Kemenag RI 2019:Kemudian, Kami membangkitkan kamu setelah kematianmu agar kamu bersyukur. Prof. Quraish Shihab:Kemudian, Kami bangkitkan kamu setelah kematian kamu, supaya kamu bersyukur. Prof. HAMKA:Kemudian Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.
Lafazh ba'atsna-kum (بعثناكم) diterjemahkan menjadi : 'Kami bangkitkan kamu'. Maksudnya Allah SWT menghidupkan kembali orang-orang yang sudah dimatikan sebelumnya.
Lafazh ba'atsa (بعث) dalam Al-Quran digunakan dalam banyak makna, seperti mengutus nabi dan rasul sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat. (QS. An-Nahl : 36)
Kadang juga digunakan untuk menyebutkan hari berbangkit setelah kiamat : sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut :
Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?". Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya). (QS. Yasin : 52)
Kadang juga digunakan untuk menyebutkan bangun dari tidur panjang, sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut :
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu). (QS. Al-Kahfi : 12)
Sementara ketika Allah SWT menghidupkan orang yang sudah mati, kadang digunakan ungkapan yuhyi (يحيي):
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (QS. Al-Baqarah : 28)
Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. (QS. Al-Baqarah : 73)
مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ
Ibnu Katsir menceritakan dari jalur riwayat As-Suddi bahwa ketika 70 orang pengikutnya mati karena terkena sha'iqah, Nabi Musa pun menangisi mereka dan meminta kepada Allah SWT agar mereka dihidupkan kembali. Musa berkata :
Wahai Tuhan, apa yang harus Aku sampaikan kepada Bani Israil bila aku kembali kepada mereka namun orang-orang terbaik mereka telah Engkau matikan semua?
Kejadian ini memang terkonfirmasi dalam surat Al-A'raf sebagai berikut :
Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya". (QS. Al-Araf : 155)
Allah SWT lalu menjawab bahwa mereka itu termasuk yang menyembah patung anak sapi, maka mereka pun dihukum mati. Namun setelah itu doa Nabi Musa agar mereka dihidupkan kembali dikabulkan oleh Allah SWT. Satu per satu mayat-mayat Bani Israil itu pun hidup kembali atas izin dan kehendak Allah SWT.
Lalu mereka satu sama lain saling bertanya, bagaimana kamu bisa hidup kembali?
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Lafazh la'lla (لعلكم) yang maknanya : agar supaya, atau semoga sudah beberapa kali dijelaskan sebelumnya.
Intinya bahwa bagi Allah SWT sesungguhnya bukan hal yang mustahil untuk menetapkan sesuatu, sehingga kurang tepat kalau Allah SWT dianggap sedang berharap akan terjadi sesuatu sebagai kita hamba-Nya yang hanya bisa berharap.
Para ulama menjelaskan bahwa ungkapan ini lebih tepat dimaknai bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk berharap. Sehingga dapat dimaknai menjadi : 'maka harapkanlah dirimu untuk bisa bersyukur'.
Sedangkan lafazh tasykurun (تشكرون) maknanya adalah : kamu bersyukur. Lafazh syukur itu sendiri oleh para ulama didefinisikan sebagai : menerima kenikmatan dengan sepenuh hati (مقابلة النعمة بكفائها بالقلب). Lawan kata dari kufru (كفر) alias tidak bersyukur atas nikmat. Kita menyebutnya dengan kufur nikmat.
Bersyukur sendiri merupakan bentuk ibadah yang mendatangkan pahala dari Allah SWT.