![]() |
USTADZ MENJAWAB1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | CariRingkas | Rinci |
Hukum Membaca Ushalli Dalam Shalat, Bid'ahkah? |
PERTANYAAN Assalamualaiku wr. wb. Salah satu masalah yang paling sering menjadi perbedaan pendapat di tangah umat Islam adalah masalah membaca ushalli. Mohon ustadz menjelaskan duduk permasalahannya, apakah hukum membaca ushalli ini. Syukran Wassalam |
JAWABAN Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Seluruh ulama sepakat bahwa tempat niat ada di dalam hati. Namun mereka berselisih pendapat tentang hukum melafadzkan niat di lidah, apakah hukumnya sunnah, makruh atau sekedar boleh. 1. SunnahMazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah memandang bahwa melafadzkan niat itu hukumnya sunnah, agar lisan sesuai dengan hati.
لأن التلفظ بالنية والتسمية سنة Sebab melafadzkan niat dan basmalah hukumnya sunnah. [1]
)واستحبه) أي التلفظ بالنية (سرا مع القلب كثير من المتأخرين) ليوافق اللسان القلب Banyak dari ulama mutaakhkhirin memandang istihbab melafadzkan niat dengan lirih dalam hati, agar lisan sejalan dengan hati. [2] Mazhab Al-Hanabilah dan Al-Hanafiyah menyebutkan bahwa hukum melafadzkan niat itu makruh.
لا يشترط مع نية القلب التلفظ في جميع العبادات Tidak disyaratkan melafadzkan niat di dalam hati dalam semua bentuk ibadah.[3] Mazhab Al-Malikiyah memandang bahwa hukum melafadzkan niat itu boleh.
)ولفظه) أي تلفظ المصلي بما يفيد النية كأن يقول نويت صلاة فرض الظهر مثلا (واسع) أي جائز بمعنى خلاف الأولى . والأولى أن لا يتلفظ لأن النية محلها القلب ولا مدخل للسان فيها Dan melafadzan niat oleh orang yang shalat seperti nawaitu shalata fardhizh-zhurhi adalah masalah yang luas, yaitu hukumnya boleh walaupun termasuk tidak sejalan dengan utama. Yang utama adalah tidak melafadzkan niat karena tempat niat itu di dalam hati dan tidak ada kaitannya dengan lisan. [4] Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc., MA [1] Al-Khatib Asy-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj, jilid 1 hal. 57 [2] Al-Buhuti, Kasysyaf Al-Qinna', jilid 1 hal. 87 [3] Ibnu Najim, Al-Asybah wa An-Nazhair, hal. 48 [4] Ad-Dardir , Asy-syarhul Kabir, jilid 1 hal. 233-234 |
1. Aqidah |
2. Al-Quran |
3. Hadits |
4. Ushul Fiqih |
5. Thaharah |
6. Shalat |
7. Zakat |
8. Puasa |
9. Haji |
10. Muamalat |
11. Pernikahan |
12. Mawaris |
13. Kuliner |
14. Qurban Aqiqah |
15. Negara |
16. Kontemporer |
17. Wanita |
18. Dakwah |
19. Jinayat |
20. Umum |