(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku mengambilmu, mengangkatmu kepada-Ku, menyucikanmu dari orang-orang yang kufur, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu lebih unggul daripada orang-orang yang kufur hingga hari Kiamat. Kemudian, kepada-Kulah kamu kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang selalu kamu perselisihkan.
Prof. Quraish Shihab :
(Ingatlah) ketika Allah berfirman: "Wahai 1sa, sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkatmu kepada-Ku serta membersihkanmu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir sampai pada Hari Kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah pengembalian kamu, lalu Aku memutuskan di antara kamu tentang hal-hal yang kamu berselisih padanya. "
Prof. HAMKA :
(lngatlah) tatkala Allah berkata, "Wahai, Isa! Sesungguhnya, Aku akan rnewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku dan membersihkan engkau dari orang-orang yang kafir, dan akan menjadikan orang-orang yang rnengikut engkau lebih atas dari orang-orang yang kafir itu sampai Hari Kiamat. Maka, kepada Akulah tempat kamu kembali rnaka akan Aku putuskan nanti di antara kamu dan hal apa-apa yang telah kamu perselisihkan padanya itu."
Lafazh idz (إِذْ) yang terdapat sebelum kata qaala (قال) dipahami oleh para ulama secara berbeda. Pendapat pertama mengatakan itu adalah shilah zaidah (صلة زائدة), yaitu penyambung yang sifatnya hanya tambahan saja dan sama sekali tidak mempengaruhi makna.
Maknanya tetap sama ada atau tidak ada lafazh itu menjadi :"Dan ketika Allah berfirman". Pendapat ini salah satunya didukung oleh Abu Ubaidah.
Namun ada juga yang mengatakan lafadz idz (إِذا) merupakan kalimah maqshurah (كلمة مقصورة) atau kata yang dikurangi. Dalam hal ini mereka katakan maknanya adalah : “ingatlah ketika”.
Lafazh qaalallahu (قال الله) artinya : Allah berkata atau lebih tepatnya berfirman. Sedangkan lafazh ya isa (يا عيسى) artinya : Wahai Isa.
إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
Lafazh inni mutawaffika (مُتَوَفِّيكَ) diterjemahkan oleh Kemenag RI menjadi : Aku mengambilmu. Sedangkan Prof. Quraish Shihab dan Buya HAMKA menerjemahkannya sebagaimana makna harfiyahnya, yaitu mematikan atau mewafatkan kamu.
Al-Mawardi dalam An-Nukat wa Al-‘Uyun menuliskan empat pendapat ulama yang berbeda tentang makna mutawaffika :
1. Pendapat Pertama
Al-Hasan, Ibnu Juraij dan Abu Zaid mengatakan bahwa makna mutawaffika adalah qabidhuka (قابضك) yaitu mengambilmu untuk diangakt ke langit tanpa lewat kematian.
Sebenarnya istilah ‘mengambil’ biasa digunakan juga untuk kematian. Namun menurut mereka Nabi Isa diambil tanpa lewat jalur kematian. Boleh jadi pendapat inilah yang menginspirasi team Kemenag RI ketika menerjemahkan ayat ini.
2. Pendapat Kedua
Ar-Rabi’ mengatakan bahwa makna mutawafika (مُتَوَفِّيكَ) adalah membuat tertidur demi untuk diangkat ke langit.
Dasarnya adalah Allah SWT menggunakan kata mewafatkan dengan makna tidur di dalam surat Al-An’am.
Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya tempat kembali.
3. Pendapat Ketiga
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna mutawafika (مُتَوَفِّيكَ) adalah mematikan dalam arti yang sesungguhnya. Sehingga meskipun diangkat ke langit, namun Nabi Isa mengalami proses yang sama dengan para nabi dan manusia semuanya.
Pendapat Ibnu Abbas ini nampaknya agak sejalan dengan pendapat yang umumna berkembang di kalangan pemeluk Kristen. Sebab mereka pun juga meyakini bahwa Nabi Isa memang mati terbunuh.
Hanya saja bedanya, dalam keyakinan mereka, terbunuhnya Nabi Isa itu demi untuk menebus dosa-dosa manusia. Sedangkan dalam agama Islam, kalau pun pendapat Ibnu Abbas ini mau kita gunakan, tidak jadi masalah. Karena sudah ada banyak para nabi sebelumnya yang terbunuh. Salah satunya adalah Nabi Zakaria alaihisalam.
4. Pendapat Keempat
Qatadah dan Al-Farra’ mengatakan bahwa makna mutawafika (مُتَوَفِّيكَ) adalah dimatikan, namun urutannya diangkat dulu ke langit baru kemudian dimatikan.
وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
Lafazh muthahhiruka (مُطَهِّرُكَ) artinya secara harfiyah adalah mensucikan kamu. Di dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menggunakan kata ini dengan makna mensucikan secara status dari najis atau hadats.
Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu. (QS. Al-Anfal : 11)
Namun kebanyakan ulama ahli tafsir mengatakan maknanya di ayat ini bukan mensucikan, melainkan mengeluarkan atau menyelamatkan.
Dasarnya karena objek pensuciannya adalah orang-orang kafir, sebagaimana teks ayatnya tertulis : minalladzina kafaru (مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا) yaitu dari orang-orang kafir.
Kalau dimaknai sebagai mensucikan, maknanya menjadi tidak nyambung. Apa yang dimaksud dengan mensucikan dari dari orang kafir? Tentu yang lebih tepat adalah : menyelamatkan diri dari orang kafir.
وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ
Lafazh wa ja’ilu (وَجَاعِلُ) artinya : Dan menjadikan. Maksudnya dalam hal ini bahwa Allah SWT yang menjadikan.
Lafazh alladzinat-taba’uka (الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ) artinya : orang-orang yang mengikuti kamu. Kamu yang dimaksud dalam penggalan ini adalah Nabi Isa alaihissalam.
Maka orang-orang yang mengikuti Nabi Isa adalah para murid dan orang-orang yang menjadi pemeluk agama yang dibawa oleh Nabi Isa alaihissalam, yaitu orang-orang nasrani.
Walaupun demikian, faktanya orang-orang nasrani ini mengalami perpecahan yang sangat ekstrim di dalamnya. Sampai agamanya pecah dua secara signifikan menjadi Katholik dan Protestan. Keduanya meski bersumber dari Nabi Isa, namun sudah secara resmi menjadi agama tersendiri yang independen.
Pemisahan resmi antara Katolik dan Protestan dimulai pada abad ke-16 selama periode Reformasi Protestan. Peristiwa penting yang memicu perbedaan tersebut adalah Penyampaian Lima Puluh Ajaran oleh Martin Luther pada tahun 1517, yang menentang praktik-praktik dalam Gereja Katolik Roma pada saat itu. Reformasi Protestan menyebabkan pecahnya Gereja Barat (Gereja Katolik) menjadi beberapa aliran, dengan Protestanisme menjadi salah satu dari mereka.
Pada tahun 1521, dengan Dekrit Worms, Martin Luther diasingkan oleh Gereja Katolik dan dianggap sebagai pemisah dari otoritas gerejawi Roma. Selanjutnya, sejumlah pemimpin Protestan lainnya seperti John Calvin, Huldrych Zwingli, dan John Knox juga memimpin gerakan reformasi di wilayah-wilayah lain di Eropa.
Ketegangan antara Katolik dan Protestan semakin meningkat, ditandai dengan Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648) di Eropa, yang memperdalam perpecahan antara kedua agama tersebut. Setelah itu, mereka secara resmi diakui sebagai dua entitas agama yang berbeda dalam sejarah Eropa dan dunia.
Lafazh fauqa (فوق) secara harfiyah berarti : berada di atas, sedangkan makna alladzina kafaru (الذين كفروا) artinya : orang-orang kafir, maksudnya adalah orang-orang yahudi yang di ayat ini dan sebelumnya disebut sebagai mereka yang ingin membunuh Nabi Isa alaihissalam.
Penggalan ini oleh beberapa ulama dijadikan dasar bahwa secara kedudukan, orang-orang Nasrani itu lebih baik dari pada orang-orang Yahudi. Dan ada juga firman Allah SWT yang senada dengan itu.
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (QS. Al-Maidah : 82)
Lafazh ila yaumil qiyamah (إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ) artinya : hingga datangnya hari kiamat.
Al-Mawardi mengomentari penggalan ini sebagai sebuah isyarat bahwa orang-orang Nasrani pengikut Nabi Isa lebih unggul daripada orang-orang yahudi dengan diberikan kerajaan yang besar, yaitu kerajaan Romawi. Sedangkan orang-orang Yahudi dikatan tidak akan pernah punya kerajaan lagi sampai hari kiamat.
Pendapat Al-Mawardi ini baru-baru ini terkoreksi, sebab orang-orang Yahudi di tahun 1948 berhasil mendirikan negara sendiri yaitu Israel. Meski banyak yang menentang pendiriannya, namun secara fakta Israel merupakan negara yang menjadi super power dunia.
Israel telah berkembang menjadi kekuatan yang signifikan di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan militer. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan eksistensi dan kekuatan Israel di bidang-bidang tersebut:
Inovasi dan Teknologi: Israel telah menjadi pusat inovasi dan teknologi yang signifikan. Dengan jumlah startup teknologi yang sangat besar per kapita, Israel telah menghasilkan sejumlah perusahaan besar di industri teknologi, termasuk dalam bidang keamanan siber, teknologi medis, dan pertanian berbasis teknologi. Investasi besar dalam riset dan pengembangan telah membuat Israel menjadi pemimpin di banyak bidang teknologi.
Hubungan Internasional yang Kuat: Israel telah berhasil membangun hubungan diplomatik dengan banyak negara di seluruh dunia, termasuk dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat. Hubungan ini telah memberikan Israel dukungan politik, ekonomi, dan militer yang penting.
Keamanan Militer: Israel memiliki salah satu kekuatan militer terkuat di wilayah Timur Tengah. Angkatan Bersenjata Israel (IDF) sangat terlatih dan memiliki teknologi canggih, termasuk sistem pertahanan rudal Iron Dome yang efektif. Selain itu, Israel memiliki kebijakan keamanan yang proaktif untuk melindungi wilayahnya dari ancaman, termasuk penggunaan intelijen dan operasi militer.
Ekonomi yang Kuat: Meskipun Israel memiliki tantangan geografis dan politik, ekonominya tetap kuat. Israel memiliki sektor keuangan yang berkembang, industri teknologi yang maju, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Pendidikan dan Sumber Daya Manusia: Israel memiliki sistem pendidikan yang kuat dan menghasilkan banyak profesional terampil dalam berbagai bidang. Investasi dalam pendidikan dan sumber daya manusia telah menjadi faktor penting dalam kesuksesan ekonomi dan teknologinya.
Meskipun Israel masih menghadapi banyak tantangan, termasuk konflik dengan tetangganya di wilayah Timur Tengah, negara ini telah berhasil bertahan dan berkembang menjadi kekuatan penting di tingkat regional dan global dalam bidang ekonomi, politik, dan militer.
ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
Makna tusmma (ثُمَّ) adalah kemudian, menunjukkan urutan waktu setelah yang satu ini.
Makna lafazh ilayya marji’ukum (إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ) adalah kepada Aku yaitu Allah SWT sebagai tempat kembali kalian. Maksudnya pada akhirnya semua akan sampai kepada batas waktunya, yaitu kembali kepada Allah SWT nanti di hari kiamat.
Lafazh fa-ahkum bainakum (فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ) artinya : Aku putuskan di tengah kalian. Lafazh fima kuntum fihi takhtalifun (فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ) artinya : apa-apa yang selama ini kalian perselisihkan.
Ibnu Katsir menuliskan bahwa ketika Allah mengangkat Nabi Isa alaihisalam ke langit, para pengikutnya terpecah menjadi beberapa kelompok setelahnya. Di antara mereka ada yang percaya pada apa yang Allah utus melalui Isa, bahwa dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya serta anak umat-Nya. Namun ada juga yang melampaui batas dengan menjadikannya anak Allah.
Bahkan yang lebih ekstrim lagi mengatakan bahwa Nabi Isa itu adalah Allah. Dan ada yang mengatakan: Dia adalah bagian dari tiga yang disebutkan. Allah telah menyebutkan perkataan mereka dalam Al-Quran dan memberikan penolakan terhadap setiap kelompok.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga Tuhan. (QS. Al-Maidah : 73)
Mereka tetap dalam keadaan demikian selama hampir tiga ratus tahun, kemudian datanglah kepada mereka raja dari raja-raja Yunani, yang disebut Konstantinus, dan dia memeluk agama Nasrani.
Dengan masuk Nasraninya raja Romawi, maka agama ini menjadi agama resmi kerajaan. Sekilas memang ada untungnya, yaitu menjadi agama yang punya kerajaan besar dan kuat.
Namun di sisi lain ada kerugian besar, yaitu orang-orang Romawi berusaha melakukan pencampuran prinsip dasar agama Nasrani dengan berbagai macam khurafat dan paham keberhalaan di negeri mereka yang merupakan warisan leluhur mereka.
Proses pencampuran itu berlangsung dengan kamuflase filsafat agar terkesan masuk akal dan legal. Karena secara hakiat yang terjadi para raja Romawi itu tela mengubah ajaran murni Nabi Isa untuk mereka, merubahnya, menambahkan dan mengurangi, dan memberikan mereka hukum-hukum dan amanah besar yang merupakan pengkhianatan yang hina, dan dia menghalalkan daging babi bagi mereka, dan mereka berdoa untuknya ke arah timur, dan mereka membangun gereja-gereja untuknya, dan mereka menambahkan sepuluh hari puasa karena dosa yang mereka klaim.
Demikianlah agama Isa berubah menjadi agama Konstantinus. Memang di sisi lain, Dia membangun ribuan gereja, kuil, masjid, dan rumah ibadah lainnya, lebih dari dua belas ribu.
Dia juga mendirikan kota yang dinamakan atas namanya, dan bagian kerajaan mulai mengikuti agama tersebut. Mereka semua menundukkan orang Yahudi, Allah memberikan bantuan kepada mereka karena mereka lebih dekat kepada kebenaran daripada orang-orang itu, meskipun semuanya kafir, kepada mereka ada laknat Allah.