Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
''Mereka melakukan tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. "
Dan mereka telah mernbuat tipu daya, tetapi Allah pun telah menipu daya pula, dan Allah adalah sepandai-pandai (pembalas) tipu daya.
Lafazh makaru (مَكَرُوا) adalah fi’il madhi, bentuk mudhari’-nya adalah (يمكر). Secara bahasa berarti (الِاحْتِيَالُ وَالْخِدَاعُ) yaitu hilah dan tipu daya. Dan memang diterjemahkan menjadi : melakukan tipu daya.
Tipu daya yang dimaksud menurut para mufassir adalah kesepakatan mereka untuk melakukan pembunuhan atas Nabi Isa alahissalam secara terencana.
Perbuatan semacam ini di dalam bahasa Indonesia disebut dengan ‘makar’. Dalam KBBI makar didefinisikan sebagai [1] akal busuk, tipu muslihat, [2] perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang, [3] perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintahan yang sah. Makna lain adalah kaku dan keras (tentang buah-buahan).[1]
Nampaknya makna yang kedua itulah terjemahan yang paling sesuai dengan maksud ayatnya, yaitu perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang
Lantas siapakah yang dimaksud dengan mereka yang melakukan makar itu?
Mereka yang dimaksud tidak lain adalah orang-orang kafir dari Bani Israil yang telah dirasakan kekafirannya oleh Nabi Isa alaihissalam di ayat 52 sebelumnya. Mereka itulah yang kemudian bikin makar merencakan pembunuhan nyawa Nabi Isa alaihissalam.
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ
Ketika Isa merasakan kekufuran mereka Bani Israil (QS. Ali Imran : 52)
Proses pembunuhan Nabi Isa, yang dalam tradisi Kristen disebut sebagai Penyaliban, merupakan peristiwa yang kompleks dan melibatkan berbagai tokoh dan faktor.
Dalam versi Kristen, konon Nabi Isa ditangkap di Taman Getsemani oleh tentara Romawi dan para pemimpin agama Yahudi, terutama imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Beliau kemudian dibawa ke pengadilan-pengadilan Yahudi, termasuk Sidang Agama Tinggi dengan tuduhan melakukan pelanggaran agama dan mengaku sebagai Mesias, Raja Yahudi.
Setelah pengadilan di hadapan Sidang Agama Tinggi, Nabi Isa dibawa ke hadapan Pontius Pilatus, gubernur Romawi di Provinsi Yudea. Meskipun tidak menemukan kesalahan dalam tindakan Nabi Isa yang dapat dihukum menurut hukum Romawi, Pilatus berusaha untuk memuaskan keinginan orang-orang Yahudi dengan merelakan Nabi Isa disalib.
Proses penyaliban dilakukan oleh prajurit-prajurit Romawi di bawah pengawasan gubernur. Penyaliban adalah metode eksekusi yang kejam yang digunakan oleh Romawi untuk menghukum para penjahat dan pemberontak. Nabi Isa disalib bersama dengan dua orang lainnya di Bukit Golgota, luar kota Yerusalem.
Para pemimpin agama Yahudi, terutama imam-imam kepala dan sejumlah tokoh agama, memainkan peran penting dalam menyebabkan penangkapan dan penyaliban Nabi Isa. Mereka menuduh Nabi Isa melakukan penghinaan agama dan menghasut kerusuhan, serta meminta Pilatus untuk mengeksekusi-Nya.
Dalam pandangan Kristen, rencana pembunuhan Nabi Isa tidak hanya berasal dari manusia, tetapi juga merupakan bagian dari rencana penyelamatan yang diperintahkan oleh Allah, yang memungkinkan kematian Nabi Isa sebagai korban penghapus dosa bagi umat manusia.
Sedangkan dalam versi agama Islam, tentu beda lagi konstruksinya. Dalam Islam memang benar Nabi Isa direncanakan mau dibunuh, namun pembunuhan itu tidak pernah terjadi. Sehingga Nabi Isa tidak pernah disalib, tetapi Allah telah mengangkat-Nya ke langit sebelum penyaliban terjadi.
Beberapa ayat Al-Quran menunjukkan bahwa Allah menyelamatkan Nabi Isa dari penyaliban, seperti yang terdapat dalam Surah An-Nisa (4:157-158):
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
"Dan (karena) ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan mereka tidak menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (pembunuhan) Isa pasti dalam keraguan tentang yang dibunuh itu, mereka tidak mempunyai keyakinan tentang itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin. (QS. An-Nisa’ : 157)
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015: 862
Lafazh wallahu (وَاللَّهُ) artinya : Dan Allah, lafazh khairul makirin (خَيْرُ الْمَاكِرِينَ) diterjemahkan menjadi : “Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. Para ulama mengatakan bahwa salah satu dari nama-nama Allah atau al-ama’ al-husna adalah khairul makirin.
Dasarnya selain ayat ini juga ada doa dari Nabi SAW yang menyapa Allah dengan sebutan tersebut.
اللَّهُمَّ امْكُرْ لِي وَلَا تَمْكُرْ عَلَيَّ
Dikatakan bahwa Allah itu sebaik-baik pembalas tipu daya, maksudnya bahwa rencana makar yang sudah disusun dengan sangat baik itu ternyata gagal total, karena Allah SWT telah menyelamat Nabi Isa dengan cara diangkat ke langit.
Ibnu Abbas radhiyallahuanhu meriwayatkan bahwa ketika Allah berkehendak mengangkat Isa ke langit, Beliau keluar kepada para sahabatnya dan berkata: 'Sesungguhnya di antara kalian ada yang akan mendustakan aku dua belas kali, setelah dia beriman kepada-Ku.'
Kemudian Nabi Isa berkata: 'Siapa di antara kalian yang akan dibuat menyerupai diriku, lalu menempati tempatku mati, dan bersamaku di dalam derajatku?'
Maka seorang pemuda dari yang termuda di antara mereka berdiri, Nabi Isa berkata kepadanya: 'Duduklah.' Kemudian Nabi Isa kembali berkata kepada mereka, dan pemuda itu berdiri lagi. Nabi Isa berkata kepadanya: 'Duduklah.' Kemudian Nabi Isa berkata kepada mereka lagi, dan pemuda itu kembali berdiri, Nabi Isa berkata: 'Kamu adalah orang itu.'
Lalu dijelmakanlah pada dirinya penampakan Nabi Isa, sementara Nabi Isa sendiri telah Allah naikkan ke langit.
Selesai itu barulah orang-orang Yahudi yang mau membunuh Nabi Isa masuk menyeruak langusng mencokok pemuda itu kemudian membunuhnya, jasadnya kemudian mereka salib di kayu salib.
Ibnu Katsir juga mencantumkan versi yang sedikit berbeda terkait masalah ini. Riwayatnya datang dari jalur Wahab bin Munabbih. Disebutkan bahwa yang diserupakan dengan wajah Nabi Isa bukan hanya satu orang muridnya, tetapi semuanya tiba-tiba berwajah yang sama, seperti beberapa anak kembar. Padahal jumlah mereka ada 17 orang, namun sama sekali tidak bisa dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian, pembunuhnya dibuat kebingungan, yang manakah Nabi Isa yang sesungguhnya. Bahkan kalangan Nasrani sendiri pun sampai tidak bisa membedakan dan mengira bahwa Nabi Isa alaihissalam benar-benar mati terbunuh.
Versi lainnya lagi sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Katsir adalah riwayat dari Ibnu Ishak. Hampir mirip dengan versi pertama dan pemuda yang mau berkorban diserupakan wajahnya dengan Nabi Isa bernama Sirjis (سرجس)