FIKRAH

Beauty Is Pain, Isn't It?

Beauty Is Pain, Isn't It?

by. Aini Aryani, Lc
Menjadi cantik adalah dambaan setiap wanita. Namun, dalam proses mendapatkannya, tak jarang mereka melalui berbagai macam usaha dan perawatan yang sangat menyakitkan. Sayangnya, penampilan cantik yang didapat dengan menyakitkan ini justru malah dijadikan ajang mendapat dosa. Sudah sakit, berdosa pula.
Beauty is pain, cantik itu menyakitkan. Entah siapa yang pertama kali mempopulerkan frasa ini. Tetapi dalam beberapa kasus, para wanita yang ingin tampil 'cantik' itu kadang terpaksa harus melalui proses yang menyakitkan.

Tetapi memang, penampilan para selebiriti yang kelihatan kinclong itu seringkali pada kenyataannya tidak didapat begitu saja dari aslinya. Ada proses pemolesan yang panjang, mahal dan tak jarang juga menyakitkan. Di balik indahnya penampilan para wanita, sebenarnya ada rasa sakit, perih dan pedih yang harus dijalani.

Mungkin banyak laki-laki yang kurang tahu rahasia ini. Yang mereka tahu cuma hasil akhirnya saja, yaitu melihat wanita cantik dan indah. Wanita cantik itu memang indah, setidaknya indah di mata mereka yang memandangnya, khususnya kaum Adam.

Mari kita bedah satu persatu.

Persoalan Bulu

Hampir setiap wanita mengidamkan punya tubuh mulus tanpa bulu. Padahal tumbuhnya bulu di sebagian area tubuh merupakan proses alami. Bahkan, bisa saja hal itu memiliki andil dalam hal kesehatan tubuh setiap orang. Meski demikian, sebagian wanita memilih untuk menghilangkan bulu-bulu di area tertentu yang -menurutnya- mengganggu penampilan. Apalagi saat memakai pakaian yang serba terbuka.

Akan tetapi, kaki mulus yang dimiliki seorang wanita itu seringkali didapat melalui rangkaian treatment yang menyakitkan. Sangat banyak wanita yang pergi ke salon meminta layanan jasa waxing. Padahal selain sangat mahal, waxing ini adalah satu dari sekian banyak jenis perawatan tubuh yang membuat wanita menitikkan air mata karena menahan sakit.

Waxing dan hair removal adalah proses perawatan tubuh yang bertujuan mencabut atau menghilangkan bulu-bulu di area tertentu dalam tubuh. Umumnya, waxing ini menggunakan lilin cair yang dipanaskan. Pada pelanggan yang ingin menghilangkan bulu di kakinya, pegawai salon akan mengoleskan lilin cair tersebut ke kaki, lalu menutupinya dengan waxing strip, kemudian menarik waxing strip tersebut dengan cepat.

Bulu-bulu di bagian kaki tersebut akan tercerabut bersamaan dengan ditariknya waxing strip tadi. Itu akan dilakukan pada setiap inci kaki hingga merata, sampai tidak ada satu bulupun tersisa di kaki pelanggannya itu.

Sakit? Perih? Sudah tentu.

Itu baru di bagian kaki. Belum lagi jika waxing ini dilakukan di bagian-bagian lain dari tubuh wanita. Proses mencabut dan menghilangkan bulu ini banyak jenisnya. Ada waxing untuk kaki, tangan, ketiak, kemaluan, bagian atas bibir, waxing bikini, bahkan ada juga paket pencabutan bulu untuk seluruh tubuh sekaligus.

Tetapi para wanita yang ingin tampil kinclong dan gemar memamerkan betis dan ketiak mereka di hadapan publik itu memang rela dan ridha dicabuti bulu-bulunya. Walaupun sebenarnya itu didapat dengan proses yang perih dan menyakitkan. Tapi ya itulah, beauty is pain . . .

Cabut Komedo

Tumbuhnya komedo dan jerawat di wajah, bagi sebagian besar wanita memang sangat mengganggu penampilan dan mengurangi rasa percaya diri. Oleh karena itu, banyak wanita yang pergi ke salon untuk meminta jasa perawatan facial untuk mengatasi masalah tersebut.

Dalam proses facial ini, jerawat di wajah dan juga komedo yang ada di hidung akan dicabut satu persatu menggunakan pinset. Sudah pasti sakit rasanya. Tak jarang banyak wanita yang melalui proses ini menitikkan air mata menahan sakit.

Beauty is pain . . .

Fakta diatas hanyalah sediki dari rentetan jenis perawatan yang ada. Ada banyak daftar lain yang bahkan jauh lebih menyakitkan, seperti bedah plastik, memasang implan payudara, dan operasi kecantikan lainnya, termasuk operasi pemancungan hidung dan merubah warna kulit.

Kalau saya teruskan semua realita betapa menyakitkannya semua perawatan, mungkin tidak akan ada habisnya. Maka cukuplah sampai disini. Lalu apa pelajaran yang bisa kita tarik dari fenomena beauty is pain ini?

Pertama

Wanita pada dasarnya suka keindahan, khususnya keindahan yang terdapat pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, wanita suka kalau dirinya bisa tampil indah dan menarik. Maka jangan salahkan jika wanita suka berdandan dan mempercantik diri.  Itu normal, manusiawi dan merupakan fitrah wanita.

Yang tidak normal kalau ada laki-laki suka pakai bedak, lipstik, eye shadow dan maskara. Ini justru menyerupai perilaku wanita yang sebenarnya dilarang dalam agama.

Kedua

Semua kecantikan yang diupayakan seorang wanita plus kesakitan yang diterimanya baru akan melahirkan pahala manakala ditujukan untuk memanjakan dan menyenangkan suaminya saja. Istri yang melelehkan air mata menahan rasa sakit demi tampil cantik di depan suaminya mudah-mudahan medapat pahala disisi Allah.

Dan sebaliknya, tampil cantik bila tujuannya agar dilihat oleh suami orang lain, atau laki-laki asing yang tidak halal baginya malah bisa menjadi wasilah untuk panen dosa dan banjir adzab. Jangan sampai kaki mulus dan ketiak bening yang dipamerkan ke mata laki-laki yang bukan suaminya itu menjadi faktor terjadinya perselingkuhan apalagi perzinahan. Naudzu Billah.

Sayangnya, kebanyakan wanita yang melalui sejuta rasa sakit demi menjadi cantik itu kebanyakannya bertujuan untuk memamerkan kemulusan kulit mereka kepada laki-laki yang tidak halal baginya, dan bukan kepada suami sendiri. So, sudah sakit masih dapat bonus dosa pula.

Benar-benar beauty is pain. Pain di dunia dan pain di akhirat juga nantinya.

Ketiga

Buat para kaum adam yang masih melajang dan sedang gundah mencari pasangan hidup; Islam membolehkan memilih wanita yang cantik sebagai istri, bahkan kriteria cantik ini menjadi salah satu dari empat alasan syar'i dalam mencari istri yang disebutkan dalam hadits nabi. Akan tetapi satu hal yang juga perlu dicatat bahwa agar seorang wanita yang nantinya jadi istri itu cantik dan enak dipandang,  umumnya ada cost (baca:biaya) yang harus dikeluarkan.

Sebab yang namanya treatment itu bicara biaya. Mahal atau tidak mahal tentu relatif, tergantung ukuran tebalnya kantong. Tetapi tetap saja ada biaya ekstra di luar nafkah sehari-hari.

Keempat

Buat para suami yang ingin istrinya senantiasa tampil kinclong di matanya, maka para suami harus rajin mengantar istri ke salon buat perawatan. Dan jangan terlalu sering para istri itu disuruh di dapur, apalagi disuruh nimba air di sumur, nyapu, atau ngepeln genteng bocor :)

Walaupun para istri dengan suka rela melakukan semua itu karena ingin mendapat ridha suami, tetapi jangan salahkan istri jika penampilannya jadi rasa kurang menarik. Kulitnya kasar dan tidak halus lagi. Karena itu adalah konsekuensi yang harus ditanggungnya.
 

Judul lain :

Masa Iddah, Istri Masih Berhak Dinafkahi?
Aini Aryani, Lc
Islam Cenderung Patriarkal, Benarkah?
Aini Aryani, Lc
Denda Berjima' Saat Haid
Aini Aryani, Lc
Halal Haram Menyambung Rambut
Aini Aryani, Lc
Darah Terputus-putus; Antara Haid & Istihadlah
Aini Aryani, Lc
Al-Muzani dan At-Thabary Membolehkan Wanita Mengimami Laki-laki, Benarkah?
Aini Aryani, Lc
Mengapa Terjadi Ikhtilaf Dalam Fiqih?
Aini Aryani, Lc
Wanita Hamil & Menyusui : Qadha' atau Fidyah?
Aini Aryani, Lc
Suara Wanita Aurat, Masak Sih?
Aini Aryani, Lc
Belum Qadha' Puasa Hingga Ramadhan Berikutnya, Bagaimana Hukumnya?
Aini Aryani, Lc
Haramkah Potong Rambut dan Kuku Waktu Haidh?
Aini Aryani, Lc
Pilih Mana: Ahli Syariah atau Ahli Ibadah?
Aini Aryani, Lc
Taqwa & Fujur (Dua Sisi Yang Berbeda)
Aini Aryani, Lc
Lupa Baca Bismillah Saat Menyembelih
Aini Aryani, Lc
Beauty Is Pain, Isn't It?
Aini Aryani, Lc
Antara Fatwa dan Taqwa
Aini Aryani, Lc
Keluarga Yang Dapat Pahala Qurban, Siapa Saja?
Aini Aryani, Lc
Mengapa Kita Harus Menghindari Makanan Haram?
Aini Aryani, Lc
Menyentuh Kemaluan, Apakah Membatalkan Wudhu?
Aini Aryani, Lc
Jadwal Shalat DKI Jakarta 15-5-2024
Subuh 04:34 | Zhuhur 11:51 | Ashar 15:13 | Maghrib 17:48 | Isya 18:58 | [Lengkap]

Rumah Fiqih Indonesia
www.rumahfiqih.com
Jl. Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940
Copyright © by Rumah Fiqih Indonesia