Bermazhab Atau Mengamalkan Satu Mazhab? | rumahfiqih.com

Bermazhab Atau Mengamalkan Satu Mazhab?

Isnan Ansory, Lc, MA Fri 2 December 2016 08:00 | 8775 views

Bagikan lewat

Ada sebagian umat Islam yang dengan keras menolak mazhab fiqih, namun tanpa disadari telah mengamalkannya setiap saat. Seperti kalangan azh-Zhahiriyyah yang menolak dalil qiyas, namun disadari atau tidak seringkali menggunakan qiyas sebagai landasan dalam menetapkan hukum.

Padahal mengamalkan mazhab merupakan perintah al-Qur’an, yang merupakan esensi dalam menjalankan perintah Allah swt untuk mengikuti para ulama sebagai ahli waris Nabi saw. Sebab mengikuti pendapat ulama, pada dasarnya bermazhab terhadap pendapat ulama tersebut.

Di sisi lain, muncul kesalah pahaman terkait istilah bermazhab. Di mana istilah ini, seringkali dipahami dengan makna mewajibkan diri atau orang lain untuk mengikuti satu mazhab tertentu. Meskipun tanpa disadari mereka yang menolak mazhab yang diakui dalam sejarah Islam, lebih mengidolakan dan mewajibkan orang lain untuk mengikuti “mazhab” tertentu pada hari ini, yang sama sekali belum teruji atau melalui proses seleksi alam, sebagaimana dilalui 4 mazhab fiqih yang ada.

Imam azd-Dzahabi (w. 748 H) seorang ulama besar sekaligus seorang sejarawan ternama, menjelaskan bagaimana kondisi sebagian mazhab-mazhab fiqih pada rentang abad 3 hingga 6 Hijriyyah (Adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, hlm. 8/92).

وَكَذَلِكَ اشْتُهِرَ مَذْهَبُ الأَوْزَاعِيِّ مُدَّةً، وَتَلاَشَى أَصْحَابُهُ، وَتَفَانَوْا. وَكَذَلِكَ مَذْهَبُ سُفْيَانَ وَغَيْرِهِ مِمَّنْ سَمَّيْنَا، وَلَمْ يَبْقَ اليَوْمَ إِلاَّ هَذِهِ المَذَاهِبُ الأَرْبَعَةُ ... وَانْقَطَعَ أَتْبَاعُ أَبِي ثَوْرٍ بَعْدَ الثَّلاَثِ مائَةٍ، وَأَصْحَابُ دَاوُدَ إِلاَّ القَلِيْلُ، وَبَقِيَ مَذْهَبُ ابْنِ جَرِيْرٍ إِلَى مَا بَعْدَ الأَرْبَعِ مائَةٍ.

Demikian pula mazhab al-Awza’i sempat masyhur dalam masa tertentu, namun penganutnya sedikit demi sedikit berkurang hingga tiada terdengar lagi. Demikian pula mazhab Sufyan dan lainnya. Hingga tiada tersisa saat ini kecuali empat mazhab saja (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali)...Sementara mazhab Abu Tsaur juga hilang setelah abad ke 3 H, demikian pula penganut mazhab Dawud azh-Zhahiri kecuali sedikit yang tersisa. Adapun mazhab Ibnu Jarir, hanya bertahan beberapa masa setelah abad ke 4 H.”

Bermazhab Atau Mengamalkan Satu Mazhab?

Para ulama sepakat (kecuali kelompok sesat qadariyyah dan Mu’tazilah Baghdad) akan wajibnya masyarakat awam yang bukan mujtahid untuk taqlid kepada mazhab tertentu dalam masalah-masalah ijtihadiyyah (fiqih), dalam arti bermazhab dengan mazhab tersebut. Bahkan Ibnu Qudamah (w. 620 H) menghukuminya sebagai kewajiban (Ibnu Qudamah, Raudhah an-Nadzir, hlm. 383). Sebagaimana pendapat ini diamini pula oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam I’lam al-Muwaqqi’in, (hlm. 4/187, 201), dan asy-Syaukani, dalam Irsyad al-Fuhul, (hlm. 266). Dua tokoh yang sering dirujuk oleh mereka yang menolak taqlid mazhab.

Bahkan imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) menjelaskan bahwa kepentingan masyarakat awam (muqallid awam) pada dasarnya bukanlah bagaimana mereka harus tahu dan meneliti dalil al-Qur’an dan Sunnah atas amalan beragama mereka. Sebab pengetahuan tentang dalil adalah kewajiban ulama, sedangkan masyarakat awam cukup bagi mereka merujuk kepada ahlinya dalam menjalankan agama mereka. Beliau berkata dalam karya monumentalnya, Ihya’ Ulum ad-Din (hlm. 3/36).

وإنما حق العوام أن يؤمنوا ويسلموا ويشتغلوا بعبادتهم ومعايشهم ويتركوا العلم للعلماء فالعامي لو يزني ويسرق كان خيراً له من أن يتكلم في العلم فإنه من تكلم في الله وفي دينه من غير إتقان العلم وقع في الكفر من حيث لا يدري كمن يركب لجة البحر وهو لا يعرف السباحة

“Sesungguhnya kepentingan orang-orang awam adalah mereka cukup beriman, berislam, dan sibuk dengan ibadah dan maisyah/mencari nafkah mereka. Dan menyerahkan kesibukan menuntut ilmu kepada ulama. Seorang awam seandainya ia berzina atau mencuri, itu lebih baik baginya, dari pada ia berbicara tentang ilmu. Sebab jika ia berbicara tentang ilmu dan agamanya tanpa memiliki kecukupan dan kecakapan ilmu, ia dapat jatuh kepada kekufuran tanpa ia sadari. Seperti seorang yang berenang dalam arus ombak laut, padahal ia tidak mengetahui cara untuk berenang.”

Namun pertanyaan yang kemudian muncul adalah jika hukum bermazhab adalah boleh bahkan wajib bagi orang awam, maka apakah wajib mengamalkan satu mazhab atau boleh saja berpindah-pindah mazhab?. Pertanyaan inilah, yang umumnya dipahami banyak orang sebagaimana makna bermazhab. Padahal mengamalkan satu mazhab menurut mayoritas ulama tidaklah wajib, sedangkan hukum bermazhab bagi awam adalah wajib.

Hukum Mengamalkan Satu Mazhab

Para ulama umumnya sepakat bahwa jika seseorang berpindah mazhab secara totalitas, maka hal ini mutlak dibolehkan. Sebab, terhitung telah banyak ulama yang berpindah-pindah mazhab dalam sejarah.

Seperti berpindahnya imam Abu Ja’far ath-Thahawi dari mazhab Syafi’i ke mazhab Hanafi, imam Ibnu asy-Syahnah dari mazhab Hanafi ke mazhab Maliki, al-Qadhi Abu Ya’la dari Hanafi ke Hanbali, al-Khathib al-Baghdadi dari Hanbali ke Syafi’i, Saifuddin al-Amidi dari Hanbali ke Syafi’i, imam al-Munziri dari Hanbali ke Syafi’i, dan lainnya.

Sedangkan jika perpindahan itu bersifat parsial atau terkait beberapa masalah, seperti dalam masalah shalat dengan mengikuti mazhab Syafi’i dan dalam masalah puasa berpindah ke mazhab Hanafi, dalam hal ini para ulama berbeda pendapat.

Kalangan minoritas ulama seperti Ilkiya al-Hirasi asy-Syafi’i (w. 504 H), Abu al-Ma’ali al-Juwaini (w. 478 H), dan as-Safaraini al-Hanbali (w. 1188 H) berpendapat bahwa wajib bagi seorang muqallid untuk konsisten pada satu mazhab tertentu dalam ia mengamalkan ajaran agamanya.

Sedangkan mayoritas ulama seperti Abu Ya’la al-Hanbali (w. 456 H), an-Nawawi asy-Syafi’i (w. 676), Ibnu Taimiyyah al-Hanbali (w. 728 H), al-Kamal Ibnu al-Humam al-Hanafi (w. 861 H), Ibnu Abdin al-Hanafi (w. 1252 H) dan lainnya berpendapat bahwa hukumnya tidak wajib. Sebab perintah untuk bertanya kepada ulama dalam al-Qur’an bersifat umum dan tidak diharuskan untuk bertanya kepada ulama tertentu.

Itu sebabnya para shahabat Nabi saw tidak pernah mengingkari siapapun untuk bertanya kepada siapa saja yang mereka kehendaki dari para shahabat yang terkenal sebagai pemberi fatwa (Asy-Syaukani, Irsyad al-Fuhul, hlm. 2/252, Abu Ya’la, al-‘Uddah fi Ushul al-Fiqih, hlm. 4/1226).

Disamping itu pendapat yang menyatakan harus komitmen dengan satu mazhab akan menyebabkan kesulitan dan kerepotan, padahal mazhab-mazhab yang ada adalah nikmat dan rahmat bagi umat (Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, hlm. 1/94).

Hanya saja, mereka juga sepakat bahwa jika perpindahan itu dilandaskan kepada hawa nafsu dalam rangka mengambil kemudahan-kemudahannya saja (tattabbu’ rukhash), maka hal ini tidak dibolehkan. Itu sebabnya mereka menetapkan syarat bolehnya berpindah mazhab agar terhindar dari efek negatif memperturutkan hawa nafsu. Syarat-syarat tersebut sebagaimana berikut (Syihabuddin al-Qarafi, Syarah Tanqih al-Fushul, hlm. 432):

Pertama: Tidak berakibat terjadinya percampuran antar pendapat mazhab yang bertentangan dengan ijma’ (talfiq mazmum). Seperti seorang yang menikah tanpa mahar, tanpa wali, dan saksi dengan menggabungkan mazhab Maliki dan Hanafi. Dalam praktek berpindah mazhab seperti ini, hukumnya adalah haram.

Kedua: Mayakini keutamaan mazhab yang ia berpindah kepadanya. Dengan demikian ia mengikutinya atas dasar ilmu dan bukan kebodohan dan ikut-ikutan semata.

Ketiga: Tidak dalam rangka tatabbu’ rukhash, yaitu berpindah-pindah mazhab dalam rangka mencari-cari kemudahan untuk memperturutkan hawa nafsu.

Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi berkata dalam kitabnya Raudhah ath-Thalibin wa ‘Umdah al-Muftin, (hlm. 11/117):

وَالَّذِي يَقْتَضِيهِ الدَّلِيلُ أَنَّهُ لَا يَلْزَمُهُ التَّمَذْهُبُ بِمَذْهَبٍ، بَلْ يَسْتَفْتِي مَنْ شَاءَ، أَوْ مَنِ اتَّفَقَ، لَكِنْ مِنْ غَيْرِ تَلَقُّطٍ لِلرُّخَصِ.

“Berdasarkan dalil, sesungguhnya tidaklah wajib bermazhab dengan mazhab tertentu, namun boleh saja seseorang meminta fatwa kepada siapa saja yang dikehendaki. Namun dengan syarat bukan dalam rangka mencari-cari kemudahan.”


Baca Lainnya :

more...

Semua Tulisan Penulis :
Bermazhab Atau Mengamalkan Satu Mazhab?
Isnan Ansory, Lc, MA | 2 December 2016, 08:00 | 8.775 views
Hirarki Pendapat Dalam Mazhab Hanafi (bag. 3)
Isnan Ansory, Lc, MA | 18 December 2014, 15:56 | 7.682 views
Hirarki Pendapat Dalam Mazhab Hanafi (bag. 2)
Isnan Ansory, Lc, MA | 17 December 2014, 16:11 | 7.754 views
Hirarki Pendapat Dalam Mazhab Hanafi (bag. 1)
Isnan Ansory, Lc, MA | 9 December 2014, 10:58 | 12.798 views
Hirarki Pendapat Dalam Mazhab Hanbali (2)
Isnan Ansory, Lc, MA | 5 December 2014, 11:23 | 10.191 views
Hirarki Pendapat Dalam Mazhab Hanbali (1)
Isnan Ansory, Lc, MA | 4 December 2014, 11:14 | 11.236 views
Kembalilah Kepada Ulama
Isnan Ansory, Lc, MA | 18 August 2014, 09:31 | 7.940 views
Perbedaan Antara Zakat Maal dan Zakat Fitrah (2)
Isnan Ansory, Lc, MA | 27 July 2014, 22:22 | 12.821 views
Perbedaan Antara Zakat Maal dan Zakat Fitrah (1)
Isnan Ansory, Lc, MA | 27 July 2014, 21:58 | 26.501 views
Tidak Berpuasa Tanpa Uzur: Antara Kufur dan Dosa Besar
Isnan Ansory, Lc, MA | 30 June 2014, 00:06 | 10.241 views
Melafazkan Niat: Bid'ahkah?
Isnan Ansory, Lc, MA | 28 June 2014, 01:56 | 9.385 views
Dua Banding Satu: Hikmah Dan Alternatifnya
Isnan Ansory, Lc, MA | 6 June 2014, 05:51 | 8.429 views
Wahyu Allah: Al Qur’an dan As Sunnah
Isnan Ansory, Lc, MA | 8 April 2014, 06:06 | 32.566 views
Masalah Khilafiyyah: Apakah Termasuk Ranah Dakwah?
Isnan Ansory, Lc, MA | 4 April 2014, 06:58 | 13.997 views
Menolak Taqlid Dalam Furuiyyah: Neo Muktazilah Qadariyyah
Isnan Ansory, Lc, MA | 16 March 2014, 11:35 | 11.707 views
Orang Awam Tetap Harus Belajar
Isnan Ansory, Lc, MA | 1 March 2014, 06:54 | 7.541 views
Moderasi Islam dalam Ibadah
Isnan Ansory, Lc, MA | 22 February 2014, 06:00 | 8.542 views
Wasathiyyah/Moderasi Islam
Isnan Ansory, Lc, MA | 21 February 2014, 06:04 | 18.024 views
Tingkatan Fuqaha'
Isnan Ansory, Lc, MA | 21 October 2013, 13:17 | 11.566 views
Adakah Qadha' Sholat Bagi Orang Yang Telah Meninggal?
Isnan Ansory, Lc, MA | 22 September 2013, 11:34 | 47.430 views
Ekstrimisme Dalam Beragama
Isnan Ansory, Lc, MA | 15 September 2013, 12:22 | 10.203 views
Mujtahid Tarjih dalam Mazhab Imam Asy-Syafi'i
Isnan Ansory, Lc, MA | 2 September 2013, 00:46 | 35.339 views
Orang Awam Wajib Taqlid Kepada Ulama
Isnan Ansory, Lc, MA | 21 August 2013, 17:55 | 12.129 views
Pendistribusian Kaffarat Jima' di Siang Bulan Ramadhan
Isnan Ansory, Lc, MA | 15 August 2013, 13:39 | 13.773 views
Adakah Qadha' Puasa bagi Orang yang Telah Meninggal?
Isnan Ansory, Lc, MA | 13 August 2013, 12:00 | 19.780 views
Fiqih Islami
Isnan Ansory, Lc, MA | 12 March 2013, 09:10 | 10.093 views
PENULIS :
Ahmad Zarkasih, Lc106 tulisan
Hanif Luthfi, Lc., MA69 tulisan
Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc, MA57 tulisan
Ahmad Sarwat, Lc., MA48 tulisan
Isnan Ansory, Lc, MA26 tulisan
Firman Arifandi, Lc., MA23 tulisan
Sutomo Abu Nashr, Lc20 tulisan
Aini Aryani, Lc19 tulisan
Galih Maulana, Lc15 tulisan
Muhammad Abdul Wahab, Lc13 tulisan
Ali Shodiqin, Lc13 tulisan
Isnawati, Lc., MA9 tulisan
Muhammad Ajib, Lc., MA9 tulisan
Siti Chozanah, Lc7 tulisan
Tajun Nashr, Lc6 tulisan
Maharati Marfuah Lc5 tulisan
Faisal Reza4 tulisan
Ridwan Hakim, Lc2 tulisan
Muhammad Aqil Haidar, Lc1 tulisan
Muhammad Amrozi, Lc1 tulisan
Muhammad Alfatih Mubarok1 tulisan
Luki Nugroho, Lc0 tulisan
Nur Azizah, Lc0 tulisan
Wildan Jauhari, Lc0 tulisan
Syafri M. Noor, Lc0 tulisan
Ipung Multinigsih, Lc0 tulisan
Teuku Khairul Fazli, Lc0 tulisan

Jadwal Shalat DKI Jakarta

1-4-2023
Subuh 04:40 | Zhuhur 11:58 | Ashar 15:14 | Maghrib 18:02 | Isya 19:09 | [Lengkap]

Rumah Fiqih Indonesia

www.rumahfiqih.com
Jl. Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940
Copyright © by Rumah Fiqih Indonesia
Visi Misi | Karakter | Konsultasi | Pelatihan | Buku | PDF | Quran | Pustaka | Jadwal | Sekolah Fiqih