Kemenag RI 2019:(Ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir‘aun dan) pengikut-pengikut Fir‘aun. ) Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Pada yang demikian terdapat cobaan yang sangat besar dari Tuhanmu. Prof. Quraish Shihab:Dan (ingatlah), ketika Kami menyelamatkan kamu dari para pengikut Firaun;¹? mereka menimpakan kepada kamu siksaan yang seberat-beratnya; mereka menyembelih anak-anak kamu yang laki-laki dan membiarkan hidup (anak-anak) kamu yang perempuan (untuk disiksa dan dilecehkan). Dan pada yang demikian itu (terdapat) cobaan yang sangat besar dari Tuhan Memelihara kamu. Prof. HAMKA:Dan, (ingatlah) tatkala Kami selamatkan kamu dari kaum Fir`aun, yang telah menindas kamu dengan seburuk-buruk siksaan; mereka sembelih anak-anak laki-laki kamu dan mereka hidupi perempuan-perempuan kamu dan pada yang demikian itu adalah bencana yang besar daripada Tuhan kamu.
Lafazh najjainakum (نَجَّيْنَاكُمْ) itu terdiri dari fi'il madhi yaitu najjaina dengan pelakunya adalah Kami yang ditandai dengan dhamir naa (نا), yaitu Allah SWT sendiri. Makna najjaa (نَجَّى) sendiri adalah menyelamatkan. Sedangkan lafazh kum (كُمْ) maksudnya adalah kamu yaitu dalam hal ini Bani Israil.
Yang dimaksud tentu saja nenek moyang dan leluhur mereka di zaman Nabi Musa alaihissalam, bukan Bani Israil yang hidup dan tinggal di Madinah bersama-sama dengan muhajirin dan anshar.
Lalu lafazh min (مِنْ) bermakna : dari. Maksudnya dari Firaun
Secara ilmu qiraat, ada beberapa versi bacaan yang berbeda. Ada yang membaca : 'anjainakum' (أنْجَيْناكم) dan ada juga yang membaca 'najjaitukum' (نَجَّيْتُكم).
Kata (نَجَّيْنَاكم) terambil dari kata (النَّجَاة) an-najat, yaitu mengangkat ke tempat yang tinggi. lni karena siapa yang berada di tempat yang tinggi tidak mudah terjangkau oleh musuh. Atau, dengan kata lain, dia dapat selamat dan terhindar dari bahaya.
Kata najjainakum mengandung makna berulang-ulangnya penyelamatan itu. Ayat ini menggunakan kata najjainakum, sementara di tempat lain seperti dalam QS. al-A'raf [7]: 141, redaksi yang digunakan adalah anjainakum, keduanya dapat diterjemahkan dengan kami menyelamatkan kamu. Yang pertama, yakni redaksi yang digunakan dalam ayat 49 ini mengandung makna pemberian keselamatan saat turunnya siksa sehingga mereka terhindar dari siksa, sedangkan yang kedua, yakni dalam QS. al-A'raf[7]: 141, adalah pemberian keselamatan dengan caramenjauhkan siksa tersebut secara keseluruhan.
Dengan demikian, ada dua anugerah Allah kepada mereka dalam konteks penyelamatan. Anugerah-Nya yang pertama adalah menghindarkan mereka-yakni sebagian mereka-dari siksa sehingga, dengan demikian, ayat ini mengisyaratkan bahwa ada di antara mereka yang tidak tersiksa.
Bentuk penyelamatan yang Allah SWT lakukan kepada Bani Israil adalah dengan bentuk mukjizat yang nyata, bukan hanya nampak di mata, tetapi langsung dirasakan oleh seluruh Bani Israil lengkap dengan anak, cucu, mantu mereka secara bersama-sama, yaitu terbelahnya laut yang terbentang di depan mata.
Lokasi Laut Merah yang melintasi Nabi Musa tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa teori menunjukkan bahwa Laut Merah mungkin adalah Teluk Aqaba di selatan Jordan atau golongan air di dekat Suez, Mesir.
Namun, tidak ada bukti arkeologis atau ilmiah yang dapat memastikan lokasi pasti dari Laut Merah ini. Dalam Alkitab dan Taurat, Laut Merah dianggap sebagai simbol kekuatan dan intervensi Tuhan dalam menyelamatkan bangsa Israel.
Laut Merah yang dikenal juga dengan Laut Qalzum yaitu di satu daerah dekat Terusan Suez dewasa ini atau yang dahulu dikenal dengan nama "Fam al-Hairuts" untuk kamu, hai Ban! Isra'll, yang ketika itu bersama Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Sinai.
Lalu, ketika itu, Kami selamatkan kamu dengan jalan Kami pisahkan air laut agar kalian dapat menyeberanginya sehingga kalian dapat menghindar dari kejaran Fir'aun dan para tentaranya, dan Kami bela kalian dari kejaran mereka dengan jalan Kami tenggelamkan pengikut-pengikut Fir'aun sedang kamu sendiri menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala kalian. Adapun Fir'aun, Kami selamatkan badannya agar menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya sebagaimana terbaca dalam QS. Yun us [1 O]: 92.
Ketika terjadi eksodus itu, Nabi Musa as. bersama umatnya tidak menempuh jalan yang biasa ditempuh untuk menuju ke Sinai. Mereka tidak menelusuri pantai Laut Tengah yang jaraknya hanya sekitar 250 mil menu ju Sinai. Tetapi, mereka menelusuri jalan arah tenggara, menelusuri Laut Merah untuk menghindar dari lalu lalang kafilah sekaligus menjauhkan diri dari kejaran Fir'aun.
Musa as. menempuh jalur tersebut atas perintah Allah, sebagaimana diisyaratkan oleh QS. asy-Syu'ara' [26]: 52. Allah memerintahkan menempuh jalur itu agar dalam perjalanan menemukan Laut Merah dan terpaksa berhenti karena dihadang oleh laut yang kemudian dalam kenyataannya dijadikan Allah sebagai kuburuan bagi tentara Fir'aun. Demikian lebih kurang tulis Thahir Ibn 'Asytlr.
آلِ فِرْعَوْنَ
Lafazh aali (آلِ) secara bahasa dimaknai sebagai keluarga. Demikian juga dengan ahli (أهْل) bermakna keluarga juga. Sebagian kalangan ada yang mengatakan bahwa keduanya sama saja dan tidak ada bedanya, kecuali hanya urusan rasa saja.
Namun sebagian kalangan lain mengatakan keduanya berbeda. Salah satunya seperti yang dituturkan oleh Al-Kisa'i, bahwa digunakan alu ketika dikaitkan dengan nama seseorang, seperti Alu Muhammad, alu Ibrahim dan seterusnya. Sedangkan kalau tidak terkait dengan nama, lebih banyak digunakan ahlu seperti ahlul ilmi, ahlul qaryah dan seterusnya.
Namun mufassir yang lain mengatakan bahwa alu itu pengikut, sedangkan ahlu itu keluarga atau kerabat.
Namun meski secara bahasa bermakna keluarga, ternyata penggunaannya justru untuk menamakan para pengikut setia.
* * *
Fir'aun (فرعون) adalah gelar penguasa tertinggi Mesir, seperti Kaisar, atau Raja, atau Presiden. Ia digunakan al-Quran untuk menunjuk penguasa Mesir yang bersikap angkuh dan kejam. Karena itu, penguasa Mesir pada masa Nabi Yusuf tidak digelari dengan Fir'aun, tetapi (ملك) Malik / raja (baca QS. Yusuf [12]: 50 dan 72).
Memang para pakar sejarah menginformasikan bahwa kehadiran Bani Isra'il di Mesir dimulai dengan kehadiran Nabi Yusuf, setelah beliau ditemukan oleh serombongkan kafilah di sumur tua dijual kepada Taifur, Kepala Polisi Mesir.
Ketika itu, Mesir terdiri dari dua bagian besar. Bagian selatan adalah, Upper Egypt (Mesir Atas) yang kini populer dengan nama ash-Sha'id. Sedang bagian kedua adalah Mesir Utara dengan ibu kotanya Manfi.s (sekitar 30 km dari Kairo).
Bagian ini dikalahkan oleh seseorang yang dikenal dengan Heksos. Berbeda-beda pendapat sejarahwan tentang kapan mereka memerintah. Tetapi, yang hampir disepakati adalah kekuasaan Heksos berakhir pada sekitar 1700 SM atau menurut kamus al-Munjid 232 Surah al-Baqarah [2] Kelompok IV Ayat 49 mereka rnernerintah antara 1650 sarnpai dengan 1560 SM, sebelurn rnereka dikalahkan oleh Ahrnus pendiri Dinasti ke XVII.
Nabi Yusuf as. berada di Mesir dan kernudian rnenjadi Kepala Badan Logistik Pernerintahan pada rnasa Heksos itu. Narna penguasa Mesir ketika itu adalah Abufeis atau Abibi, sekitar 1739 SM. Dernikian Thahir Ibn 'Asyur. Ketika itulah Bani Isra'll bebas dan rnetnpunyai pengaruh di Mesir. Mereka hidup tenang selarna lebih kurang 400 tahun. Walau mereka tetap mernpertahankan adat istiadat dan agarna rnereka yang berbeda dengan agarna orang-orang Mesir.
Selanjutnya, setelah berlalu masa tersebut, rnuncul kekuasaan baru yaitu Dinasti ke XIX yang rnengusir Heksos dan rnenguasai seluruh Mesir. Salah seorang penguasa dinasti ini yang paling populer adalah Rarnsis II dan yang dikenal dengan Ramses al-Akbar (terbesar).
Menurut kamus al-Munjid, ia naik takhta sekitar 1311 SM. Pada rnasanyalah terjadi penindasan terhadap Bani Isra'll sehingga rnereka dipekerjakan secara paksa. Rupanya mereka dituduh akan melakukan rnakar terhadap kekuasaan atau rnernbantu penguasa lama yang ditaklukkan Rarnsis, yaitu Heksos yang rnernpunyai hubungan darah dengan Bani Isra'll dan orang-orang Arab.
Nah, karena kecurigaan-baik berdasar atau tidak itulah-rnaka Fir'aun Rarnsis menindas rnereka, rnernbunuh anak lelaki dan rnernbiarkan hidup hina anak perernpuan.
Dalam beberapa kitab tafsir, dikernukakan bahwa Fir'aun bermirnpi bahwa kekuasaannya akan diruntuhkan oleh salah seorang putra Bani Isra'll. Mirnpi ini-kalau. benar-rnaka itu dapat diduga lahir dari apa yang rnenguasai pikiran Fir'aun ketika itu sehingga rnelahirkan rnirnpi seperti itu.
Ada juga yang berkata bahwa para pernuka agarna Mesir kuno, rnernfitnah Bani Isra'll merencanakan rnakar terhadap kekuasaan karena rnereka enggan melihat Bani Isra'll rnenganut ajaran agarna yang berbeda dengan ajaran agarna mereka. Seperti dikernukakan di atas, Nabi Yfrsufhidup pada rnasa pernerintahan Heksos. Penguasanya ketika itu bukan dari Bani Isra'll.
Dari sini wajar jika al-Qur' an rnenarnai penguasa itu ( cl.Lo ) Malik bukan Fir'aun karena gelar Fir'aun hanya digunakan untuk penguasa Mesir yang rnernerintah sesudah Kelompok IV Ayat 49 Surah al-Baqarah [2] 233 masa Heksos. Ini-menurut Mutawalli asy-Sya'rawi-baru diketahui setelah penemuan tulisan Heroglifil. Namun demikian, ia telah diberitakan oleh alQur' an jauh sebelum penemuan tulisan itu pada akhir abad XIX.
Nikmat-nikmat yang diingatkan Allah dan yang diisyaratkan pada ayat lalu antara lain adalah keselamatan dari penindasan Fir'aun dan rezimnya, berupa penindasan dan siksaan yang seberat-beratnya, pembunuhan anakanak lelaki yang belum dewasa kendati membiarkan anak-anak wanita hidup dalam penindasan hingga mereka dewasa.
يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ
Lafazh suu’al adzab (سُوءَ الْعَذَابِ) maknanya adalah bentuk penyiksaan yang paling buruk di dunia, yaitu berupa penindasan demi penindasan yang dilakukan bangsa Mesir kepada Bani Israil sepanjang masa, khususnya sejak berkuasanya dinasti Fir’aun yang sangat anti Yahudi.
Nampaknya yang dilakukan oleh penguasa Mesir kala itu adalah genoside atau pemusnahan etnis Yahudi dari muka bumi, minimal setidaknya dari tanah Mesir. Caranya adalah dengan membunuhi semua bayi laki-laki yang baru lahir dari kalangan Yahudi dan membiarkan hidup bayi wanita. Kalau keadaan seperti ini terus menerus dilakukan, maka garis keturunan yahudi dengan sendirinya akan punah.
يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ
Lafazh yadzabbihuna (يذَبِّحُونَ) bermakna menyembelih. Ada yang menyebutkan bahwa jumlah korban anak laki-laki yang terbunuh mencapai 12.000 anak. Versi lainnya lebih parah yaitu korbannya mencapai 90.000 jiwa.
Kalau memang semua bayi laki-laki dari Bani Israil dibunuh oleh Fir'aun dan tentaranya, lantas bagaimana Musa dan Harun lahir dan selamat?
Musa dilahirkan dalam keadaan diam-diam, lalu dihanyutkan ke sungai Nil. Sebagaimana yang diceritakan dalam ayat berikut :
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (QS. Al-Qashash : 7)
وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ
Lafazh yastahyuna (يَسْتَحْيون) asalnya dari kata hayah (حياة) yang bermakna hidup, lalu ketambahan alif, sin dan ta' (اس ت) sehingga bisa diterjemahkan menjadi : membiarkan hidup.
Penyebutannya secara khusus di sini dimaksudkan untuk mengisyaratkan bahwa membiarkan hidup itu bukanlah karena kasih sayang mereka terhadap para wanita, tetapi itu pun untuk tujuan penyiksaan dan pelecehan seksual terhadap kehormatan para wanita itu.
Ada juga ulama yang memahami bahwa yastahyuna (يَسْتَحْيون) berasal dari kata haya' (حياء) yang maknanya malu. Maksudnya bertujuan untuk mempermalukan mereka atau memeriksa kemaluan mereka untuk mengetahui apakah mereka mengandung. Namun pendapat ini dinilai sebagai pendapat yang lemah.