![]() |
USTADZ MENJAWAB1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | CariRingkas | Rinci |
Bingung Baca Terjemah Quran dan Kitab Hadits |
PERTANYAAN Assalamu 'alaikum ustadz, Saya masih terbilang awam tidak bisa bahasa Arab, tetapi saya semangat ingin belajar agama, terutama lewat buku-buku agama. Ada ustadz menasehati saya, bahwa sumber rujukan agama Islam cuma dua saja, yaitu Al-Quran dan Hadits. Jadi kata beliau, cukuplah Al-Quran dan hadits saja yang kita jadikan pedoman, sedangkan yang lainnya itu bukan datang dari Allah SWT, cuma karangan manusia biasa. Bisa saja buku-buku yang lain itu keliru, salah atau juga dilandasi berbagai kepentingan. Maka seusai nasehat, saya beli terjemahan Al-Quran Departemen Agama, dan dua kitab hadits shahih, yaitu Shahih Bukhari dan Sahih Muslim. Keduanya terbit dalam versi yang sudah ada terjemahannya. Saya bertekad untuk membacanya, karena di dalamnya terdapat agama Islam yang asli. Namun saya seringkali bingung kalau membaca terjemahan Quran dan juga hadits-hadits. Banyak sekali terjemahan itu yang saya tidak paham apa maksudnya, setidaknya untuk ukuran saya yang awam ini. Sebagai contoh, di dalam Shahih Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa air itu dari air. Ini apa maksudnya? Oleh karena itu pertanyaan saya begini ; 1. Apa benar cara yang saya lakukan, yaitu belajar Islam hanya dengan membaca Quran dan dua kitab shahih itu saja, dan meninggalkan semua kitab lainnya? 2. Kitab apa yang cocok buat saya untuk mempelajari agama dengan mudah, apakah terjemahan Quran dan hadits itu sudah cukup atau harus ada kitab lainnya? 3. Saya ingin belajar tata cara ibadah yang benar, mulai dari wudhu', mandi janabah, tayammum, shalat, zakat, puasa haji dan lainnya. Apakah semua dijelaskan dalam Al-Quran dan hadits? 4. Cukupkah saya belajar agama lewat buku-buku, ataukah saya harus belajar dari guru agama? Kira-kira guru agama yang seperti apa yang harus saya cari? Sekian pertanyaan saya, mohon kiranya ustadz berkenan menjawab pertanyaan saya yang awam ini. Sebelumnya saya sampaikan ribuan terima kasih. Wasalam |
JAWABAN Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Apa yang antum alami itu sebenarnya juga banyak dialami oleh orang lain. Jadi kebingungan itu wajar saja. Bahkan saya sendiri pun dahulu pernah mengalaminya juga. Barangkali karena termakan isu bahwa kita harus kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah, dan membuang apapun selain dari keduanya. Maka saya waktu itu pun beranggapan bahwa cukuplah seseorang punya mushaf Al-Quran yang ada terjemahya dan dua kitab Shahih terjemahan, lalu kita sudah menjadi orang yang mengerti agama. Itulah yang selama ini terlanjur saya pahami secara sederhana, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah adalah pedoman kita dalam beragama. Dan itulah juga yang dipahami oleh masyarakat dan khalayak awam selama ini. Ternyata apa yang saya pahami dengan sederhana selama ini tidak tepat benar. Ternyata ilmu agama Islam ini sangat luas. Sekedar teks Al-Quran saja, meski pun sudah ada terjemahannya, tidak secara otomatis langsung bisa kita pahami maksud, isi dan kandungan hukumnya. Demikian juga dengan kitab hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Memang benar dua kitab hadits itu terjamin keshahihannya. Namun dalam prakteknya, tidak secara otomatis kita langsung bisa memahami dengan benar isinya. Juga tidak bisa langsung menarik kesimpulan hukumnya. Dan sayangnya bukan hanya saya yang harus mengalaminya. Sebelum saya sudah ada ribuan bahkan jutaan orang yang mengalami kesalah-pahaman itu. Dan di belakang saya malah ada puluhan juta orang yang juga mengalaminya. Bahan Baku Sebenarnya Al-Quran dan Al-As-Sunnah memang sumber dari ajaran Islam. Rasulullah SAW telah mewariskan keduanya kepada kita sebagai dua pedoman yang harus kita pegang teguh. Selama kita berpegang kepada keduanya, maka kita tidak akan sesat selamanya. Sampai disini tentu tidak ada yang salah. Benar bahwa Al-Quran dan As-Sunnah itu sumber agama Islam, rujukan utama dalam kehidupan. Hanya yang kemudian menjadi masalah adalah munculnya anggapan bahwa setiap orang walaupun awam, tidak mengerti ilmu Al-Quran atau ilmu hadits, dan juga tidak mengerti metodologi dalam istimbath hukum, seolah-olah boleh saja bahkan diharuskan untuk melakukan ijtihad sendiri, dengan langsung membaca teks Al-Quran dan As-Sunnah. Dan akhirnya terjadilah apa yang terjadi. Terjemahan Al-Quran yang mengandung banyak kelemahan karena keterbatasan bahasa itu itupun dibaca begitu saja banyak orang awam, tanpa pedoman yang benar, juga tanpa bekal ilmu tafsir, asbabunnuzul, serta ilmu ushul dan ilmu fiqih itu sendiri. Demikian juga dengan kitab-kitab hadits. Seharusnya ada begitu banyak penjelasan dari apa yang terkandung pada tiap hadits itu, yang sayangnya tidak termuat dalam kitab-kitab matan hadits dan juga terjemahannya. Sementara di sisi lain, masyarakat terlanjur beranggapan bahwa semua yang termuat dalam kitab-kitab hadits shahih itu bisa langsung dipahami secara instan. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kalau diibaratkan masakah, kitab suci Al-Quran dan juga kitab-kitab Sunnah atau boleh kita sebut kitab-kitab Hadits sebenarnya masih berupa bahan baku. Ibarat kita mau bikin soto ayam, bahan bakunya memang ayam. Tetapi ayam itu masih harus diolah dulu sedemikian rupa. Soto ayam berbeda dengan ayam yang masih hidup dan berkokok. Kita masih harus menangkapnya, kemudian menyembelihnya, lalu menguliti, memotong-motongnya, lalu meliumurinya dengan beragam ramuan bumbu. Kemudain setelah bumbu meresap, kita masih perlu memasaknya hingga matang. Kemudian masih ada proses lainnya seperti menambahi bahan-bahan yang lain, seperti sayuran, kecap, sambal, jeruk nipis, krupuk dan seterusnya. Semua itu adalah proses pembuatan soto ayam yang hanya bisa dilakukan oleh tukang soto yang berpengalaman. Tidak mungkin tukang soto menyediakan menu berupa ayam yang masih mentah, apalagi yang masih hidup, dimana para pelanggan awam yang yang perutnya lapar minta diisi lantas disuruh memakan ayam hidup mentah-mentah. Bahkan kita pun tidak bisa memberi para pelangan soto ayam itu pisau, kompor, ulekan, penggorengan, panci, parutan dan semua peralatan, agar mereka bisa mengolah soto sendiri. Jangankan orang awam, ibu rumah tangga yang tiap hari kerjanya masak di dapur pun belum tentu piawai mengolah soto ayam yang enak di lidah. Kita butuh tukang soto yang berpengalaman, dimana boleh jadi ilmu dan resep masaknya itu didapat secara turun temurun. Butuh Ahli dan Alat Maka Al-Quran terjemah dan kitab hadits terjemahan tentu saja sangat tidak cukup untuk dikonsumsi begitu saja. Ibarat makanan, keduanya masih berupa bahan mentah, belum siap untuk begitu saja disantap. Keduanya masih harus diproses dulu sehingga menjadi makanan yang siap dihidangkan di atas meja. Proses itu juga panjang, mulai dari memilah mana yang turun duluan dan mana yang belakangan. Di dalam Ilmu Ushul Fiqih, kita mengenalnya dengan istilah nasakh dan mansukh. Sebab boleh jadi ada ayat atau hadits yang saling terkait, dimana ayat atau hadits yang turun belakangan menghapus yang sebelumnya. Selain itu juga ada dalil-dalil yang bersifat umum, lalu ada dalil yang bersifat khusus. Dalam istilah ushul disebut dengan al-'aam wal khash. Maka bagaimana kita menerapkan dalil yang khas dan mana yang 'aam, perlu keahlian khusus dan tidak boleh dilakukan oleh orang awam. Dalam proses memahami hadits, para ulama juga harus melihat teks dan konteks, dimana keduanya harus dibandingkan secara hati-hati. Karena banyak sekali hadits yang saling berbeda, dan ternyata karena adanya perbedaan konteks. Kalau urusan konteks ini kurang benar cara memahaminya, maka akan ada begitu banyak hadits yang diselewengkan pengertiannya. Satu lagi yang juga amat penting, kita seringkali menemukan berbagai istilah, frasa dan ungkapan yang mudah dipahami oleh orang-orang yang hidup di masa Rasulullah SAW, namun menjadi sulit untuk dipahami oleh orang zaman sekarang. Misalnya, ketika Rasulullah SAW menyebutkan sabdanya yang abadi : الماء من الماء
Air itu dari air. Ternyata air yang pertama maksudnya adalah mandi janabah, sedangkan air yang kedua adalah keluarnya air mani. Jadi sebenarnya Rasulullah SAW ingin bilang, bahwa keluarnya air mani itu menyebabkan wajibnya mandi janabah. Bayangkan apabila seorang awam yang tidak pernah belajar syariah, tiba-tiba baca hadits ini, pasti dahi akan berkerut sepuluh lipatan, menandakan tidak paham. Apalagi nanti ada ilmuwan yang sok bikin tafsir menurut seleranya, jangan-jangan dia akan bilang bahwa makna air itu dari air adalah bahwa untuk menciptakan air maka kita butuh air. Soalnya Nabi SAW adalah ahli kimia yang memberi petunjuk bagaimana memproses industri air. Wah wah, pasti akhirnya akan keliru dan menyesatkan. Lalu Buku Apa Yang Mudah Dimengerti? Pertanyaan ini menarik untuk dibahas. Kalau kita agak bingung dengan terjemahan mushaf Al-Quran dan terjemahan kitab Hadits, lalu apa solusinya? Solusinya sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Untuk Al-Quran, para ulama dan mufassirin sudah menulis ribuan judul kitab Tafsir. Ada kitab tafsir yang tipis tetapi ada juga yang tebal hingga 30 jilid. Maka kalau mau tahu bagaimana cara kita memahami isi kandungan suatu ayat Al-Quran, jangan kita andalkan terjemahan, tetapi bukalah kitab Tafsir. Kitab tafsir sendiri punya banyak ragam dan corak. Kalau ingin yang lebih mengkhususkan kandungan hukum dari ayat-ayat Al-Quran, kita bisa membaca Tafsir Al-Jami' li Ahkamil Quran, karya Al-Imam Al-Qurthubi. Kalau saya tidak salah, sepertinya sudah ada terjemahannya. Untunglah sekarang ini sudah mulai agak banyak kitab tafsir yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Memang kalau yang tebal-tebal itu harganya jadi agak mahal. Sedangkan kitab Shahih Bukhari, juga sudah ribuan tahun yang lalu dijelaskan isi dan kandungannya satu persatu. Cukup banyak kitab yang ditulis para ulama untuk menjelaskan (syarah) dari kitab ini, misalnya yang paling legendaris adalah Fathul Bari yang ditulis oleh ulama besar, Ibnu Hajar Al-Asqalani. Kalau tidak salah, saya juga pernah melihat kitab ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Kitab Shahih Muslim juga sudah ditulis penjelasannya oleh para ulama. Ada banyak versinya, salah satu yang paling populer Syarah Shahih Muslim yang ditulis oleh Al-Imam An-Nawawi. Saya agak ragu, apakah sudah ada yang menterjemahkannya. Kitab Kandungan Hukum Yang Lebih Praktis Namun kalau dipikir-pikir, baik Al-Quran, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim adalah kitab yang cukup tebal. Isi kandungannya juga sangat banyak dan luas. Sehingga kalau anda butuh buku yang isinya lebih kepada tuntunan ibadah praktis, seperti tata cara wudhu, mandi janabah, tayammum, istinja', shalat, puasa, zakat, haji dan muamalah, sebenarnya akan lebih praktis dan mudah bila anda membuka kitab fiqih. Kitab fiqih pun ada yang sangat luas dan mendalam pembahasannya, tetapi juga ada yang lebih singkat dan simple. Yang sifatnya luas dan mendalam, biasanya digunakan oleh mereka yang sudah ekspert, yaitu mereka yang sudah punya dasar-dasar pengetahuan ilmu fiqih yang dasar. Sedangkan buat mereka yang baru saja mengenal ilmu fiqih, saya sarankan untuk membaca kitab fiqih yang dasar juga. Biar tidak kebingungan dengan beragam detail masalah yang dibahas. Perlu Guru Yang Ahli Sebagai tambahan, belajar lewat buku tentu sangat baik, sebab tradisi keilmuan agama Islam memang terabadikan dengan baik lewat tinta para ulama, jutaan judul kitab dan ribuan perpustakaan perpustakaan. Namun tetap saja untuk belajar agama dibutuhkan operator ahli, yaitu guru, ulama, ahli syariah atau ahli agama, yang memang ahli di bidangnya. Guru yang dimaksud tentu bukan ustadz hasil nemu di pinggir jalan, atau ustadz kagetan, ustadz mendadak, apalagi ustadz seleb. Kalau yang model begituan tentu tidak layak kita sebut ustadz. Justru mereka itu WAJIB belajar agama dulu yang benar dan serius dan tidak boleh bicara yang bukan bidang keahliannya. Silahkan antum cari guru yang memang ahli di bidang ilmu tertentu, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, dan lainnya. Di Jakarta ada begitu banyak masjid, majelis taklim dan tempat-tempat tertentu yang menyelenggarakan majelis ilmu. Bahkan tidak sedikit kantor dan perusahaan yang juga punya jadwal taklim yang baik. Semoga Allah memudahkan semua orang yang ingin mempelajari agama-Nya, amin. Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc,. MA |
1. Aqidah |
2. Al-Quran |
3. Hadits |
4. Ushul Fiqih |
5. Thaharah |
6. Shalat |
7. Zakat |
8. Puasa |
9. Haji |
10. Muamalat |
11. Pernikahan |
12. Mawaris |
13. Kuliner |
14. Qurban Aqiqah |
15. Negara |
16. Kontemporer |
17. Wanita |
18. Dakwah |
19. Jinayat |
20. Umum |