Kemenag RI 2019:Jika kamu tidak (mampu) membuat(-nya) dan (pasti) kamu tidak akan (mampu) membuat(-nya), takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir. Prof. Quraish Shihab:Maka, jika kamu tidak dapat membuat-(nya) dan (pasti) kamu tidak akan dapat membuat-(nya), maka peliharalah dirimu (dari) neraka yang bahan bakarnya (adalah) manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. Prof. HAMKA:Maka, jika kamu tidak dapat membuat, dan sekali-kali kamu tidak akan dapat membuat, takutlah kamu kepada neraka yang penyalaannya ialah manusia dan batu, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.
Lafazh fa-in (فإن) bisa diterjemahkan menjadi apabila, jikalau, seandainya atau pun juga maka jika dan seterusnya, sesuai dengan rasa bahasa kita sebagai pengguna. Namun pada intinya lafazh itu merupakan lafazh.
Sedangkan lafazh lam (لم) bermakna tidak tapi untuk hal-hal yang sifatnya sudah lampau, sehingga kita alih bahasakan menjadi : sebelumnya tidak.
Lafazh taf'alu (تفعلوا) bermakna kamu melakukannya, yaitu mendatangkan yang seperti Al-Quran, khususnya dari sisi keuatan sastranya.
ولن تفعلوا
Lafazh lan (لن) bermakna : tidak, seperti juga lafazh laa (لا). Perbedaannya dalam masalah waktu. Kalau hanya sekedar tidak, cukup menggunakan laa (لا) saja, tetapi kalau mau mengatakan tidak untuk sekarang dan seterusnya maka yang digunakan adalah lan (لَن)
dalam hal ini konteksnya adalah tidak untuk selamanya di waktu-waktu yang akan datang, sehingga bisa dimaknai menjadi : tidak akan.
Lafazh taf'alu (تفعلوا) bermakna melakukan, maksudnya mendatangkan kitab yang setara dengan Al-Quran.
Pertanyannya adalah kenapa Allah SWT memastikan bahwa membuat yang seperti Al-Quran ini tidak mungkin bisa dilakukan?
Jawabnya karena Al-Quran itu memang sangat rumit bukan hanya dari sisi konten dan jumlah informasi yang termuat di dalamnya, namun juga cara Allah SWT mengemasnya menjadi sebegitu indah. Bayangkan bagaimana kita bisa membuat kubu undang-undang (qanun) tetap dengan menggunakan bahasa sastra, khususnya prosa yang punya ruh dan kekuatan karakteristik.
Kita umat Islam yang banyak belajar tentang Al-Quran tentu tahu ada banyak kerumitan yang sulit untuk bisa dibayangkan dalam anatomi Al-Quran. Sehingga kalau sekedar menguraikan isi konten Al-Quran sedikit banyak bisa diusahakan, lewat berjilid-jilid kitab tafsir yang isinya membedah kata per kata, kalimat per kalimat, ayat per ayat hingga surat per surat.
Dibutuhkan berlembar-lembar kertas untuk menjabarkan informasi yang terkandung di balik semua itu. Namun setidaknya bisa dijabarkan, meski lewat berbagai kitab tafsir yang jumlahnya banyak.
Namun bagaimana mengemas semua itu menjadi kalimat yang singkat, simpel, sederhana, indah, mudah dihafal dan menyenangkan hati, jelas bukan pekerjaan yang mudah.
فاتقوا
Lafazh fattaqu (فاتقوا) terbentuk dari huruf fa (ف) yang bermakna 'maka' dan ittaqi (اتق) yang merupakan fi'il amr atau perintah untuk melakukan sesuatu. Asalnya dari (اتقى - يتقى) yang maknanya bisa bertaqwa namun juga bisa bermakna takut atau memelihara diri dari sesuatu.
Dalam konteks ayat ini tentu makna yang paling cocok adalah perintah untuk bersikap memelihara atau menjaga diri dari api neraka. Kedudukannya dari lafazh- sebelumnya menjadi jawaban dari awal kalimat : jika (jawab li asy-syarth).
النار
Lafazh an-nar (النار) makna asalnya adalah api, namun bisa juga bermakna neraka.
Kebanyakan lafazh an-nar dalam di Al-Quran bermakna neraka, tergantung konteksnya. Biasanya kalau disandingkan dengan lawannya yaitu surga, maka tahu lah kita bahwa an-nar yang dimaksud adalah neraka.
Namun kadang dalam Al-Quran juga ada disebut an-nar yang maknanya bukan neraka tetapi makna aslinya yaitu api. Salah satunya seperti dalam ayat ke-17 surat Al-Baqarah yang sudah kita bahas sebelumnya, lafzh nar disitu bermakna api :(مثلهم كمثل الذي استوقد نارا).
Namun untuk ayat ke-24 ini tentu saja nar yang dimaksud adalah neraka. Bahkan dijelaskan seperti apa neraka itu nanti di akhirat.
وقودها
Lafazh waqud sering dimaknai sebagai bahan bakar. Namun ada ayat Al-Quran yang juga menggunakan lafadz waqud namun diterjemahkan dengan kayu bakar, yaitu :
النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ
yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, (QS. Al-Buruj: 5)
Ayat di atas itu memang terkait dengan kisah Ashabul Ukhdud yang dibakar dengan api yang berkobar dengan menggunakan kayu bakar.
Penyebutan 'bahan bakar' ini apakah hakiki atau majazi, boleh jadi para ulama tidak sepakat.
Karena kalau dimaknai secara hakiki bahwa bahan bakar api neraka hanya berupa batu atau tubuh manusia, tentu nyala api neraka itu tidak panas-panas amat.
Bahkan magma cair di dalam perut bumi kita jauh lebih panas, bisa mencapai ribuan derajat celsius.
Inti bumi memiliki suhu yang bahkan lebih tinggi dari suhu permukaan Matahari. Inti bagian dalam bumi memiliki suhu sangat tinggi mulai dari 4.900 derajat hingga 7200 derajat Celcius.
Ketika bom atom meledak di Hiroshima Jepang, suhu ledakan bom diperkirakan mencapai 300.000 derajat celcius. Ini sekitar 300 kali lebih besar dari suhu ketika manusia dikremasi.
Suhu permukaan matahari 6.000 derajat celsius yang dipancarkan ke luar angkasa hingga sampai ke permukaan bumi, sedangkan suhu inti sebesar 15-20 juta derajat Celsius.
Sedangkan baru bara misalnya, tidak akan mencapai panas setinggi panas inti bumi apalagi inti matahari. Lalu masuk akal kah bila kita bilang bahwa suhu di neraka jauh lebih adem dari suhu di inti bumi dan inti matahari? Tentu tidak masuk akal.
Lalu bagaimana kita menjawab pernyataan dalam ayat ini bahwa bahan bakar neraka hanya terdiri dari batu dan tubuh manusia?
Tentu jawaban yang paling aman dan selamat bahwa ungkapan itu bersifat majaz. Maksudnya saking beratnya siksaan manusia di neraka, sampai-sampai dikatakan bahwa tubuh mereka jadi bahan bakar neraka.
Atau diibaratkan tubuh mereka itu seperti bahan bakar yang disiramkan ke api menyala. Semakin disiram, nyala apinya semakin besar.
Itulah kenapa pendapat yang menggunakan majaz jadi lebih aman, mengingat bahwa tubuh manusia bukan termasuk jenis bahan bakar yang baik untuk nyala api yang panas sampai ribuan dan bahkan jutaan derajat celsius.
Namun lagi-lagi kita harus ingat bahwa neraka tidak terlewat di alam dunia, tetapi di alam akhirat. Sehingga tidak cocok kalau dibandingkan atau diukur pakai skala dan ukuran fisika di dunia. Intinya buat kita neraka itu alam ghaib, boleh jadi hukum fisikanya pun berubah jauh.
الناس
Tubuh manusia kalau dijadikan bahan bakar demi untuk menyalakan api mungkin bukan bahan yang tepat. Sebab yang namanya bahan bakar itu digunakan agar api bisa menyala dan berkobar. Maka dugaan sementara bahwa tubuh manusia dijadikan bahan bakar api neraka nampaknya semakin kuat.
Lalu benda apakah yang paling cocok untuk dijadikan bahan bakar sehingga bisa mendatangkan api, bahkan meski tanpa pemantik.
Bahan kimia yang mudah terbakar atau disebut juga bahan kimia flammable adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen sehingga menimbulkan api. Bahan-bahan kimia terbagi atas 3 wujud zat, yaitu : padat, gas, dan larutan.
Semua wujud bahan kimia memiliki kesempatan yang sama besar untuk dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Tergantung pada suhu, temperatur, dan situasi serta kondisi, karena di beberapa kasus terdapat senyawa kimia yang dapat terbakar apabila bereaksi dengan air.
Berikut ini beberapa contoh bahan kimia mudah terbakar :
1. Klorin Triflorida (FCl3)
Klorin Triflorida merupakan bahan kimia yang dapat dikatakan paling mudah terbakar, karena klorin triflorida dapat bereaksi dengan apapun dan tidak membutuhkan sumber api untuk dapat menyebabkan kebakaran. Klorin Triflorida pada umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar roket, keperluan militer, dsb. Baca juga mengenai bahan kimia oksidator.
2. Bensin
Bensin merupakan bahan kimia yang sering kita temui, karena bahan ini merupakan sumber energi transportasi bermotor mulai dari mobil hingga bentor (becak motor), sehingga tentu saja akan ada dimana-mana. Bensin mudah terbakar karena bensin terbentuk dari rantai yang terdiri atas karbon dan hidrokarbon yang sangat mudah berikatan dengan oksigen membentuk CO2 dan H2O serta energi panas.
3. Aseton
Aseton (CH3COCH3) merupakan senyawa kimia yang pada umumnya tidak berwarna dan memiliki bau yang menyengat. Aseton seringkali digunakan dalam industri rumah tangga, kecantikan, dan sebagainya. Aseton mudah terbakar karena sama halnya dengan bensin/ petrol yang rantainya terdiri dari kandungan karbon dan hidrokarbon.
4. Xylene
Xylene (C8H10) merupakan senyawa kimia yang sering kita temui sebagai salah satu bahan dari cat semprot (spray paint). Bahan inilah yang seringkali membuat kepala terasa pusing dan mual setelah beberapa lama menghirup gas ini. Maka dari itu ketika melakukan pengecatan dengan cat yang berbahan dasar xylene hendaklah kita melakukannya di tempat dengan sirkulasi udara yang baik, dan apabila didalam ruangan, maka buka ventilasi udara lebar-lebar.
5. Etanol
Parfum yang kita gunakan setiap hari dalah contoh salah satu bahan kimia yang mudah terbakar, karena parfum mengandung etanol (C2H6O). Tidak hanya parfum, deodorant, cologne, hair spray, obat kumur, dan produk- produk rumah tangga lain juga banyak yang berbahan dasar etanol. Baca juga mengenai bahan kimia eksplosif.
الحجارة
Lafazh hijarah (حجارة) bermakna batu, meskipun Al-Quran tidak secara spesifik menyebutkan nama batunya, namun para mufassir klasik seperti Al-Qurthubi dalam Al-Jami' li Ahkam Al-Quran menyebutkan bahwa berdasarkan hadits Ibnu Masud, batu yang dimaksud adalah batu kibrit yang berwarna hitam (حجارة الكبريت الأسود). Kalau kita buka kamus Arab Indonesia, kibrit itu adalah belerang atau sulfur.
Setidaknya ada lima alasan kenapa batu kibrit, yaitu cepat menyala, aromanya menyengat, banyak asapnya, sangat kuat menempel di badan dan sangat tinggi suhunya bila dipanaskan.
Namun apa yang disebutkan di atas dikoreksi oleh Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatih Al-Ghaib. Selain tidak ada dasar riwayatnya, membandingkan panasnya api neraka dengan memaknai batu sebagai bahan bakarnya batu belerang hitam justru dianggap menyalahi keimanan kepada ancaman api neraka.
Di sisi lain, ada juga yang bertanya, kalau manusia kafir dijadikan bahan bakar di neraka, lantas apa urusannya dengan baru? Kenapa dibakar juga?
Menjawab pertanyaan ini sebagian mufassir mengatakan bahwa yang dibakar di neraka adalah baru yang sewaktu di dunia pernah dijadikan patung untuk disembah selain Allah.
أعدت للكافرين
Lafazh u'iddat (أُعِدَّتْ) maknanya : disediakan. Dan al-kafirin maknanya adalah orang-orang kafir.
Muncul pertanyaan menggelitik : Kalau neraka disiapkan buat orang kafir, apakah sekarang ini sudah dinyalakan? Masalahnya bagaimana neraka sudah dinyalakan sekarang, padahal belum ada bahan bakarnya? Bukankah bahan bakarnya batu dan manusia? Padahal sekarang ini belum terjadi kiamat, maka belum ada seorang manusia pun masuk ke alam akhirat dalam arti surga dan neraka.
Kalau belum ada manusia masuk ke dalam neraka sekarang ini, bagaimana bisa dikatakan bahwa neraka itu disiapkan sejak sekarang, padahal bahan bakarnya yaitu manusia belum ada satupun yang masuk?