Kemenag RI 2019:Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka, Kami menurunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka selalu berbuat fasik. Prof. Quraish Shihab:Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada • mereka dan oleh karenanya, Kami timpakan atas orang-orang yang zalim (itu) siksa dari langit, karena mereka selalu berbuat fasik (keluar dari ketaatan kepada Allah swt.). Prof. HAMKA:Maka, menggantilah orang yang durhaka dengan kata-kata yang tidak diperintahkan kepada mereka, lalu Kami turunkan atas orang-orang yang zalim itu siksaan dari langit, oleh karena mereka melanggar perintah.
Kisah dalam ayat ini masih merupakan lanjutan dari kisah bagaimana Bani Israil akhirnya selamat dari tersesat selama 40 tahun dan masuk ke negeri yang mereka dambakan. Namun alih-alih mereka bersyukur, ternyata ada sebagian dari mereka yang tetap berbuat zalim. Bukannya beribadah dan mendekatkan diri pada Allah, tetapi malah melakukan hal-hal yang terlarang, sehingga menimbulkan murka dari Allah SWT
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا
Bani Israil yang Allah SWT selamatkan dari kejaran bala tentara Firaun itu jumlahnya mencapai 600 ribu orang, namun setelah melewati Laut Merah ternyata tidak segera tiba di negeri tujuan. Mereka Allah SWT bikin tersesat hingga 40 tahun lamanya. Ada begitu banyak kesalahan dan pelanggaran yang mereka lakukan selama disesatkan itu, namun pada akhirnya mereka pun diperkenankan masuk ke gerbang kota yang dituju.
Sayangnya meski sudah diberikan begitu banyak permaafan dan ampunan, sikap-sikap membandel masih saja dilakukan oleh sebagian mereka. Dan ayat ini menceritakan bahwa sebagian mereka masih ada saja yang melakukan tindakan kezhaliman.
Tindakan sebagian dari mereka merupakan tindakan kezhaliman, oleh karena itu mereka dalam ayat ini disebut sebagai : orang-orang yang zhalim (الذين ظلموا). Sebagian ulama ada yang mengaitkan tindakan zhalim yang mereka lakukan sebagai kebodohan yang dilakukan oleh merka yang kurang akalnya. Hal itu disebut-sebut dalam surat Al-Baqarah ayat 142 :
Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya? (QS. Al-Baqarah : 142)
Lafazh baddala (بدّل) maknanya menukar atau mengganti sesuatu yang lama dengan yang baru, sebagaimana istilah menukar atau mengganti yang Allah SWT lakukan pada kulit orang yang dibakar di neraka. Di dalam Al-Quran dikisahkan nanti kulit manusia yang gosong dan rusak akan ditukar atau diganti dengan kulit yang baru :
Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. (QS. An-Nisa : 56)
قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ
Lafazh qaulan (قولا) merupakan mashdar dari (قال - يقول) yang maknanya adalah ucapan atau perkataan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan ucapan atau perkataan adalah hiththah (حطّة) yang merupakan dzikir kepada Allah, khususnya permohonan ampunan. Ucapan inilah yang seharusnya mereka ucapakan ketika masuk ke pintu kota sebagaimana perintah Allah SWT pada ayat sebelumnya : (وَقُولُوا حِطَّةٌ), maknanya seperti kata Ibnu Abbas adalah : “Ampuni kami”. Ibnu Katsir mengatakan bahwa pada intinya Allah SWT perintahkan kepada mereka ketika masuk ke negeri itu untuk banyak berdzikir, bersyukur sambil meminta ampun.
Sayangnya oleh sebagian mereka yaitu orang-orang yang zhalim, lafazh hiththah diganti dengan lafazh yang lain yang bukan diajarkan kepada mereka.
Ada beberapa riwayat yang berbeda tentang lafazh apakah yang mereka baca sebagai ganti dari lafazh aslinya. Sebagian ulama mengatakan bahwa lafazh pengganti itu adalah : hinthah (حنطة) yang maknanya adalah tepung gandum. Rupanya mereka sengaja berniat melakukan istihza’ alias ejekan dengan memplesetkan dua lafazh yang mirip, dari hitthah (حظّة) menjadi hinthah (جنْزَة).
Shahabat mulia Ibnu Mas’ud radhiyallahuanhu menceritakan bahwa lafazh atau ucapan yang mereka baca sebagai gantinya adalah lafazh dalam bahasa Ibrani sebagai berikut :
Bulir gandum warna merah yang berlubang di dalamnya ada tepung warna hitam.
Lepas dari apa lafazh yang mereka ganti, namun pada intinya mereka melecehkan dan menghina doa dan peribadatan yang seharusnya mereka lakukan dengan khusyu dan merendahkan diri kepada Allah SWT.
فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا
Lafazh fa-anzala (فأنزل) diawali dengan hufur fa’ yang maknanya : maka. Di balik huruf ini terkandung pesan kuat bahwa kejadiannya segera terlaksana dalam waktu singkat tanpa berlama-lama, sebagai konsekuensi dari tindakan mereka yang melecehkan dan menghina tata cara ibadah yang Allah SWT perintahkan.
Lafazh anzala (أنزل) bermakna menurunkan. Terkandung di dalamnya pesan mendalam bahwa Allah SWT menimpa kepada mereka dari arah atas mereka atau dari langit.
رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ
Lafazh rijzan (رجزا) ditafsirkan bermacam-macam oleh para mufassir sebagi berikut :
Adzab : ini merupakan tafsir yang paling populer sebagaimana pendapat jumhur ulama tafsir, antara lain Adh-Dhahhak dari jalur Ibnu Abbas radhiyallahuanhu. Malah Ibnu Abbas mengatakan bahwa dimanapun ayat Allah menyebut kata rijzan, pasti lah maknanya sama yaitu adzab. Pendapat ini juga merupakan pendapat para mufassir lainnya seperti Mujahid, Qatadah, As-Suddi, dan lainnya.
Murka : ini merupakan pendapat dari Abu Al-‘Aliyah.
Wabah : ini merupakan pendapat Said bin Jubari dan juga Asy-Sya’bi. Asy-Sya’bi mengatakan bahwa ada dua kemungkinan, yaitu bisa bermakna wabah tapi bisa juga bermakna musim dingin yang menusuk.
بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
Apa yang mereka lakukan dinilai oleh Allah SWT sebagai tindakan yang muncul dari orang yang fasik. Dan untuk itu maka Allah SWT tidak segan-segan menurunkan berbagai macam hukuman yang disebabkan oleh kefasikan mereka.
Lepas dari perbedaan para mufassir besar dalam memaknai kata rijzan di atas, namun pada intinya yang bisa kita catat dalam satu hal penting, yaitu setiap kali dosa dan pelanggaran dilakukan oleh Bani Israil, selalu saja Allah merespon dengan cepat lewat berbagai macam adzab dan siksaan.
Kalau pakai istilah kita di zaman sekarang, apa-apa dibayar kontan dan setiap dosa langsung ada hukuman yang sifatnya COD alias Cash On Delivery.
Boleh jadi cerita anak-anak legenda bangsa Itali yaitu Pinokio terinspirasi dari kisah-kisah Bani Israil ini. Sebab Pinokio itu dalam dongeng itu digambarkan setiap kali melakukan kebohongan, maka hidungnya akan terus bertambah panjang.
Saking banyaknya kisah umat terdahulu yang langsung mendapatkan hukuman dari Allah SWT setiap kali berbuat dosa, sehingga sampai muncul di benak kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW anggapan bahwa Allah SWT juga akan menerapkan sunnatullah yang sama persis kepada mereka.
Padahal sunnatullah yang banyak diceritakan di dalam kisah-kisah umat terdahulu itu sudah dipastikan tidak akan Allah SWT terapkan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Sebab ada permohonan yang amat serius dari Nabi SAW agar umatnya jangan diperlakukan sebagaimana Allah SWT memperlakukan hal itu kepada umat terdahulu.
Dan Allah SWT ternyata meluluskan permintaan Nabi Muhammad SAW, untuk tidak serta merta menurunkan hukuman setiap ada kesalahan yang dilakukan anak manusia di masa kita hidup sekarang ini. Padahal seharusnya kita semua ini mati sia-sia akibat begitu banyaknya kesalahan yang umat manusia lakukan.
Kesalahan apa?
Yang paling utama adalah tidak mau beriman kepada agama yang Allah SWT turunkan, yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini. Semua akan nampak jelas kalau kita lihat statistik populasi penduduk dunia, ternyata jumlah pemeluk agama Islam kurang dari 50% penduduk dunia.
Saat ini, diperkirakan bahwa sekitar 1,9 miliar orang di seluruh dunia memeluk agama Islam. Namun bila dibandingkan dengan jumlah populasi umat manusia di dunia yang mencapai angka 7,9 milyar, maka prosentasi pemeluk Islam hanya 24,9% saja dari total populasi dunia. Artinya jumlah manusia kafir dan tidak beriman kepada Allah SWT itu jauh lebih banyak dibandingkan orang yang beriman.
Seandainya sunnatullah yang Allah SWT terapkan pada umat terdahulu masih berlaku saat ini, maka penduduk dunia pastinya tinggal sedikit karena semua yang kafir pasti langsung masuk kuburan, entah karena terkena wabah penyakit, atau negeri mereka digoncang dengan gempa dahsyat 10 skala Richter selama beberapa jam tanpa henti, atau gelombang Tsunami yang naik ke daratan
hingga ratusan kilometer dari bibir pantai, atau gunung mengalami erupsi sehingga muntahan laharnya menghabisi perkampungan penduduk, guguran awan panasnya menggosongkan populasi manusia serta material vulkanik memenuhi angkasa selama bertahun-tahun sehingga tumbuhan tidak bisa mengalami fotosintesis.
Di dalam Al-Quran semua itu sudah terjadi dan diceritakan kepada kita. Namun kita hanya mendapatkan ceritanya saja, tanpa mengalami langsung bagaimana umat terdahulu dimusnahkan dan hanya menjadi peninggalan arkelogis.