Jilid : 1 Juz : 1 | Al-Fatihah : 2
Al-Fatihah 1 : 2
Mushaf Madinah | hal. 1 | Mushaf Kemenag RI

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Kemenag RI 2019 :

Segala puji bagi Allah, Tuhan[1]) semesta alam

[1]) Allah Swt. disebut rabb (Tuhan) seluruh alam karena Dialah yang telah menciptakan, memelihara, mendidik, mengatur, mengurus, memberi rezeki, dan sebagainya kepada semua makhluk-Nya


Prof. Quraish Shihab :

Segala puji hanya bagi Allah pemelihara seluruh alam.


Prof. HAMKA :

Dan Kami katakan, "Pukullah olehmu dengan sebagian daripadanya!" Demikianlah Allah menghidupkan yang telah mati dan memperlihatkan ayat-ayat-Nya, supaya kamu berpikir.



الحمد لله

1. Makna Al-Hamdu

Al-hamdu itu adalah ats-tsan' yang bermakna pujian.

Perbedaannya bahwa pujian dengan syukur adalah bahwa alhamdu merupakan pujian ke yang dipuji atas keindahan sifat dan perbuatannya. Sedangkan sukur itu adalah pujian kepada yang dipuji karena pemberiannya.

Maka semua syukur itu pujian, namun tidak semua pujian itu syukur. Oleh karena itu pantas bagi Allah SWT untuk memuji diri-Nya sendiri, namun tidak layak apabila Allah SWT bersyukur kepada diri-Nya sendiri.


فَأمّا الفَرْقُ بَيْنَ الحَمْدِ والمَدْحِ، فَهو أنَّ الحَمْدَ لا يُسْتَحَقُّ إلّا عَلى فِعْلٍ حَسَنٍ،

والمَدْحُ قَدْ يَكُونُ عَلى فِعْلٍ وغَيْرِ فِعْلٍ، فَكُلُّ حَمْدٍ مَدْحٌ ولَيْسَ كُلُّ مَدْحٍ حَمْدًا، ولِهَذا جازَ أنْ يُمْدَحَ اللَّهُ تَعالى عَلى صِفَتِهِ، بِأنَّهُ عالِمٌ قادِرٌ، ولَمْ يَجُزْ أنْ يُحْمَدَ بِهِ، لِأنَّ العِلْمَ والقُدْرَةَ مِن صِفاتِ ذاتِهِ، لا مِن صِفاتِ أفْعالِهِ، ويَجُوزُ أنْ يُمْدَحَ ويُحْمَدَ عَلى صِفَتِهِ، بِأنَّهُ خالِقٌ رازِقٌ لِأنَّ الخَلْقَ والرِّزْقَ مِن صِفاتِ فِعْلِهِ لا مِن صِفاتِ ذاتِهِ.

2. Keutamaan Al-Hamdu

إِذَا قُلْتَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ فَقَدْ شَكَرْتَ اللَّهَ فَزَادَكَ

Bila engkau mengucapkan : al-hamdulillah rabbil alamin, maka engkau sudah bersyukur kepad Allah, maka Allah akan menambahkan untukmu.

الْحَمْدُ رَأَسُ الشُّكْرِ، مَا شَكَرَ اللَّهَ عَبْدٌ لَا يَحْمَدُهُ

Alhamdu adalah kepala syukur, tidaklah bersyukur seorang hamba bila tidak memujinya.

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ

Dzikir yang paling utama adalah lailaha illalah. Syukur yang paling utama adalah alhamdulillah.

الطَّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ

Kesucian itu separuhnya iman. Alhamdulillah itu memenuhi timbangan.

مَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً فَقَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ إِلَّا كَانَ الَّذِي أَعْطَى أَفْضَلَ مِمَّا أَخَذَ

Tidaklah Allah memberi kenikmatan pada seorang hamba lalu dia berucap,”Alhamdulillah”, kecuali maka apa yang Allah berikan itu menjadi lebih baik dari yang diambil oleh-Nya.

وَمَا شَيْءٌ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْحَمْدِ

Tiada sesuatu pun yang lebih Allah cintai dari pada alhamdu.

ربّ

Dalam Ash-Shihah, rabb (رب) merupakan salah satu nama Allah juga, namun tidak digunakan kecuali dengan di-idhafah-kan dengan makhluk, seperti rabbul-alamin. Di masa jahiliyah, sebutan rab ini digunakan untuk menyapa raja.

Al-Qurtubi memaknai kata rabb (رب) ini sebagai tuan (sayyid), dengan mengutip ungkapan dalam Surat Yusuf ayat 42 : (اذكرني عند ربك) “Sebutlah namaku di depan tuanmu”, dan juga mengutip hadits : (أن تلد الأمة ربتها) “Tatkala budak wanita melahirkan tuannya. (HR. Bukhari dan Muslim)”.

Sedangkan dalam ungkapan bahasa Arab, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga disebut dengan rabbtul-bait (ربة البيت).

Kalangan yang beraliran aqidah salafiyah sering menggunakan istilah rabb ini untuk menamakan salah satu jenis tauhid versi mereka, yaitu tauhid rububiyah (توحيد ربوبية) sebagai lawan dari tauhid uluhiyah yang diambil dari lafadz ilah (اله).

Yang mereka maksud dengan tauhid rububiyah adalah tauhid yang sekedar mengakui keberadaan Allah SWT, serta Allah SWT diakui telah menciptakan makhluk termasuk langit dan bumi.

Dalam pandangan mereka, bertauhid secara rububiyah belum cukup, harus dengan tauhid uluhiyah. Sebab kalau sekedar tauhid rububiyah, maka orang-orang kafir pun sudah bertauhid rububiyah. Sebab mereka pun juga mengakui keberadaan Allah SWT serta mengakui bahwa Allah SWT telah menciptakan langit dan bumi.

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

Bila kamu tanya kepada mereka, siapa yang menciptakan langit dan bumi serta yang menggerakkan matahari dan bulan, pastilah mereka menjawab Allah.

Namun penggunaan istilah tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah ini tidak selalu disepakati semua ulama. Mengingat pembagian seperti ini justru tidak pernah ditemukan di dalam Al-Quran secara eksplisit, juga tidak di dalam haditd-hadits nabi, bahkan dalam tafsir para ulama zaman klasik pun tidak kita temukan pembahasannya.

Pembagian ini semata-mata ijtihad yang awal mulanya dilakukan oleh Ath-Thahawi, lalu juga ada di dalam tulisan Ibnu Taimiyah.

Lalu diikuti oleh murid-muridnya hingga sampai kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab. Lalu diteruskan oleh para ulama di Saudi Arabia.

Sebagai sebuah ijtihad, tentu sah-sah saja, namun kalau dianggap pembagian dua tauhid ini sebagai Al-Quran dan Sunnah, maka kurang tepat.

Sebenarnya kedudukannya nyaris sama saja dengan pembagian tauhid menurut ‘lawan’nya, yaitu aqidah Asy-‘ariyah, yang membagi sifat Allah menjadi wajib, mubah dan haram. Lalu sifat wajib Allah SWT ada 20 sifat, sifat haram ada 20 sifat dan sifat mubah 1 sifat.

Sebagai sebuah ijtihad, tentu sah-sah saja. Kedua aliran ilmu aqidah ini sama-sama melakukan ijtihad, yang tidak pernah disebutkan secara ekspisit dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

Al-Qurtubi, 1/86

العالمين

Al-Alamin adalah bentuk jama’ dari ‘alam (عالم). Namun yang dimaksud bukan alam dalam bahasa Indonesia, misalnya alam pedesan atau alam pegunungan.

Makna ‘alam yang dimakslah segala sesuatu yang selain Allah sebagaimana dikatakan oleh Qatadah. Atau sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Husein bin Fadhl, alam adalah segala yang menempati waktu.

Sedangkan Al-Farra’ bin Ubaid menyebutkan bahwa ‘alam itu sebutan untuk 4 makhluk, yaitu manusia, jin, malaikat dan syaitan. Sedangkan hewan tidak termasuk dalam sebutan ‘alam.

Luasnya Alam Semesta.

Di zaman modern ini, kita bisa merasakan betapa luas dan besarnya alam semesta. Semua itu tanpa harus masuk dan membahas jenis alam-alam yang lain, seperti alam yang bersifat ghaib seperti alam malaikat, jin dan makhluk ghaib lainnya.

Betapa luasnya alam nyata -kalau kita hanya membatasi pada alam yang nyata saja- semakin terkuak di zaman modern, setelah ditemukannya teleskop elektronik. 

Berbeda dengan mitos masa lalu tentang bintang dan benda-benda langit lainnya, ternyata sains modern menemukan bahwa kita tinggal di bumi yang merupakan setititk debu di tengah padang pasir luas tak bertepi.

Bumi Kita

Bumi kita yang berbentuk bola raksasa ini ternyata hanyalah salah satu dari 8 planet lain dalam tata surya (solar system). Bumi secara bersama-sama dengan semua planet lain berputar pada porosnya (berotasi) masing-masing sambil juga berputar (berevolusi) mengelilingi mahatari.

Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari empat planet kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.

Ketika mengelilingi Matahari dalam satu orbit, bumi membutuhkan waktu 1 tahun atau 365 1/4 hari di bumi. Di mana satu hari itu adalah satu kali bumi berputar pada porosnya. Selama masa edar sekali memutari matahari, bumi punberputar sendiri pada porosnya sebanyak 366,26 kali, yang menciptakan 365,26 hari matahari atau satu tahun sideris.

Tata Surya

Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.

Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Jupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km).

Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.

Galaksi

Matahari adalah salah satu bintang yang dikelilingi oleh sekian banyak planet, dimana salah satunya adalah bumi yang kita injak ini. Sebagai sebuah bintang, matahari hanya salah satu anggota dari sebuah galaksi. Galaksi yang kita tempati ini bernama  Bima Sakti; atau dalam bahasa Inggris disebut dengan The Milky Way.

Dan ternyata Galaksi kita ini pun ternyata hanya salah satu dari 125 miliar (1,25×1011) galaksi di alam semesta.

Fathul Qadir, 1/86

Al-Fatihah : 2
REFERENSI KITAB TAFSIR
TAHUN 300
Ath-Thabari (w. 310 H), Jami' Al-Bayan fi Ta’wil Ayil-Quran, (Beirut, Muassasatu Ar-Risalah, Cet. 1, 1420 H - 2000M)
Ibnu Abi Hatim Ar-Razi (w. 327 H), Tafsir Al-Quran Al-Azhim, (Saudi Arabia, Maktabah Nizar Mustafa Al-Baz, Cet. 3, 1419 H)
TAHUN 400
At-Tsa’labi (w. 427 H), Al-Kasyfu wa Al-Bayan ‘an Tafsir Al-Quran, (Jeddah, Darut-Tafsir, Cet-1, 1426 H – 2015 M)
Makki bin Abi Thalib (w. 437 H), Al-Hidayah Ila Bulugh An-Nihayah, (Asy-Syariqah, Majmuah Buhuts Al-Kitab wa As-Sunnah, Cet. 1 1429 H - 2008 M)
Al-Mawardi (w. 450 H), An-Nukat wa Al-‘Uyun, (Beirut, Darul-kutub Al-Ilmiyah, Cet. 1)
Al-Wahidi (w. 468 H), Tafsir Al-Basith, (Riyadh, Jamiah Al-Imam Muhammad bin Suud Al-Islamiyah, Cet. 1, 1430 H))
As-Sam’ani, Abu Muzhaffar (w. 498 H), Tafsir Al-Quran, (Riyadh – Darul Wathan, Cet. 1, 1418 H - 1997 M)
TAHUN 500
Al-Baghawi (w. 516 H), Ma’alim At-Tanzil fi Tafsir Al-Quran, (Beirut, Daru Ihya’ At-Turats, Cet. 1, 1420 H)
An-Nasafi (w. 537 H), At-Taysir fi At-Tafsir (Istambul, Daru Al-Lubab li Ad-Dirasat wa Tahqiq At-Turats, Cet. 1, 1440 H-2019)
Az-Zamakhsyari (w. 538 H), Al-Kasysyaf `an Ghawamidhi Haqaiqi At-Tanzil, (Beirut, Darul-kutub Al-Arabi, Cet. 3, 1407 H)
Ibnu 'Athiyah (w. 546 H), Al-Muharrar Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab Al-Aziz, (Beirut, Darul-kutub Al-Ilmiyah, Cet-1, 1422 H)
Ibnul Jauzi (w. 597 H), Zadul Masir fi Ilmi At-Tafsir, (Beirut, Darul-Kutub Al-Arabi, Cet. 1 thn. 1422 H)
TAHUN 600
Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H), Matafih Al-Ghaib, (Beirut, Daru Ihya’ At-Turats Al-Arabi, Cet. 3, 1420 H)
Al-Baidhawi (w. 675 H), Anwar At-Tanzil wa Asraru At-Ta’wil, (Beirut, Daru Ihya’ At-Turats, Cet.1, 1418 H)
Al-Qurtubi (w. 671 H), Al-Jami' li Ahkam Al-Quran, (Cairo - Darul-Qutub Al-Mishriyah –Cet. III, 1384 H- 1964 M)
TAHUN 700
Ibnu Juzai (w. 741 H), At-Tashil fi 'Uluum At-Tanzil, (Beirut, Darul-Kutub Al-Ilmiyah, Cet-1, 1415 H)
Ibnu Hayyan Al-Andalusi (w. 745 H), Al-Bahru Al-Muhith fi At-Tafsir, (Beirut, Darul-Fikr, Cet1, 1420 H)
Ibnu Katsir (w. 774 H), Tafsir Al-Quran Al-Azhim, (Cairo, Dar Thaibah lin-Nasyr wa at-Tauzi’, Cet. 2, 1420 H – 1999 M)
TAHUN 800
Al-Biqa’i (w. 885 H), Nuzhum Ad-Durar fi Tanasubi Al-Ayah wa As-Suwar, (Cairo, Darul-kutub Al-Islamiyah, Cet. 1)
TAHUN 900
As-Suyuthi (w. 911 H), Ad-Durr Al-Mantsur, (Beirut, Darul-Fikr, Cet. 1)
TAHUN 1.200
Asy-Syaukani (w. 1250 H), Fathul Qadir, (Beirut, Darul Kalim ath-Thayyib, Cet. 1, 1414 H)
Al-Alusi (w. 1270 H), Ruh Al-Ma'ani, (Beirut, Darul-kutub Al-Ilmiyah, Cet. 1, 1415 H)
TAHUN 1.300
Jamaluddin Al-Qasimi (w. 1332 H), Mahasin At-Ta'wil, (Beirut, Darul-Kutub Al-Ilmiyah, Cet. 1 – 1418 H)
Rasyid Ridha (w. 1354 H), Tafsir Al-Manar, (Cairo, Al-Hai'ah Al-Mashriyah Al-'Ammah lil-Kutub. Cet. 1 - 1990 M)
Al-Maraghi (w. 1371 H), Tafsir Al-Maraghi, (Cairo, Maktabah Musthafa Al-Baji Al-Halabi, Cet. 1, 1365 H-1946 H)
Ibnu Asyur (w. 1393 H), At-Tahrir wa At-Tanwir, (Tunis, Darut-Tunisiyah li An-Nasyr, Cet-1, 1984)
TAHUN 1.400
HAMKA (w. 1410 H-1981M), Tafsir Al-Azhar, (Jakarta, Gema Insani, Cet. 5, 1441 H - 2020 M)
Asy-Sya`rawi (w. 1419 H), Tafsir Al-Khawathir, (Cairo, Mathabi` Akbarul Yaum, Cet 1, 1997)
Wahbah Az-Zuhaili (w. 1436 H), Tafsir Al-Munir,(Damaskus, Darul-fikr, Cet. Ke-10, 1430 H-2009H)
Kementerian Agama RI, Al-Qur'an Dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta, Kementerian Agama RI, 2012)
Prof. Dr. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran, (Tangerang, PT. Lentera Hati, 2017)