Jilid : 4 Juz : 2 | Al-Baqarah : 204
Al-Baqarah 2 : 204
Mushaf Madinah | hal. 32 | Mushaf Kemenag RI

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ

Kemenag RI 2019 : Di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Nabi Muhammad) dan dia menjadikan Allah sebagai saksi atas (kebenaran) isi hatinya. Padahal, dia adalah penentang yang paling keras.
Prof. Quraish Shihab : Di antara manusia ada yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hati kamu, dan dia menjadikan Allah sebagai Saksi atas apa (kebenaran) dalam hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras.
Prof. HAMKA : Dan setengah dari manusia ada yang menarik hati engkau kata-katanya dari hidup di dunia, dan dia menjadikan Allah saksi atas apa yang dalam hatinya, padahal dia adalah sejahatjahat musuh.

Ayat ke-204 ini nampaknya tidak ada hubungan dengan ayat sebelumnya, karena secara materi dan tema pembicaraan sudah jauh berbeda. Kalau di ayat ke-203 masih bicara tentang rangkaian ibadah haji, maka ayat ke-204 ini dan ayat selanjutnya  temanya sudah beralih jadi membicarakan perilaku orang-orang munafikin di Madinah.

Menurut para mufassir, ayat ini turun terkait tokoh munafik di Madinah bernama Al-Akhnas bin Syariq At-Tsaqafi, seorang yang terikat perlindungan dengan Bani Zuhrah. Manis tutur kata dan rupawan wajahnya, merupakan salah satu dari bangsawan Bani Tsaqif dan memiliki status terhormat di kalangan orang Arab maupun suku Quraisy, juga pemimpin Bani Zuhrah yang bijaksana, cerdik, manis tutur katanya dan tampan.

Nama aslinya adalah Ubay, namun dijuluki akhnas karena dia mundur bersama tiga ratus orang sekutunya dari Bani Zuhrah sewaktu perang Badar dalam memerangi Nabi SAW, sebagaimana yang tercantum dalam surat Ali-Imran.

Dia mendatangi Nabi SAW sambil menampakkan keislamannya di hadapan beliau dan berkata : Allah mengetahui bahwa aku jujur dalam hal ini (keislaman), lalu ia melarikan diri setelah itu, kemudian ia melewati kebun dan ternak milik kaum muslimin, tetapi kemudian ia membakar kebun tersebut serta menyembelih keledai mereka.

Al-Mahdawi berkata : atas kejadian itu turun pula ayat yang berbunyi : "Dan jangan sekali-kali engkau menuruti perkataan orang yang suka mengumbar sumpah".

Lafazh wa minan-nasi (وَمِنَ النَّاسِ) artinya dan di antara sebagian manusia. Penggalan ayat ini tidak menyebutkan siapakah mereka secara eksplisit, hanya menyebutkan mereka, tidak jelas apakah mereka ini muslim atau non-muslim.

Namun dalam kitab-kitab tafsir dijelaskan dengan gamblang siapakah yang dimaksud dengan : sebagian dari manusia itu? Dia adalah tokoh munafikin bernama Al-Akhnas atau Ubay.

Lafazh yu’jibuka (يُعْجِبُكَ) adalah fi’il mudhari dari asalnya (أَعْجَبَ - يُعْجِبُ) yang secara harfiyahnya dari kata takjub. Sedangkan lafazh qauluhu (قَوْلُهُ) artinya adalah perkataannya.

Namun bila dimaknai perkataannya menakjubkan atau membuat takjub, rasanya kurang tepat secara bahasa. Dalam ‘urf bahasa Indonesia, hal-hal yang menakjubkan itu terkait dengan kejadian yang luar biasa dan di luar nalar. Padahal yang dimaksud dengan lafazh sebenarnya ingin menyebutkan bahwa ada orang yang perkataannya menarik hati atau menyenangkan hati.

Masih terkait dengan lafazh ini, ada dua makna yang berlawanan. Bila ingin mengatakan sesuatu itu menarik hati, bisa menggunakan ungkapan seperti ini ayat ini yaitu (أعجبني). Sedangkan bila ingin mengatakan yang sebaliknya, bisa menggunakan ungkapan (أعجبني من).  Makna fil hayatid-dunya (الْحَيَاةِ الدُّنْيَا) adalah di kehidupan dunia.

Lafazh yusy-hidullah (يُشْهِدُ اللَّهَ) adalah fi’il mudhari dari asalnya (أَشْهَدَ - يُشْهِدُ) dan maknanya menjadikan Allah sebagai saksi atas isi hatinya (عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ).

Penggalan ini adalah sebuah ungkapan yang intinya bahwa orang munafik itu bersumpah demi Allah menyatakan dirinya mukmin dan mencintai Nabi SAW.

Di dalam Al-Quran rupanya ada beberapa ungkapan yang bernada sama terkait sifat dan sikap orang-orang munafik, antara lain ayat-ayat berikut :

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al-Munafiqun : 1)

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Al-Munafiqun : 4)

اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan. (QS. Al-Mujadilah : 16)

Makna aladdul-khisham (أَلَدُّ الْخِصَامِ) adalah paling keras permusuhannya. Makna al-khisham adalah permusuhan, namun dengan adanya pengkhususan kata aladdu maknanya jadi bukan sekedar bermusuhan, tetapi juga permusuhan yang tidak sehat.

Kurang lebih kalau kita bandingkan seperti pada pertandingan olah raga yang menuntut jiwa dan mental sportifit. Seharusnya urusan kalah atau menang dari lawan itu soal biasa, namanya juga sportifitas.

Tapi kalau ada pihak yang kalah lantas mengamuk atau bikin kekacauan, bakar-bakar ban di jalanan, bikin macet dan bikin keonaran, maka sikap semacam itu jelas tidak sportif. Orang bilang itu baper alias bawa perasaan. Namun begitulah sifat dan sikap orang-orang munafikin, tidak bisa menang secara soprtif, lalu ambil jalan lain yang sangat tidak terpuji.

Al-Baqarah : 204

TAFSIR KLASIK
1. 310 H - Jami'ul Bayan : Ibnu Jarir Ath-Thabari
2. 427 H - Al-Kasy wa Al-Bayan di Tafsir Al-Quran : Ats-Tsa'labi
3. 450 H - An-Nukat wal 'Uyun : Al-Mawardi
4. 468 H - At-Tafsir Al-Basith : Al-Wahidi
5. 516 H - Ma'alim At-Tanzil : Al-Baghawi
6. 538 H - Al-Kasysyaf : Az-Zamakhsyari
7. 546 H - Al-Muharrar Al-Wajiz : Ibnu 'Athiyah
8. 606 H - Mafatihul Ghaib : Fakhrudin Ar-Razi
9. 681 H - Al-Jami' li-ahkamil Quran : Al-Qurtubi
10. 745 H - Al-Bahrul Muhith : Abu Hayyan
11. 774 H - Tafsir AlQuranil Azhim : Ibnu Katsir
12. 911 H - Jalalain Mahali (864 H) Suyuthi (911 H)
13. 911 H - Ad-Durr Al-Mantsur : As-Suyuthi
14. 982 H - Irsyadul'Aqlissalim : Abu As-Su'ud
15. 1250 H Fathul Qadir : Asy-Syaukani
16. 1270 H - Ruhul Ma'ani : Al-Alusi
17. 1393 H - Tahrir wa Tanwir : Ibnu 'Asyur
18. 1436 H - Tafsir Al-Munir : Dr. Wahbah Az-Zuhaili
19. 1401 H - Tafsir Al-Azhar : HAMKA

 

 

Jadwal Shalat DKI Jakarta 18-4-2024
Subuh 04:37 | Zhuhur 11:54 | Ashar 15:14 | Maghrib 17:54 | Isya 19:02 | [Lengkap]

Rumah Fiqih Indonesia
www.rumahfiqih.com
Jl. Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940
Copyright © by Rumah Fiqih Indonesia