Kemenag RI 2019 : Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat18) dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Prof. Quraish Shihab : Maka, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhan Pemeliharanya, maka Dia (Allah swt.) kembali (dengan mencurahkan rahmat dan pengampunan) kepadanya. Sesungguhnya Dia, (dan hanya) Dia Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Pengasih. Prof. HAMKA : Setelah itu, menerimalah Adam dari Tuhannya beberapa kalimat, maka diampuni-Nya akan dia; sesungguhnya Dia adalah Pemberi ampun, lagi Maha Penyayang.
Lafazh talaqqa (تَلَقَّى) asal katanya adalah al-liqa' (اللِّقَاء) namun dalam bentuk wazan (تَفَعَّلَ) dan punya beberapa makna, antara lain :
فَهِمَ وَ فَطِنِ : paham dan cerdas.
قَبِلَ وَ أخَذَ : menerima dan mengambil
تَلَقَّنَ : mentalqin
Namun dalam tiga versi terjemahan baik Kemenag, Quraish Shihab dan HAMKA, sama-sama menerjemahkannya menjadi : menerima.
Namun apa maksud dari menerima itu?
Biar mudah memahaminya, di masa sekarang sangat populer pengajaran Al-Quran dengan istilah talaqqi. dimana gerak mulut murid mengikuti gerak mulut yang dicontohkan guru. Karena itu talaqqi sering disebut juga dengan musyafahah.
Metode Talaqqi adalah suatu cara belajar dan mengajar Al-Qur'an dari Rasulullah SAW kepada para sahabat beliau, dan kemudian oleh mereka diteruskan ke generasi selanjutnya hingga kini. Metode ini terbukti paling lengkap dalam mengajarkan bacaan Al-Qur'an yang benar, dan paling mudah diterima oleh semua kalangan. Metode ini menjadi bukti historis keaslian Al-Qur'an yang bersumber dari Allah SWT.
Di dalam Al-Quran juga ada disebutkan masalah talaqqa ini :
Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al Quran dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Naml : 6)
Sedangkan lafazh kalimaat (كلمات) adalah bentuk jama' dari bentuk tunggalnya yaitu kalimah (كَلِمَة). Dan masalah ini agak rancu antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab, kata itu disebut kalimah (كَلِمَة), sedangkan kalimat dalam bahasa Arab disebut dengan jumlah (جُمْلَة).
Dalam hal ini yang diterima Adam adalah kalimaat (كَلِمَات) yang maknanya beberapa kata. Maksudnya Adam alaihissalam menerima dari Allah SWT lafazh-lafazh dzikir yang harus diucapkan dalam rangka bertaubat.
كَلِمَاتٍ
Para ulama berbeda pendapat tentang lafazh apa yang diterima Adam dari Allah SWT untuk diucapkan dalam rangka taubatnya.
1. Pendapat Pertama : Lafazh dan Bacaan
Sebagian kalangan mufassir diantaranya Ibnu Abbas, Al-Hasan, Said bin Jubair, Mujahid dan Adh-Dhahhak, mengatakan bahwa lafazh itu adalah doa sebagaimana tertuang dalam surat Al-A'raf ayat 23 :
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-Araf : 23)
Ada juga sebagian lainnya seperti Mujahid mengatakan bahwa lafazh itu adalah :
Maha Suci Engkau Ya Allah, tiada tuhan selain Engkau. Tuhanku, sungguh Aku telah berlaku zhalim pada diriku sendiri, maka ampunilah Aku, sesungguhnya Engkau hanya Engkau lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Kasih.
2. Pendapat Kedua : Tulisan
Ada juga sebagian riwayat dari kalangan mufassir yang mengatakan bahwa lafazh itu bukan doa tetapi berupa teks yang tertulis di Arasy : (محمد رسول الله). Dengan lafazh itulah kemudian Nabi Adam mendapatkan pengampunan yang tidak lain adalah merupakan syafaat milik Nabi Muhammad SAW.
3. Pendapat Ketiga : Syariat Haji
Pendapat ketiga mengatakan bahwa kalimat yang diterima Adam dari Allah SWT adalah perintah untuk mengerjakan ibadah haji. Pendapat ini dikemukakan oleh An-Nakhai yang menceritakan bahwa dirinya pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang kalimat apa yang diterima Adam dari Allah SWT.
Dan Ibnu Abbas kemudian menjawab bahwa Allah SWT mengajarkan kepada Adam dan Hawa tentang manasik haji. Diceritakan bahwa usai mengerjakan ibadah haji, Allah SWT menyatakan telah menerima taubah dari keduanya.
Tentang haji itu menghapus dosa, bisa kita konfirmasi dari hadits nabi berikut :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anh berkata, “Sesungguhnya Rasûlullâh shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Umrah satu ke Umrah lainnya adalah penebus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada pahala baginya selain Surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Pendapat Keempat
Ada juga mereka yang menafsirkan kalimaat (كلمات) sebagai tangisan, malu dan doa. Atau penyesalan, istighfar dan kesedihan.
فَتَابَ عَلَيْهِ
Di dalam banyak kitab tafsir ada diriwayatkan dialog Adam dengan Allah SWT ketika terlanjur melanggar larangan makan buah di surga :
"Ya Tuhan, bukankah Engkau ciptakan Aku dengan tangan-Mu? Allah SWT menjawab,"Benar". Adam berkata lagi,"Dan bukankah Engaku tiupkan kepadaku roh-Mu?". Allah SWT menjawab,"Benar". Adam berkata,"Ketika Aku bersin Engkau pun mengatakan : yarhamukallah, maka rahmat-Mu melebihi murka-Mu?. Allah berkata,"Benar". Adam bertanya lagi,"Bukankah Engkau telah menuliskan Aku akan menuliskan ini dan itu?". Allah SWT menjawab,"Benar". Adam bertanya lagi,"Bila aku bertaubat, apakah Engkau kembalikan Aku ke surga?". Allah SWT menjawab,"Benar".
إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Allah SWT berkali-kali menyebut diri-Nya sebagai Maha Penerima taubat atas dosa-dosa hamba-Nya. Penyebutan itu ada yang dalam bentuk nama-Nya, atau sifat-Nya, atau pun perilaku-Nya.
Dalam ayat ini ada dua macam sifat Allah SWT yang disebutkan sekaligus, yaitu Maha Penerima tobat, dan Maha Pengasih. Hal ini merupakan isyarat tentang jaminan Allah kepada setiap orang yang bertobat menurut cara-cara yang tersebut di atas, bahwa Allah swt akan melimpahkan kepadanya kebajikan dan ampunan-Nya.
Syarat Diterima Taubat
Agar taubat bisa diterima Allah, maka harus memenuhi syarat-syaratnya, antara lain :
Menyesali dan meninggalkan segala kesalahan yang telah dilakukan.
Menjauhi dan tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan dan perbuatan-perbuatan semacam itu.
Mengiringi perbuatan dosa itu dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda: Iringilah perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskan dosanya. (Riwayat at-Tirmizi dari Abt Zarr)