FIKRAH

Apa Batasan Makmum Mendapat Satu Rakaat pada Shalat Gerhana?

Apa Batasan Makmum Mendapat Satu Rakaat pada Shalat Gerhana?

by.
Dalam shalat berjamaah ada saja yang terlambat takbiratul ihram bersama imam. Dalam shalat gerhana yang setiap rakaat punya dua rukuk dan dua berdiri, kalau makmum terlambat dan baru masuk shalat pada rukuk kedua, apakah dia dihitung mendapatkan rakaat tersebut?
Dalam shalat berjamaah ada saja yang terlambat takbiratul ihram bersama imam. Dalam shalat gerhana yang setiap rakaat punya dua rukuk dan dua berdiri, kalau makmum terlambat dan baru masuk shalat pada rukuk kedua, apakah dia dihitung mendapatkan rakaat tersebut?

Dalam hal ini para ulama punya dua pendapat, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa batasnya adalah ruku' yang pertama. Namun ada juga yang mengatakan pada ruku' kedua.

 

1. Pendapat Pertama : Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah

Batasan makmum mendapat satu rakaat adalah jika dia mendapat rukuknya imam pada rukuk pertama. Perlu diingat bahwa shalat gerhana setiap rakaatnya memiliki dua ruku' dan dua berdiri.

Adapun jika makmum mendapati imam pada ruku' kedua maka dia dianggap terlewat raka'at itu.

Jika makmum masuk shalat sedangkan dia hanya mendapati ruku' imam kedua pada rakaat pertama, maka setelah imam salam, dia harus berdiri lagi untuk melanjutkan satu rakaat lagi karena yang dihitung cuma rakaat yang kedua.

(والركوع الثاني وما بعده) إذا صلاها بثلاث ركوعات فأكثر إلى خمس (سنة لا تدرك به الركعة) للمسبوق ولا تبطل الصلاة بتركه لأنه قد روي في السنن عنه صلى الله عليه وسلم من غير وجه أنه صلاها بركوع واحد.

" (Melakukan) rukuk kedua dan seterusnya (jika shalatnya dengan 3 - 5 ruku' tiap rakaat) itu hukumnya sunnah dan tidak cukup dihitung mendapat satu rakaat hanya dengan mendapati ruku' kedua itu. Namun jika ruku' kedua itu ditinggalkan, maka shalat tidak batal karena Nabipun pernah shalat gerhana dengan satu ruku' tiap rakaat."[1]

المسبوق إذا أدرك الإمام في الركوع الأول من الركعة الأولى فقد أدرك الركعة كلها ويسلم مع الإمام كسائر الصلوات وإن أدركه في الركوع الأول من الركعة الثانية فقد أدرك الركعة, فإذا سلم الإمام قام فصلى ركعة أخرى بركوعين وقيامين كما يأتي بها الإمام, وهذا لا خلاف فيه , ولو أدركه في الركوع الثاني من إحدى الركعتين فالمذهب الصحيح الذي نص عليه الشافعي في البويطي واتفق الأصحاب على تصحيحه, وقطع به كثيرون منهم أو أكثرهم أنه لا يكون مدركا لشيء من الركعة, كما لو أدرك الاعتدال في سائر الصلوات. .

"Makmum masbuq jika mendapati imam pada ruku' pertama pada rakaat pertama maka dia dihitung mendapati satu rakaat secara sempurna lalu salam bersama imam sebagaimana shalat-shalat pada umumnya.

Apabila mendapati ruku' pertama pada rakaat kedua maka dia juga telah mendapatkan rakaat kedua itu, sehingga (setelah imam salam) dia cukup melanjutkan shalatnya satu rakaat lagi dengan dua berdiri dan dua ruku'.

Menurut pendapat yang shahih dalam madzhab yang dinash oleh imam Syafii dan disepakatai oleh ulama-ulama Syafi'iyah dan ditetapkan oleh kebanyakan mereka adalah bahwa makmum tadi tidak dianggap mendapati rakaat tersebut sebagaimana jika dia hanya mendapat imam saat i'tidal dalam shalat-shalat pada umumnya. [2]

2. Pendapat Kedua : Al-Malikiyah

Madzhab Malikiyah berpendapat makmum dihitung mendapati  satu rakaat cukup dengan dia mendapati ruku'nya imam pada ruku' kedua.

Jika makmum masuk pada ruku' kedua di rakaat pertama maka jika imam selesai shalat maka dia juga selesai shalatnya karena rakaat pertama tadi sudah dihitung walaupun hanya mendapati 1 ruku' bersama imam.

وحينئذ فمن أدرك مع الإمام الركوع الثاني من الأولى لم يقض شيئا , وإن أدرك الركوع الثاني من الركعة الثانية قضى الركعة الأولى بقيامها فقط ولا يقضي القيام الثالث.

" Maka barangsiapa yang mendapat imam pada ruku' kedua dari rakaat pertama maka dia tidak perlu mengqadha apapun. Adapun jika mendapati ruku' kedua dari rakaat kedua maka dia cukup mengqadha satu rakaat lagi, tidak perlu melakukan 3 berdiri.[3]

Kesimpulan

Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah mensyaratkan harus mendapati ruku' pertama agar makmum dihitung mendapatkan rakaat tersebut.

Sedangkan Malikiyah lebih toleran, karena cukup mendapat ruku' kedua, maka makmum sudah dihitung mendapati rakaat tersebut. Agar lebih hati-hati maka penulis memilih pendapat Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah.

Menurut madzhab Hanabilah, shalat gerhana boleh dilakukan dengan satu ruku' pada setiap rakaatnya sebagaimana shalat pada umamnya. Karena ruku' kedua hukumnya sunah.

Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat gerhana tiap rakaat boleh dengan 3, 4 atau 5 ruku'.

Wallahu A'lam.

Khaerul Anam, Lc.

[1]. Kitab Kasysyaf al-Qina karya imam al-Buhuty al-Hambaly (w. 1051 H)

[2]. Kitab al-Majmu' karya imam Nawawi (w.676 H)

[3]. Hasyiyah al-Dasuqi ala syarh al-Darddir (w. 1230 H)



Judul lain :

Orisinalitas Syariat Islam
Krisis Ulama’: Penyebab dan Dampaknya (bag. 1)
Kompilasi Hukum Islam (KHI) : Antara Kritik dan Harapan
Adil Tak Selalu Sama Rata
Krisis Ulama': Penyebab dan Dampaknya (bag. 2)
Dukun Berkalung Surban
Ikhtilaf Itu Rahmat, Benarkah?
Awas, Sepupu Bukan Mahram
Bolehkah Wanita Ziarah Kubur?
Sholat Kok Sambil Jalan?
Penguburan Massal Dalam Pandangan Fiqih
Menyikapi Hidangan Ta'ziyah
Menelusuri Hukum Hiasan Dalam Masjid
Wajibkah Seorang Ibu Menyusui Anaknya?
Benarkah Imam Ahmad Seorang Ahli Fiqih?
Sejarah Istilah Fiqih dan Kitab Fiqih Pertama
Mengulangi Shalat Jamaah Dalam Satu Masjid
Ketika Darah Haid Nifas Berhenti di Waktu Ashar atau Isya'
Sentuhan Kulit Dengan Lawan Jenis, Batalkah Wudhunya?
Pesantren, Solusi Sekolah Murah Yang Tidak Murahan
Meninggalkan Sholat Karena Ragu-ragu Darah Haid Sudah Berhenti atau Belum
Ketika Ahli Waris Ada yang Menghilang
Tanggung Jawab Vs Tanggung Malu
Wajibkah Wanita Mengenakan Mukena Ketika Shalat?
Batas Aurat Sesama Wanita
Ternyata, Perempuan Justru Mendapatkan Lebih Banyak
Koalisi ala Rasulullah
Air Dua Qullah dalam Perspektif Madzhab Al-Syafi'i
Ijtihad, Dulu dan Sekarang
Singapura Lebih Islami dari Indonesia ?
Wanita Haidh Masuk Masjid, Kenapa Tidak Boleh?
Imam al-Kasani dan Maharnya
Puasa Wishal: Bolehkah? (Bagian-2)
Puasa Wishal: Bolehkah? (Bagian-1)
Puasa Syawwal : Apa dan Bagaimana
Antara Fardhu 'Ain dan Fardhu Kifayah
Hukum Wanita Haji Tanpa Suami atau Mahram
Jangan Buru-buru Menyimpulkan Hadis
Ternyata Qunut Subuh Itu Bid'ah
Nikah Dengan Syarat Tidak Poligami, Bolehkah?
Bolehkah Denda dengan Harta/Uang?
Sholat Subuh Berapa Rakaat ?
Apa Batasan Makmum Mendapat Satu Rakaat pada Shalat Gerhana?
Antara Fiqih dan Keimanan
Antara Istihadhah dan Haidh
Jadwal Shalat DKI Jakarta 16-5-2024
Subuh 04:34 | Zhuhur 11:51 | Ashar 15:13 | Maghrib 17:48 | Isya 18:58 | [Lengkap]

Rumah Fiqih Indonesia
www.rumahfiqih.com
Jl. Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940
Copyright © by Rumah Fiqih Indonesia