FIKRAH

Memahami Persoalan itu Setengah dari Jawaban

Memahami Persoalan itu Setengah dari Jawaban

by. Hanif Luthfi, Lc., MA
Memahami suatu persoalan itu sangat penting sebelum menjawabnya. Banyak orang salah jawab karena salah memahami soal atau pemasalahan

Hajar Dulu Baru Konfirmasi

Saya masih ingat betul, ketika ada teman satu kelas dahulu bertanya kepada dosen aqidah; “Ma hukmu as-shalawat al-munjiyat, ya Syeikh?”, Apa hukum dari shalawat munjiyat, wahai Syeikh?.

“Syirik”.

Sebuah jawaban yang singkat, padat, jelas dan tanpa pikir panjang. Tentu jika penanyanya orang awam, hanya akan manggut-manggut saja mengiyakan. Bagaimana tidak, penjawabnya seorang Syeikh Arab yang bahasa Indonesia saja tak bisa, sekaligus seorang dosen akidah.

Redaksi Shalawat Munjiyat

Hanya saja, teman saya ini menanyakan lebih lanjut. “Bukankah tawassul kapada Allah dalam berdoa dengan amal shalih itu sesuatu yang disyariatkan?”

“Maksudnya” Selidik Syeikh tadi.

“Dalam shalawat munjiyat, kita tawassul bukan dengan dzat Nabi tapi dengan shalawat kepada Nabi. Dan shalawat kepada Nabi itu termasuk amal shalih”. Terang teman saya.

kaifa nasshuhu?, bagaimana redaksi shalawatnya?” Tanya dosen kami.

“Redaksinya seperti ini, Syeikh!”

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، صلاة تنجينا بها من جميع الأهوال والآفات، وتقضي لنا بها جميع الحاجات، وتطهرنا بها من جميع السيئات، وترفعنا بها عندك أعلى الدرجات، وتبلغنا بها أقصى الغايات، من جميع الخيرات في الحياة وبعد الممات، برحمتك يا أرحم الراحمين.

Arti mudahnya, ya Allah! shalawat dan salam tercurah semoga kepada Nabi Muhammad. Sehingga dengan shalawat itu, Engkau selamatkan kami dari segala mara bahaya, dst.

Nah, ternyata belum tahu redaksi shalawatnya sudah menghukuminya dengan “syirik”.

Tawassul dengan Amal Shalih itu Disyariatkan

Menjadi hal yang disepakati para ulama, bahwa salah satu bentuk tawassul dalam do’a yang boleh adalah tawassul  dengan amal shalih. Sebagaimana dahulu cerita 3 orang yang tertutup batu besar ketika sedang berada di goa. (Ibnu Taimiyyah (w. 728 H), Qaidah Jalilah fi at-Tawassul wa al-Wasilah, h. 305).

Tentu shalawat adalah termasuk salah satu amal shalih, bahkan bukankah doa itu terhalang sebelum dibacakan shalawat?

Dari Syirik ke Bid’ah

idzan, bid’atun”, kalo begitu bid'ah hukumnya.

Ketika mengetahui jawaban teman saya tadi, seketika Syeikh kami mengganti hukumnya menjadi bid’ah.

Alasannya karena model shalawat itu tak diajarkan oleh Nabi Muhammad shallaallah alaihi wasallam.

Membatasi Sesuatu Tanpa Ada Dalil

Hanya saja, benarkah hanya satu redaksi shalawat yang diajarkan Nabi?

Memang benar dahulu Nabi pernah ditanya bagaimana bershalawat kepada Beliau. Haditsnya sebagai berikut:

عن الحكم، قال: سمعت ابن أبي ليلى، قال: لقيني كعب بن عجرة، فقال: ألا أهدي لك هدية خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلنا: قد عرفنا كيف نسلم عليك فكيف نصلي عليك؟ قال: «قولوا اللهم صل على محمد، وعلى آل محمد، كما صليت على آل إبراهيم، إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد، كما باركت على آل إبراهيم، إنك حميد مجيد» متفق عليه

“Suatu ketika Nabi keluar kepada kami, lalu kami bertanya, “Kita sudah tahu bagaimana salam kepada Engkau, wahai Nabi. Lantas bagaimanakah kita bershalawat kepada Engkau?.

Jawab Nabi, “Allahumma shalli ala Muhammad, wa ala ali Muhammad, kama shallaita ala ali Ibrahim innaka hamidun majid. Allahumma barik ala Muhammad wa ala ali Muhammad, kama barakta ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid”. (Muttafaq alaih)

Justru pertanyaannya dibalik, adakah dalil yang membatasi shalawat hanya dengan redaksi itu? Apakah salah dan menyelisihi Nabi jika shalawat tidak dengan redaksi itu?

Nabi Diam Sampai Shahabat Lain Berharap Pertanyaan itu Tak Terlontar

Ternyata para ulama tak ada satupun yang membatasi shalawat hanya dengan redaksi yang diajarkan oleh Nabi. Buktinya, hampir semua kitab turots atau klasik yang kita baca, redaksi shalawatnya sangat beragam.

Bahkan dalam riwayat lain yang shahih juga disebutkan bahwa, ketika Nabi mendapat pertanyaan itu, Nabi diam saja. Sampai para shahabat lain berharap, pertanyaan itu tak terlontar dan ditanyakan kepada Nabi. Disebutkan dalam Shahih Muslim:

عن أبي مسعود الأنصاري، قال: أتانا رسول الله صلى الله عليه وسلم ونحن في مجلس سعد بن عبادة، فقال له بشير بن سعد: أمرنا الله تعالى أن نصلي عليك يا رسول الله، فكيف نصلي عليك؟ قال: فسكت رسول الله صلى الله عليه وسلم، حتى تمنينا أنه لم يسأله ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «قولوا اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، كما صليت على آل إبراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على آل إبراهيم في العالمين، إنك حميد مجيد، والسلام كما قد علمتم» صحيح مسلم (1/ 305) سنن أبي داود (1/ 258) سنن الترمذي ت شاكر (5/ 359)

"Bisyir bin Said bertanya kepada Nabi, “Allah memerintahkan kita bershalawat kepada Engkau. Bagaimana kita bershalawat kepada Engkau, ya Rasulallah?”

Nabi diam saja. Sampai kita berharap Bisyir bin Said tak menanyakan hal itu. Sehingga Rasulullah bersabda: Ucapkanlah; allahumma shalli ala Muhammad... al-hadits.” (HR. Muslim, HR. Abu Daud, HR. At-Tirmidzi).

Tentu banyak tafsiran kenapa Nabi diam saja saat ditanya, dan para shahabat berharap pertanyaan itu tak jadi terlontarkan. Salah satunya adalah shalawat itu luas redaksinya, tak harus ditanyakan dan mengikuti satu redaksi saja.

Maka, memahami suatu persoalan itu sangat penting sebelum menjawab hukumnya. Banyak orang salah jawab karena salah memahami soal atau pemasalahan.

Banyak kasus bid'ah menjadi perdebatan sengit bukan dalam kaitan dalil ataupun hukumnya. Tetapi lebih kepada perbedaan pemahaman (ta'rif dan takyif syar'i) terhadap sesuatu hal yang baru itu; apakah masuk dalam dalil umum agama sehingga boleh hukumnya atau sudah keluar dari koridor agama sehingga haram.

Termasuk perdebatan siapakah pihak yang paling berhak dan mendapat legitimasi dari Allah subhanahu wa ta'ala memegang serta memberi "stempel" bid'ah yang haram terhadap suatu hal yang baru. Waallahu a'lam bisshawab.



Judul lain :

Qunut Shubuh : Al-Albani VS Ibnul Qayyim
Hanif Luthfi, Lc., MA
Antara Kitab Fiqih Sunnah dan Shahih Fiqih Sunnah
Hanif Luthfi, Lc., MA
With Us Or Against Us : Corak Fiqih Baru?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Menghukumi atau Menghakimi: Corak Fiqih Baru?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Shubuh Wajib Berhenti
Hanif Luthfi, Lc., MA
Puber Religi?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Tantangan Qawaid Fiqhiyyah
Hanif Luthfi, Lc., MA
Mata Kaki Harus Menempel?
Hanif Luthfi, Lc., MA
As-Syathibi: Pakar Bid'ah yang Dituduh Ahli Bid'ah
Hanif Luthfi, Lc., MA
Kartubi : Lahir Hidup dan Wafat di Jawa
Hanif Luthfi, Lc., MA
Serupa Tapi Tak Sama: Nama-Nama Ulama bag. 1
Hanif Luthfi, Lc., MA
Serupa Tapi Tak Sama: Nama-Nama Ulama bag. 2
Hanif Luthfi, Lc., MA
Menyadarkan Muqallid
Hanif Luthfi, Lc., MA
Ustadz Jadi Apa?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Sejarah Perjalanan Ilmu Hadits (bag.1)
Hanif Luthfi, Lc., MA
Sejarah Perjalanan Ilmu Hadits (bag. 2)
Hanif Luthfi, Lc., MA
Khilafiyah Dalam Menshahihkan dan Mendhaifkan Hadits: Sebuah Keniscayaan
Hanif Luthfi, Lc., MA
Khilafiyah Dalam Menshahihkan dan Mendhaifkan Hadits: Sebuah Keniscayaan (bag. 2)
Hanif Luthfi, Lc., MA
Model Penulisan Kitab Hadits
Hanif Luthfi, Lc., MA
Jika Dhaif Suatu Hadits
Hanif Luthfi, Lc., MA
Sujud Dengan Tangan atau Lutut: Khilafiyyah Abadi
Hanif Luthfi, Lc., MA
Ulama Dikenal Karena Tulisannya
Hanif Luthfi, Lc., MA
Ka Yauma atau Ka Yaumi?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Why: Siapa untuk Bertanya Kenapa
Hanif Luthfi, Lc., MA
Hari yang Meragukan
Hanif Luthfi, Lc., MA
Bener tapi Kurang Pener
Hanif Luthfi, Lc., MA
Kiat-kiat Shalat di Kereta Api
Hanif Luthfi, Lc., MA
Beasiswa Abu Hanifah
Hanif Luthfi, Lc., MA
Imam At-Thabari Yang Terdzalimi
Hanif Luthfi, Lc., MA
Kenapa Imam At-Thabari Didzalimi? (bag. 2)
Hanif Luthfi, Lc., MA
Sudah Belajar Ushul Fiqih Tetapi Masih Taqlid
Hanif Luthfi, Lc., MA
Meletakkan Tangan Diatas Dada Bukan Pendapat Ulama Madzhab Empat
Hanif Luthfi, Lc., MA
Letak Bersedekap Ketika Shalat: Sebab Perbedaan dan Dalilnya
Hanif Luthfi, Lc., MA
Benarkah Ishaq bin Rahawaih Meletakkan Tangan Diatas Dada Saat Shalat?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Hadits Nabi Bisa Jadi Menyesatkan
Hanif Luthfi, Lc., MA
Proses Pensyariatan Puasa Ramadhan
Hanif Luthfi, Lc., MA
Bolehkah Bagi Musafir, Shalat Jum'at Dijama' Dengan Shalat Ashar?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Shalat Jum'at Tidak Ditempat yang Biasa Disebut Masjid, Bolehkah?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Madzhab Fiqih Ahli Hadits
Hanif Luthfi, Lc., MA
Apa Saja Kitab Fiqih Madzhab Ahli Hadits?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Apakah Ada Hadits Dhaif dalam Musnad Ahmad?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Apakah Benar Bahwa Shalat Tarawih Lebih Dari 11 Rakaat Adalah Bid'ah?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Dalil-Dalil yang Dipakai Dalam Membid'ahkan Tarawih Lebih 11 Rakaat
Hanif Luthfi, Lc., MA
Kekurangtepatan Terhadap Pemahaman Pernyataan Ulama Terkait Harus 11 Rakaat
Hanif Luthfi, Lc., MA
Wiridan dan Hizib Ibnu Taimiyyah al-Hanbali (w. 728 H)
Hanif Luthfi, Lc., MA
Bertanyalah Dalil Kirim Pahala al-Fatihah Kepada Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H)!
Hanif Luthfi, Lc., MA
Susahnya Mengamalkan Hukum Waris Islam di Indonesia
Hanif Luthfi, Lc., MA
Siapakah yang Disebut Anak Yatim?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Ziarah Kubur Nabi itu Haram Menurut Madzhab Hanbali, Benarkah?
Hanif Luthfi, Lc., MA
As-Shalatu Jamiatun atau as-Shalata Jamiatan, Mana Yang Benar?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Memahami Persoalan itu Setengah dari Jawaban
Hanif Luthfi, Lc., MA
Kuis Bidah
Hanif Luthfi, Lc., MA
Menuduh Kyai Ibnu Taimiyyah Klenik
Hanif Luthfi, Lc., MA
Taklid Bagi Orang Awam
Hanif Luthfi, Lc., MA
Menomori Hadits Bukan Tradisi Ulama Salaf
Hanif Luthfi, Lc., MA
MIL U atau MIL A?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Kuburiyyun dan Anti Kuburan
Hanif Luthfi, Lc., MA
Jika Hibah kepada Anak maka Berlakulah Adil
Hanif Luthfi, Lc., MA
Ilmu Cocokologi al-Qur’an
Hanif Luthfi, Lc., MA
Mencium Tangan Kyai, Sunnah Siapa?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Menikahi Wanita Ahli Kitab, Halalkah?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Berjamaah di Rumah, Samakah Fadhilahnya?
Hanif Luthfi, Lc., MA
7 Amalan Pahalanya Setara Ibadah Haji dan Umrah
Hanif Luthfi, Lc., MA
Puasa Ayyam al-Bidh Khusus Bulan Dzulhijjah
Hanif Luthfi, Lc., MA
Ayah Mertua Menikahi Ibu Kandung Menantu, Bolehkah?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Bahaya Takhbib
Hanif Luthfi, Lc., MA
Membaca Biaografi Ulama Menurunkan Rahmat, Benarkah?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Antara Albani dan Ibnu Qayyim Tentang Ziarah Kubur Hari Jumat
Hanif Luthfi, Lc., MA
Ibnu Taimiyyah Memotong Pernyataan Syeikh Abdul Qadir al-Jilani tentang Makna Istiwa, Benarkah?
Hanif Luthfi, Lc., MA
Jadwal Shalat DKI Jakarta 14-5-2024
Subuh 04:34 | Zhuhur 11:51 | Ashar 15:13 | Maghrib 17:48 | Isya 18:58 | [Lengkap]

Rumah Fiqih Indonesia
www.rumahfiqih.com
Jl. Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940
Copyright © by Rumah Fiqih Indonesia