USTADZ MENJAWAB

1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | Cari

Ringkas | Rinci
Benarkah Arah Kiblat Masjid Nabawi Tidak Presisi?

Benarkah Arah Kiblat Masjid Nabawi Tidak Presisi?

PERTANYAAN
Apakah arah kiblat dari bangungan masjid harus 100% presisi? Sah atau tidak bila kita shalat di masjid yang bangunannya tidak presisi 100% ke arah ka'bah? Bagaimana dengan masjid Nabawi sendiri, apakah juga sudah 100% presisi?
JAWABAN

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabaraktuh,

Kalau kita mengukur menggunakan Google Earth maka kita mengukur arah dan jarak antara dua titik permukaan bumi,  termasuk arah dan jarak antara Masjid Al-Haram di Mekkah dan Masjid An-Nabawi di Madinah.

Caranya dengan menarik garis lurus dari masjid Al-Haram Mekkah ke Masjid Nabawi di Madinah atau sebaliknya. Maka hasilnya akan seperti gambar di bawah ini :

 

Dari gambar ini jelas sekali bahwa arah kiblat dari Masjid Nabawi di Madinah ke Masjid Al-Haram di Mekkah secara umum arahnya ke Selatan. Namun kalau mau lebih presisi, sebenarnya tidak pas arah Selatan, tetapi agak bergeser arah ke timur sedikit beberapa derajat.

Dasarnya bisa dapatkan dari koordinat lokasi kota Mekkah yaitu 21°25′LU 39°49′BT, sedangkan koordinat lokasi kota Madinah yaitu 24°28′LU 39°36′BT. Jadi dari angka koordinat kedua kota itu memang posisi Madinah sedikit lebih ke Barat dan kota Mekkah justru sedikit lebih ke Timur.

Sementara kalau kita perhatikan di layar Google Earth, ternyata bangunan Masjid An-Nabawi sendiri benar-benar lurus ke arah Selatan. Padahal kalau mau presisi secara 100% mengarah ke Ka'bah atau Masjid Al-Haram atau kota Mekkah, maka arahnya agak geser ke Timur sedikit saja. Silahkan perhatikan gambar jepretan Google Earth di bawah ini.

Lalu bagaimana kita menyikapinya?

Dalam hal ini nampaknya memang ada dua kemungkinan :

1. Kekeliruan Google Earth

Tentu saja keakuratan hasil pengukuran menggunakan Google Earth ini masih terbuka untuk dikritisi, apakah valid atau tidak. Silahkan nanti para ahli menjawab masalah ini .

Tetapi yang jelas memang arah Masjid An-Nabawi di Madinah memang tidak 100% presisi luruh ke arah kota Mekkah.

2. Memang Tidak Harus Presisi

Kemungkinan kedua boleh jadi memang arah kiblat itu tidak harus 100% presisi, dalam arti agak melenceng sedikit pun jadilah. Toh di zaman Nabi SAW pun juga belum ada alat yang bisa mengukur arah sampai tingkat presisi di bawah satu digit untuk jarak yang ratusan atau ribuan kilometer.

Dan secara logika memang sulit untuk mengharuskan kita shalat dengan tingkat presisi sampai ukuran meter, kalau jaraknya sudah terlalu jauh.

Sebagai ilustrasi sederhana, misalnya seorang sniper atau penembak jitu. Mungkin dia masih bisa menembak dengan tepat satu sasaran apabila jaraknya masih di bawah 800 meter. Syaratnya senapannya harus menggunakan tripod atau menempel pada sesuatu yang baku. Tapi kalau jaraknya sudah melebihi 1000 meter atau lebih, maka tingkat kemungkinan pelurunya tepat sasaran menjadi berkurang.

Sekarang coba bayangkan bila jaraknya sejauh lebih dari 400-an km dari Madinah ke Mekkah, maka sudah pasti peluru si sniper akan meleset jauh kemana-mana, meskipun objek sasarannya sebesar bangunan Ka'bah. Asal tahu saja bahwa Ka'bah Musyarrafah itu berukuran 12,84 x 11,53 meter saja, seperti data di bawah ini :

Amat sangat wajar kalau meleset bidikannya. Padahal sniper itu menggunakan tripod untuk menembak, kalau handheld atau senapannya di pegang pakai tangan, pasti lebih meleset lagi. Sebab badan manusia pasti bergerak-gerak dalam setiap nafasnya. Sekali bernafas pasti bergeser jauh sekali.

Maka logika bahwa seorang itu harus shalat dengan menghadap kiblat 100% presisi itu agak sulit dilakukan, meskipun masjidnya sudah 100% presisi. Karena sesunggunnya yang wajib menghadap kitab itu bukan masjidnya, melainkan orangnya.

Dan apalagi kita yang tinggal di Jakarta, dimana jaraknya ke Mekkah bisa mencapai 9.000 km. Bila sniper senior di Indonesia ditugaskan untuk menembak Ka'bah pakai sinar infra merah atau laser gun dengan cara digenggam tangan, maka sinarnya akan bergeser-geser terus bukan cuma ke Mekkah, tetapi bisa sampai Madinah, Mesir, Sudan, Yaman, Jordan atau malah sampai Paris London.

Demikian juga orang shalat, pasti kalau diukur secara presisi 100% akurat, maka tidak mungkin bisa terjadi. Sebab selama dia bernafas, maka arah kiblatnya akan terus bergeser-geser tidak berhenti.

Lain halnya kalau dia sudah mati, mungkin bisa tepat arahnya 100% presisi. Tapi kalau orang sudah mati percuma juga, toh shalatnya juga tidak sah.

Wasslamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.,MA