![]() |
USTADZ MENJAWAB1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | CariRingkas | Rinci |
Stasiun TV Dakwah |
PERTANYAAN Assalamu'alaikum wr. wb. Bapak Ustad Yang Selalu Dirahmati Allah SWT, Menanggapi pertanyaan mengenai kemungkinan mengudaranya stasiun TV Dakwah yang telah Ustad sampaikan tadi, saya ingin sekali urun rembug (ikut memberi masukan). Begini Ustad: 1. Mungkin tidak kalau seandainya dana itu digalang dari masyarakat muslim di Indonesia? Bisa Ustad bayangkan kalau 1 keluarga muslim itu menyumbangkan Rp 100.000, - saja dikalikan 1 Juta keluarga = Rp 100.000.000.000, - (Rp 100 Milyard ). Saya kira jumlah itu sudah cukup sebagai modal awal untuk memulai membuat unit usaha penopang Sta.TV sekaligus operasional awal sta.TV tersebut. 2. Buatlah Tim Promosi untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan rencana tersebut dengan melibatkan orang-orang yang ikhlas tanpa mementingkan honor/gaji (gajinya ntar Allah SWT yang ngasih). Tugas utama Tim adalah mengkoordinasikan masing-masing wilayah/propinsi (mensosialisasi) agar supaya benar-benar seluruh masyarakat Indonesia bisa dilibatkan. Bukankah hal ini juga akan memperkuat Ukhuwah Islamiah kita Ustad? Billahi Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu'alaikum wr. wb. |
JAWABAN Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Sehingga apa pun acara yang sekiranya tidak mengalirkan uang, akan diletakkan di waktu sisa, yang sekiranya orang tidak akan menontonnya. Sebaliknya, para da'i pun jarang juga yang berpikir maju ke depan untuk bisa melahirkan sebuah stasiun televisi sendiri. Mungkin karenamereka juga sudah kehabisan waktu, siang dan malam ceramah ke sana kemari. Sudah tidak ada waktu lagi untuk berpikir mendirikan stasiun TV. Tapi kami yakin kalau TV dakwah sudah berdiri dan ada undangan untuk ceramah di TV, mungkin mereka akan siap setiap saat berdakwah. Sikap aneh para pemilik stasiun televisi juga diikuti oleh para penguasa. Meski agama mereka Islam, tapi urusan beriklan, masih jarang yang mau berpikir dengan konteks dakwah. Padahal yang kita tahu, tidak mungkin televisi dihidupkan tanpa adanya tayangan iklan. Kecuali ada semacam revolusi berpikir dari kalangan ulama di negeri kita, sehingga mereka secara kompak bersama-sama menggalang dana abadi untuk menghidupkan sebuah Televisi Dakwah. Yang jadi masalah, mereka tidak pernah punya tekad seperti tekad yang anda punya. Padahal sebenarnya urusan dari mana dananya, mungkin masih banyak sumber-sumbernya. Misalnya keuntungan dari usaha haji Pemerintah di Departemen Agama. Dana-dana itu konon memang tidak masuk ke kas negara alias non Budgeter. Dan sudah menelan korban berupa seorang mantan Menteri Agama yang sampai hari ini masih mendekam di dalam hotel prodeo. Kalau seandainya dana-dana seperti itu jelas pertanggung-jawabannya, sangat mungkin umat Islam di negeri ini punya Televisi sendiri. Kekuatan Konsep Tapi masalah besaruntuk mendirikan stasiun televisi dakwah ini masih menyisakan peer besar, yaitu konsep dakwah itu sendiri yang masih perlu dirumuskan. Intinya, bagaimana dakwah bisa sampai kepada para pemirsa, namun tanpa kehilangan daya kreatifitasnya. Jadi acara bukan dari pagi sampai malam hanyaitu-itu saja, pasti orang akan bosan. Tapi kalau acara dibuat jadi terlalu cair dan terlalu mengadaptasi semua kepentingan, termasuk maunya yang punya duit, orang pun juga akan mencemooh dan meninggalkannya. Dan kasus seperti ini sering terjadi. Misalnya dalam pembuatan film Islam. Awalnya, mungkin skenario atau novelnya bagus dan sangat Islami, tapi ketika sudah jadi film, ternyata terlalu banyak kompromi dengan hal-hal yang dirasa kurang Islami. Akhirnya film itu malah jadi hambar dan tidak terasa sebagai film dakwah. Keterlibatan Semua Pihak Yang Konsern Pada Dakwah Maka di sini dibutuhkan kreasi dari para sineas muslim, juga team kreatif muslim, yang mana mereka pun sudah punya pola pikir dan sudut pandang dakwah yang lurus, benar dan maju. Intinya, semua pihak dari kalangan umat Islam harus berkumpul untuk melakukan brainstorming, dengan satu tujuan, yaitu mendirikan TV dakwah yang baik dan minimal bisa memenuhi standart. Kalangan itu tentu bukan terbatas hanya para ustadz, penceramahatau ahli syariah saja, tetapi juga para ahli pendidikan, ahli komunikasi, ahli psikologi, ahli teknologi, bahkan para pengusaha muslim yang loyal kepada agamanya. Tetap Butuh Modal Awal Tapi lepas dari semua idealisme yang kental itu, kita tetap harus berpijak di atas bumi. Memang harus ada modal awal agar kumpulan ini bisa bekerja dengan baik. Di mana niat awalnya bukan investasi tapi judulnya memang infaq fi sabilillah. Misalnya ada seorang pengusaha muslim yang lagi mau bersyukur atas limpahan rizki yang Allah bermurah hati kepadanya, lalu uang 10 milyar diikhlaskan untuk modal awal, tanpa ribut-ribut dengan bagian keuangannya. Tentunya ini hanya modal awal saja. Berikutnya kita harus realistis dan bekerja dengan amanah. Bukannya uang itu malah ditilep tanpa jelas ujung pangkalnya. Sayangnya, kasus seperti ini malah justru sering terjadi. Sayang sekali memang, banyak umat Islam saudara kita sendiri yang kurang amanah. Dan semoga apa yang kita bicarakan ini juga bisa menjadi salah satu pemicu untuk bisa mendirikan TV dakwah yang kita cita-citakan. Amien. Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc |
1. Aqidah |
2. Al-Quran |
3. Hadits |
4. Ushul Fiqih |
5. Thaharah |
6. Shalat |
7. Zakat |
8. Puasa |
9. Haji |
10. Muamalat |
11. Pernikahan |
12. Mawaris |
13. Kuliner |
14. Qurban Aqiqah |
15. Negara |
16. Kontemporer |
17. Wanita |
18. Dakwah |
19. Jinayat |
20. Umum |