◀ | Jilid : 1 Juz : 1 | Al-Baqarah : 57 | ▶ |
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ۖ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Kemenag RI 2019 : Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa. 28) Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiriLafazh zhallalna (ظَلَّلْنَا) berasal dari kata zhillah yang maknanya menaungi atau memayungi sebagaimana terjemahan Kemenag RI dan Quriash Shihab. Atau kalau pakai dengan bahasa terjemahan Buya HAMKA : Kami teduhi.
Dalam bahasa Arab modern, kata mizhallah bermakna payung, sehingga sudah tepat kalau lafazh (وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ) diterjemahkan menjadi : Kami memayungi kamu dengan awan.
Sedangkan lafazh al-ghamam (الغمام) dimaknai sebagai awan. Dan ghamam itu bentuk jamak dari al-ghamamah (الغمامة), seperti juga sahab (سحاب) yang bentuk jamak dari sahabah (سحابة).
Mufassir besar As-Suddi mengatakan bahwa ghamam itu adalah awan yang berwarna putih seperti kapas, dimana fungsinya memayungi Bani Israil dari terik matahari gurun pasir yang begitu menyengat kulit, serta menurunkan suhu gurun pasir yang sangat panas.
Namun mufassir besar lainnya yaitu Mujahid punya pendapat agak berbeda, menurutnya ghamam yang dimaksud bukan awan biasa, melainkan memang pelindung nanti ketika kita berada di hari kiamat, khususnya bagi mereka yang beriman. Sebagaimana yang digambarkan dalam ayat berikut ini :
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (QS. Al-Baqarah : 210)
Dan awan khusus ini juga pernah Allah SWT datangkan khusus ketika terjadi Perang Badar di tahun kedua hijriyah.
Para TT tafsir punya pendapat yang cukup variatif ketika menjelaskan apa yang dimaksud dengan Manna dan Salwa.
Yang dimaksud dengan Manna (مَن) menurut riwayat lbnu Mundzir dan lbnu Abi Hatim dari lbnu Abbas adalah makanan manis, berwarna putih yang mereka dapati tiap-tiap pagi telah melekat pada batu-batu dan daun-daun kayu.
Rasanya manis dan enak, semanis madu, sehingga ada penafsir yang memberinya arti madu.
Bila dimakan cepat bikin kenyang. Mereka boleh membawa keranjang setiap pagi untuk memungutinya.
Adapun salwa ialah burung putih sebesar burung puyuh. Terbang berbondong-bondong dan mudah mereka tangkap. Dagingnya gurih dan empuk.
Sewaktu-waktu burung itu datang berbondong sehingga mereka tidak kekurangan daging.
◀ | Al-Baqarah : 57 | ▶ |
TAFSIR KLASIK |
1. 310 H - Jami'ul Bayan : Ibnu Jarir Ath-Thabari |
2. 427 H - Al-Kasy wa Al-Bayan di Tafsir Al-Quran : Ats-Tsa'labi |
3. 450 H - An-Nukat wal 'Uyun : Al-Mawardi |
4. 468 H - At-Tafsir Al-Basith : Al-Wahidi |
5. 516 H - Ma'alim At-Tanzil : Al-Baghawi |
6. 538 H - Al-Kasysyaf : Az-Zamakhsyari |
7. 546 H - Al-Muharrar Al-Wajiz : Ibnu 'Athiyah |
8. 606 H - Mafatihul Ghaib : Fakhrudin Ar-Razi |
9. 681 H - Al-Jami' li-ahkamil Quran : Al-Qurtubi |
10. 745 H - Al-Bahrul Muhith : Abu Hayyan |
11. 774 H - Tafsir AlQuranil Azhim : Ibnu Katsir |
12. 911 H - Jalalain Mahali (864 H) Suyuthi (911 H) |
13. 911 H - Ad-Durr Al-Mantsur : As-Suyuthi |
14. 982 H - Irsyadul'Aqlissalim : Abu As-Su'ud |
15. 1250 H Fathul Qadir : Asy-Syaukani |
16. 1270 H - Ruhul Ma'ani : Al-Alusi |
17. 1393 H - Tahrir wa Tanwir : Ibnu 'Asyur |
18. 1436 H - Tafsir Al-Munir : Dr. Wahbah Az-Zuhaili |
19. 1401 H - Tafsir Al-Azhar : HAMKA |