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Maka Rasulullah SAW menjawab, "Kota Heraclius akan dibebaskan terlebih dahulu." Maksudnya adalah Konstantinopel. (HR Ahmad)

Hadits ini jelas sekali menggambarkan bahwa para shahabat nabi sangat berkeinginan pergi ke Eropa dan menaklukkannya. Sampai-sampai di Turki kita menemukan salah satu kuburan mereka, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari, yang minta dikuburkan di tempat terjauh yang bisa dijangkau oleh penaklukan Islam di Eropa.

Semangat menaklukkan Eropa tidak berhenti di situ, generasi demi generasi terus mendambakan takluknya Eropa di tangan mereka. Namun sampai hari ini, baru 'setengah' Eropa yang sudah diIslamkan, setengahnya lagi masih menanti para mujahid dakwah, yang bisa total berdakwah. Bukan hanya ceramah tapi juga menikahi wanita mereka dan membentuk keluarga Islam di jantung Eropa.

Semangat dengan cita-citai ini, ada seorangtemanyang sudah mempraktekkan proses Islamisasi dengan pernikahan ini, yaitu menikahi wanita Eropa. Tapi sayangnya, dia bilang bahwa teman-temannya pada iri melihatnya, karena isterinya sangat cantik khas Eropa.

Wah, ini sih soal lain lagi. Semoga bukan karena 'sirik tanda tak mampu'. (sirik dalam istilah betawi maksudnya adalah iri hati)

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc