USTADZ MENJAWAB

1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | Cari

Ringkas | Rinci
Apakah Orang Bertakwa Pasti Kaya?

Apakah Orang Bertakwa Pasti Kaya?

PERTANYAAN
Asslamualaikum wr wb

Pak Ustadz yang dirahmati Allah, saya mau menanyakan apakah tingkat ketakwaan kepada Allah berbanding lurus dengan kekayaan yang kita dapat ? maksudnya ,apakah dengan kita semakin bertakwa maka harta yang kita peroleh juga bertambah banyak ?

Terima kasih

Wassamualaikum wr wb
JAWABAN
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jawaban singkat dari pertanyaan antum adalah tidak. Kekayaan bukanlah bukti bahwa seseorang itu bertakwa atau tidak.

Karena kekayaan seseorang adalah pemberian Allah SWT, dan kekurangan atau kemiskinan yang dialami seseorang juga atas kehendak Allah juga. Namun semua itu tidak ada kaitannya dengan tingkat ketakwaan atau tingkat kemaksiatan seseorang.

Kadang kemiskinan atau kekurangan yang Allah kehendaki terjadi pada diri seseorang, justru merupakan bukti ketakwaannya. Sebab kadang Allah menguji orang yang beriman dengan ujian kemiskinan.

Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah : 155)

Dan sebaliknya, kekayaan yang Allah SWT berikan kepada seseorang justru boleh jadi merupakan bukti bahwa Allah SWT atasnya bahwa orang itu bukan yang beriman.

Rasulullah SAW Paling Bertaqwa, Apakah Beliau Kaya?

Mari kita tengok sosok orang yang paling tinggi imannya dan paling kuat ketakwaannya. Siapa lagi kalau bukan Rasulullah SAW.

Apakah nabi kita itu sosok orang kaya?

Jawabnya tidak selalu jadi orang kaya. Dari 63 tahun masa hidup beliau SAW, hanya beberapa kali saja beliau dicukupkan rejekinya oleh Allah SWT. Namun yang lebih banyak adalah drama kehidupan beliau yang miskin dan sederhana.

Kadang sampai 3 bulan dapurnya tidak mengepulkan asap. Kadang beliau pernah juga saking laparnya sehingga sampai harus mengganjal perutnya dengan batu.

Rumah beliau pun sederhana sekali. Tidak ada kasus empuk bagi beliau untuk sekedar bisa tidur enak. Beliau hanya tidur di atas tikar yang dianyam, sehingga tidak jarang ketika bangun tidur, masih ada tanda bekas anyaman tikarnya.

Bahkan Rasulullah SAW ketika wafat, tidak meninggalkan harta benda yang bisa diwariskan kepada anak cucu.

Tetapi adakalanya di salah satu momen kehidupan, beliau SAW mendapatkan rejeki yang luas dan besar dari Allah SWT. Setidaknya, beliau mendapatkan hak 1/5 dari setiap ghanimah atau harta rampasan perang yang berhasil beliau menangkan.

Dan cukup banyak perang yang berhasil beliau dapatkan, sehingga kalau kita mau menghitung-hitung dan memperkirakan, seharusnya beliau SAW adalah orang kaya di Madinah. Beliau seharusnya masuk dalam jajaran orang terkaya, bahkan nomor urut pertama.

Tetapi karena beliau rajin bersedekah, bahkan teramat ekstrim ketika bersedekah, maka beliau tidak sempat lagi merasakan nikmat kekayaannya. Dan alhamdulillah, semua istri beliau taat dan menerima saja. Mereka tidak menuntut ini dan itu yang berlebihan.

Doa Nabi SAW Selalu Terkabul

Sebenarnya kalau beliau mau, bisa saja Allah memberikan kekayaan yang berlimpah, macam Nabi Sulaiman alahissalam. Sebab doa beliau mustajabah, lebih sering terkabul dari pada yang tidak terkabul.

Masalahnya beliau SAW sendiri yang kurang berminat untuk mengumpulkan kekayaan. Ini masalah selera dan gaya hidup. Jadi beliau SAW berhak untuk menentukan gaya hidupnya sendiri.

Orang Kafir Banyak Yang Kaya Raya

Sementara itu, di dalam sejarah kita menemukan banyak orang kafir yang punya kekayaan berlimpah ruah. Sejak lahir sampai akhirnya hayatnya tidak pernah mengalami jadi orang miskin. Padahal belum pernah sekali pun dahinya diletakkan di atas tanah untuk sekedar bersujud kepada tuhannya.

Kok bisa, ya?

Tentu saja bisa. Sebab selama seseorang masih hidup di dunia, Allah SWT masih akan terus memberikan segala kenikmatannya kepada siapa saja, lepas dari apakah orang itu kafir atau beriman.

Sebab setelah kehidupan di dunia ini, masih ada kehidupan lagi jilid dua, yaitu kehidupan akhirat. Disanalah nanti orang-orang kafir akan merasakan hidup yang susah, sakit, disiksa dan seterusnya. Dan disana juga nanti orang beriman akan mendapatkan segala kenikmatan yang tidak akan pernah berhenti.

Karena kehidupan di dunia ini  cuma sementara, yang abadi adalah kehidupan di akhirat nanti. Maka boleh-boleh saja Allah SWT mengulur waktu buat orang kafir, untuk tetap masih bisa merasakan kenikmatan dunia.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc., MA